Kapanlagi.com - PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) atau Superbank resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 17 Desember 2025. Pencatatan saham perdana ini menempatkan Superbank di papan pengembangan BEI sekaligus menjadikannya emiten ke-26 yang tercatat sepanjang tahun 2025.
Mengutip keterbukaan informasi BEI, jumlah saham dalam modal disetor setelah penawaran umum sebesar 33.89.017.650 saham dan jumlah saham pendiri yang tidak dicatatkan sebesar 338.970.200 saham.
Adapun PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) mencatatkan 33.558.047.450 saham di BEI yang terdiri dari saham pendiri sebesar 29.151.435.150 saham dan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) sebesar 4.406.612.300 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Perseroan menetapkan harga perdana sebesar Rp 635 per saham. Dengan demikian, perseroan meraup dana IPO sekitar Rp 2,79 triliun. Penghimpunan dana ini termasuk terbesar di BEI sepanjang 2025 dan emiten bank digital pertama yang raup dana IPO terbesar. Sebelumnya PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) meraup dana IPO sekitar Rp 209,8 miliar.
Perseroan memakai dana IPO sekitar 70% akan digunakan perseroan untuk modal kerja dalam rangka penyaluran kredit perseroan. Sisanya sekitar 30% akan dipakai untuk belanja modal yang akan dilakukan secara bertahap mulai 2026 hingga lima tahun ke depan. Demikian mengutip dari laman e-ipo, Rabu, (17/12/2025).
Selain itu, kehadiran Superbank di pasar modal Indonesia menambah emiten bank digital yang tercatat. Superbank menjadi emiten bank digital ke-8 di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah menggelar penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
Sejumlah emiten bank digital yang telah tercatat di BEI antara lain PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), PT Bank Raya Indonesia Tbk (RAYA), PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR), PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI).
Sebelumnya, Pengamat pasar modal Indonesia, Reydi Octa menuturkan, prospek penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) PT Super Bank Indonesia Tbk atau Superbank (SUPA) cukup menarik di tengah kembali menguatnya minat investor terhadap saham bank digital.
Reydi menilai, keterlibatan sejumlah perusahaan besar di dalam ekosistem Superbank menjadi salah satu faktor utama yang mendorong optimisme pasar.
"Prospek IPO SUPA menurut saya menarik karena melibatkan perusahaan-perusahaan besar seperti Grab, Ovo, Singtel, KakaoBank, Emtek," ujar Reydi kepada Liputan6.com, ditulis Rabu (17/12/2025).
Ia menyebutkan, SUPA berpotensi meningkatkan kembali citra saham bank digital setelah sebelumnya sempat terpuruk. Antusiasme investor terhadap IPO ini juga tercermin dari tingginya permintaan yang menyebabkan saham SUPA mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed.
Di sisi lain, Reydi menilai persaingan di sektor bank digital masih sangat ketat dan profitabilitas SUPA masih berada pada tahap awal. Reydi menilai, kehadiran SUPA di pasar modal berpotensi kembali mendorong tren bank digital di Indonesia.
"IPO SUPA bisa kembali dorong tren bank digital. Bank digital akan semakin relevan di Indonesia apalagi dengan gaya hidup dan kebutuhan gen z," ujar dia.
Ia juga menuturkan, pergerakan harga saham SUPA setelah pencatatan perdana dapat memengaruhi minat investor terhadap sektor bank digital, dengan perhatian utama tetap tertuju pada bank digital yang memiliki fundamental solid, tata kelola yang baik, serta ekosistem yang luas.
Sebelumnya, PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) atau Superbank telah menetapkan harga penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) sebesar Rp 635 per saham. Dengan demikian perseroan meraup dana IPO sebesar Rp 2,79 triliun. Lalu untuk apa saja dana IPO tersebut?
Mengutip prospektus perseroan di laman e-ipo, ditulis Selasa (16/12/2025), PT Super Bank Indonesia Tbk menawarkan 4,40 miliar saham ke publik dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan itu 13% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah IPO. Adapun harga IPO yang ditetapkan sebesar Rp 635 per saham sehingga dana IPO yang diperoleh sebesar Rp 2,79 triliun.
Dana IPO sekitar 70% akan digunakan perseroan untuk modal kerja dalam rangka penyaluran kredit perseroan. Sisanya sekitar 30% akan dipakai untuk belanja modal yang akan dilakukan secara bertahap mulai 2026 hingga lima tahun ke depan.
Belanja modal tersebut untuk pengembangan produk perseroan antara lain pengembangan produk pendanaan, pembiayaan dan sistem pembayaran dengan fokus pada solusi digital bagi retail dan UMKM untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan, dan didukung oleh pengembangan teknologi informasi (IT) yang saling melengkapi melalui investasi pada infrastruktur, sistem operasional, artificial intelligence (AI), dan data analytics, serta peningkatan cybersecurity untuk membangun fondasi digital yang kuat, aman dan efisien.
"Melalui investasi tersebut perseroan memiliki aspirasi untuk meningkatkan kualitas produk, efisiensi operasional, keamanan data dan kualitas layanan kepada nasabah," demikian seperti dikutip.