Kapanlagi.com - Ular kobra, makhluk menakutkan yang sering membuat bulu kuduk berdiri, ternyata memiliki kisah yang lebih dalam. Penyebarannya meliputi berbagai belahan dunia, dari Afrika hingga Asia Tenggara, termasuk di tanah air kita, Indonesia. Ular berbisa ini memang dikenal karena racun sarafnya yang mematikan, namun tahukah Anda bahwa mereka sebenarnya lebih pemalu daripada yang kita bayangkan?
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun gigitan ular berbisa, termasuk kobra, merenggut antara 81.000 hingga 138.000 nyawa di seluruh dunia. Kebanyakan insiden ini terjadi di daerah tropis, di mana manusia dan ular sering bertemu. Namun, kobra hanya akan menyerang jika merasa terancam.
Dilansir pada Jumat (13/12), Kim Gray, seorang ahli herpetologi dari Aliansi Margasatwa Kebun Binatang San Diego, menjelaskan bahwa gigitan adalah langkah terakhir bagi kobra jika tanda peringatan mereka diabaikan. "Kemungkinan bertemu dan digigit tanpa alasan oleh kobra sangat kecil," ujarnya.
Dengan pengetahuan ini, penting bagi kita untuk memahami cara-cara menghindari situasi yang berpotensi berbahaya. Ular kobra mungkin tampak menakutkan, tetapi dengan pendekatan yang tepat, kita bisa hidup berdampingan dengan mereka tanpa harus merasa takut.
Kobra sering kali bersembunyi di balik pepohonan, semak-semak rimbun, dan lahan pertanian, serta lebih aktif di malam hari, meskipun beberapa dari mereka tidak segan untuk muncul di siang hari. Dengan kemampuan unik untuk berdiri tegak dan mengembangkan lehernya saat merasa terancam, kobra memberikan sinyal peringatan visual yang menakutkan bagi predator dan manusia.
Berbeda dengan ular beludak yang menggunakan hemotoksin, kobra memiliki racun saraf yang mematikan, berpotensi menyebabkan kelumpuhan otot, termasuk jantung dan paru-paru. Meskipun gigitan mereka sangat berbahaya, kobra sebenarnya adalah makhluk yang tidak agresif jika dibiarkan tenang.
Pastikan juga tidak ada sisa makanan yang bisa mengundang tikus, mangsa kesukaan kobra. Menempatkan tempat tidur di lokasi yang lebih tinggi juga bisa menjadi strategi jitu untuk menghindari kontak langsung dengan ular yang mungkin masuk ke rumah. Dengan langkah-langkah pencegahan ini, Anda dapat meminimalkan risiko pertemuan dengan kobra dan merasa lebih aman di lingkungan Anda.
Jangan lupa untuk mengingatkan orang-orang di sekitar agar menjauh dari lokasi ular tersebut, karena kobra cenderung menyerang jika merasa terancam atau terpojok. Jika kobra mulai menunjukkan sikap agresif dan bersiap untuk menggigit, pakar menyarankan agar Anda cepat-cepat melarikan diri ke samping, karena ular ini hanya akan menyerang dalam garis lurus.
Tetap tenang dan usahakan untuk tidak menggerakkan bagian tubuh yang digigit agar racun tidak menyebar lebih cepat. Jika memungkinkan, ambil foto atau catat ciri-ciri ular yang menggigit, karena informasi ini sangat berharga bagi dokter dalam memberikan perawatan yang tepat. Ingat, semakin cepat antivenom diberikan, semakin besar peluang untuk pulih tanpa komplikasi jangka panjang.
Tak kalah penting, pelatihan bagi petugas darurat dan tenaga medis di daerah dengan populasi ular berbisa yang tinggi juga harus diperkuat. Dengan pengetahuan yang tepat, kita dapat secara signifikan mengurangi risiko kematian dan kecacatan akibat gigitan ular, menjadikan lingkungan kita lebih aman.
WHO memperkirakan antara 81.000 hingga 138.000 orang meninggal setiap tahun akibat gigitan ular.
Tidak, kebanyakan gigitan kobra tidak fatal jika segera mendapatkan antivenom.
Ular kobra dapat dikenali dari kemampuannya mengembangkan leher dan berdiri tegak saat merasa terancam.