Da'im Tanam 14 Ribu Pohon Pinang Seluas 10 Hektare di Lereng Gunung Lemongan

Da'im (64 tahun) telah berhasil menghidupkan kembali lahan kritis di daerah Gunung Lemongan, Lumajang. Da'im melakukannya dengan belasan ribu pohon pinang sejak tahun 90-an. Langsung saja simak cerita lengkapnya!

Baca artikel menarik tentang pelestarian lingkungan lainnya di liputan6.com.

Foto 1 dari 7
(credit: instagram/dw.nesia)

Inilah sosok Da'im telah menanam 14 ribu pohon pinang di lereng Gunung Lemongan. Tak tanggung-tanggung, lahan yang ditanami luasnya lebih dari 10 hektare. Berkat aksi Da'im, area yang sebelumnya kritis kini sudah kembali hijau.

Foto 2 dari 7
(credit: instagram/dw.nesia)

arena aksinya, Da'im sempat dianggap gila oleh orang-orang di sekitarnya. Warga menilai pinang adalah tanaman yang tidak berharga untuk ditanam di hutan. Namun kini, Da'im membuktikan hasil usahanya.

Foto 3 dari 7
(credit: instagram/dw.nesia)

Da'im punya alasan tersendiri memilih pohon pinang. Awalnya, Da'im menanam tanaman buah dan juga kopi tapi selalu rusak. Hingga akhirnya, Da'im menjajal pinang dan terbukti tidak dirusak oleh hewan.

Foto 4 dari 7
(credit: instagram/dw.nesia)

Selain itu, pohon pinang ternyata juga membawa manfaat lain. Vegetasi yang tahan terhadap api, sehingga dapat mencegah kebakaran hutan dan lahan saat musim kemarau.

Foto 5 dari 7
(credit: instagram/dw.nesia)

Tidak hanya untuk mencegah bencana, pohon pinang yang ditanam Da'im juga punya nilai ekonomi. Buahnya dipanen tiga kali dalam setahun. Kini, warga bisa mendapat penghasilan dari hutan.

Foto 6 dari 7
(credit: instagram/dw.nesia)

Da'im berharap pohon-pohon pinang yang dia tanam dapat menjadi warisan untuk anak cucu. Da'im juga percaya bahwa ilmu melestarikan hutan akan terus bertambah baik ke depannya.

Foto 7 dari 7
(credit: instagram/dw.nesia)

Untuk itu, Da'im kini mengajak anak muda di kampungnya untuk melestarikan hutan. Da'ima berpesan agar mereka melanjutkan upaya penghijauan ini. 

Temukan berbagai kisah menarik dan inspiratif lainnya di kapanlagi.com. Kalau bukan sekarang, KapanLagi?

Read More

Load More