8 Penyakit Pasca Banjir yang Wajib Diwaspadai, Ini Cara Mencegahnya
Banjir rob di pesisir Jakarta. (credit: merdeka.com/Arie Basuki)
Kapanlagi.com - Banjir bukan sekadar bencana yang mengganggu rutinitas sehari-hari, tetapi juga menyimpan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Air yang meluap, bercampur dengan limbah dan zat berbahaya, menjadi sarang bagi berbagai bakteri, virus, dan parasit. Ini meningkatkan risiko infeksi, terutama bagi mereka yang terpapar langsung dengan air banjir atau mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Setelah banjir, sejumlah penyakit mengintai, seperti diare, demam berdarah dengue (DBD), hingga leptospirosis, terutama di daerah dengan sanitasi yang kurang baik. Tak hanya itu, penyakit saluran pernapasan dan masalah kulit juga mengancam bagi mereka yang terdampak. Lingkungan yang lembap dan kotor hanya memperburuk situasi, meningkatkan risiko infeksi dan penyebaran penyakit.
Mencegah penyakit pasca banjir adalah tanggung jawab bersama. Peran aktif pemerintah sangat penting dalam menyediakan fasilitas sanitasi yang memadai serta menyebarkan informasi kesehatan yang tepat. Oleh sebab itu, memahami jenis-jenis penyakit yang mungkin muncul setelah banjir dan cara menghindarinya menjadi kunci agar masyarakat tetap sehat dan terlindungi setelah air surut.
Advertisement
1. Penyakit yang Sering Muncul Pasca Banjir
Setelah banjir melanda, berbagai jenis penyakit bisa muncul akibat kondisi lingkungan yang tidak sehat. Berikut delapan penyakit utama yang sering menyerang korban banjir:
- Diare
Air banjir yang terkontaminasi bakteri seperti E. coli, Salmonella, dan Cryptosporidium dapat menyebabkan diare akut. Konsumsi makanan dan minuman yang tidak higienis semakin memperparah risiko ini.
- Demam Berdarah Dengue (DBD)
Genangan air yang tersisa setelah banjir menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak, meningkatkan risiko DBD yang dapat menyebabkan demam tinggi, nyeri sendi, hingga perdarahan.
- Leptospirosis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang masuk melalui luka atau selaput lendir akibat kontak dengan air banjir yang terkontaminasi urine tikus. Gejalanya meliputi demam, nyeri otot, hingga gangguan ginjal.
- Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Lingkungan lembap dan kotor setelah banjir meningkatkan risiko ISPA, yang ditandai dengan batuk, sesak napas, dan demam akibat infeksi virus atau bakteri di saluran pernapasan.
- Penyakit Kulit
Kontak dengan air banjir yang kotor dapat menyebabkan iritasi, ruam, infeksi jamur, hingga penyakit kulit lainnya. Infeksi kulit dapat dihindari dengan membersihkan tubuh secara menyeluruh setelah terkena air banjir.
- Demam Tifoid (Tipes)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang menginfeksi melalui makanan atau minuman yang tercemar. Gejalanya meliputi demam tinggi, sakit perut, dan diare berkepanjangan.
- Kolera
Infeksi bakteri Vibrio cholerae dalam air banjir dapat menyebabkan kolera, yang ditandai dengan diare berat hingga dehidrasi yang berpotensi fatal jika tidak segera ditangani.
- Hepatitis A dan E
Virus hepatitis dapat menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi, terutama di daerah dengan sanitasi buruk. Infeksi ini menyerang hati dan menyebabkan gejala seperti kelelahan, mual, dan penyakit kuning.
(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)
2. Faktor Penyebab Penyakit Pasca Banjir
Sejumlah faktor mempercepat penyebaran penyakit setelah banjir, di antaranya:
- Kontaminasi air – Air banjir mengandung bakteri, virus, dan zat berbahaya yang bisa mencemari sumber air bersih.
- Sanitasi yang buruk – Fasilitas toilet yang rusak dan kurangnya akses air bersih memperburuk penyebaran penyakit.
- Kondisi lingkungan lembap – Udara lembap meningkatkan risiko penyakit pernapasan dan kulit.
- Kurangnya kesadaran kebersihan – Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya kebersihan pasca banjir meningkatkan risiko infeksi.
3. Dampak Penyakit Pasca Banjir terhadap Kesehatan
Penyakit pasca banjir tidak hanya mengganggu kesehatan fisik, tetapi juga dapat menurunkan kualitas hidup masyarakat. Dampaknya meliputi:
- Kematian akibat penyakit infeksi – Penyakit seperti kolera dan leptospirosis dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat.
- Penyebaran penyakit menular – Kurangnya akses air bersih dan sanitasi mempercepat penyebaran penyakit di antara korban banjir.
- Gangguan mental dan emosional – Trauma akibat banjir serta kondisi kesehatan yang memburuk dapat menyebabkan kecemasan dan stres berlebihan.
4. Cara Mencegah Penyakit Pasca Banjir
Untuk mengurangi risiko penyakit setelah banjir, beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:
- Membersihkan lingkungan dengan desinfektan untuk membunuh bakteri dan virus yang mungkin menempel di permukaan.
- Menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu bot dan sarung tangan saat membersihkan rumah.
- Mengkonsumsi makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah infeksi.
- Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan menggunakan sabun setelah kontak dengan air banjir.
- Menggunakan air bersih untuk konsumsi, mencuci makanan, dan memasak guna mencegah penyakit pencernaan.
5. FAQ
1. Mengapa diare sering terjadi setelah banjir?
Diare sering terjadi karena konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri dan virus yang terbawa air banjir.
2. Apa yang harus dilakukan jika mengalami gejala leptospirosis?
Segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala seperti demam, nyeri otot, atau mata menguning setelah kontak dengan air banjir.
3. Bagaimana cara mencegah DBD setelah banjir?
Lakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
(Hari patah hati se-Indonesia, Amanda Zahra resmi menikah lagi.)
(kpl/rmt)
Advertisement
