Kapanlagi.com - Indonesia sering kali mengalami cuaca ekstrem yang menyebabkan hujan deras, angin kencang, dan gelombang tinggi. Salah satu penyebab utama fenomena ini adalah siklon tropis, sistem badai besar yang terbentuk di perairan hangat. Keberadaannya sering kali berdampak signifikan, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap kondisi cuaca di berbagai wilayah.
Menurut Pusat Meteorologi Maritim BMKG, siklon tropis adalah badai bertekanan rendah yang memiliki kecepatan angin yang sangat tinggi, berputar dengan anggun di sekitar pusatnya. Untuk bisa terbentuk, siklon tropis memerlukan suhu permukaan laut minimal 26,5°C, dan kecepatan anginnya bisa melampaui 34 knot!
Lalu, bagaimana sebenarnya siklon tropis terbentuk? Apa saja dampaknya terhadap lingkungan dan bagaimana cara mitigasi yang tepat? Berikut ulasan lengkapnya yang telah dirangkum Kapanlagi.com dari berbagai sumber, Kamis (6/2).
Siklon tropis adalah badai besar yang terbentuk di atas lautan hangat dengan sistem tekanan rendah non-frontal. Badai ini ditandai dengan pergerakan angin melingkar yang sangat kuat di sekitar pusatnya, yang disebut "mata siklon". Dalam sistem siklon tropis, bagian mata siklon merupakan daerah paling tenang, sementara di sekelilingnya terdapat dinding siklon yang memiliki curah hujan tinggi dan angin kencang.
Siklon tropis memiliki nama berbeda di berbagai wilayah:
Fenomena ini memiliki masa hidup yang bervariasi antara 3 hingga 18 hari dan dapat melemah ketika bergerak ke daratan atau perairan dingin.
Siklon tropis tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui serangkaian kondisi atmosfer yang mendukung. Berikut beberapa faktor utama penyebabnya:
Siklon tropis hanya bisa berkembang jika suhu permukaan laut mencapai minimal 26,5°C hingga kedalaman 60 meter. Suhu ini menghasilkan penguapan yang cukup untuk membentuk awan badai.
Kadar kelembapan yang tinggi di atmosfer bagian tengah (sekitar 5 km di atas permukaan laut) penting untuk mendukung pertumbuhan awan konvektif yang menjadi cikal bakal badai.
Kondisi atmosfer yang tidak stabil memicu pembentukan awan Cumulonimbus yang menjadi indikator utama wilayah konvektif kuat.
Siklon tropis biasanya terbentuk minimal 500 km dari khatulistiwa, karena efek Coriolis diperlukan untuk menciptakan rotasi angin melingkar.
Siklon tropis memiliki empat tahapan utama dalam siklus hidupnya:
Awal mula siklon terjadi ketika terdapat gangguan atmosfer yang menghasilkan wilayah konvektif. Dari citra satelit, tampak awan spiral yang mulai terbentuk.
Struktur siklon semakin berkembang dengan tekanan udara menurun dan kecepatan angin meningkat. Pada tahap ini, mulai terbentuk pusat sirkulasi dan awan berbentuk spiral lebih jelas.
Siklon tropis mencapai kekuatan maksimalnya. Angin berputar stabil dengan curah hujan tinggi. Jika cukup kuat, mata siklon dapat terlihat jelas dari satelit.
Siklon mulai kehilangan kekuatannya saat masuk ke wilayah perairan dingin atau daratan. Tekanan udara meningkat dan struktur badai melemah secara bertahap.
Dampak siklon tropis dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu dampak langsung dan tidak langsung.
Dampak Langsung:
Dampak Tidak Langsung:
Mitigasi bencana siklon tropis melibatkan berbagai langkah antisipatif untuk mengurangi dampak buruknya:
Tornado terjadi di darat dengan radius lebih kecil, sedangkan siklon tropis terbentuk di laut dengan radius lebih luas.
Indonesia terletak di dekat khatulistiwa, di mana efek Coriolis yang diperlukan untuk pembentukan siklon relatif lemah.
Masyarakat dapat memantau informasi cuaca dari BMKG atau menggunakan aplikasi prakiraan cuaca.