Kapanlagi.com - Melihat si kecil yang masih balita berperilaku suka memukul, baik itu teman, keluarga, atau bahkan orangtuanya sendiri, tentu bisa membuat orangtua merasa cemas. Namun, jangan terlalu khawatir! Kebiasaan ini bukanlah indikasi bahwa orangtua telah gagal dalam mendidik. Faktanya, anak yang suka memukul belum tentu akan tumbuh menjadi sosok yang kasar di kemudian hari.
Menurut informasi dari Healthline, ada beberapa alasan di balik perilaku memukul yang sering dilakukan oleh balita. Pertama, mereka mungkin sedang mencoba menguji batasan untuk memahami mana yang boleh dan mana yang tidak. Kedua, pada usia ini, anak-anak masih memiliki pengendalian diri yang terbatas, sehingga mereka cenderung bereaksi impulsif terhadap emosi yang mereka rasakan. Selain itu, mereka juga belum sepenuhnya memahami bahwa memukul itu adalah tindakan yang salah, karena pemahaman moral mereka masih berkembang.
Jadi, mari kita lihat perilaku ini sebagai bagian dari proses belajar mereka, bukan sebagai cerminan kegagalan dalam pengasuhan!
Ketika si kecil mulai menunjukkan kebiasaan memukul, penting untuk diingat bahwa kekerasan bukanlah solusi yang tepat. Menghukum dengan memukul, menampar, atau mencubit justru akan membuat anak meniru perilaku tersebut. Sebaiknya, ajaklah anak berbicara dengan nada tenang dan tegas. Anak balita lebih cenderung merespons positif ketika orangtuanya berbicara dengan sabar, ketimbang teriakan atau kemarahan yang hanya akan menambah kebingungan mereka.
Meskipun situasi ini bisa sangat membuat frustrasi, orangtua sebaiknya meluangkan waktu sejenak untuk menenangkan diri sebelum berinteraksi dengan anak. Dengan cara ini, anak akan melihat orangtuanya sebagai sosok yang mampu mengendalikan emosi, sekaligus belajar tentang pentingnya pengendalian diri. Ini adalah langkah awal yang penting dalam membantu mereka memahami cara berperilaku yang lebih baik di masa depan.
Saat anak berperilaku agresif, langkah pertama yang perlu diambil orangtua adalah menjauhkan mereka dari situasi yang memicu emosi negatif. Ajak si kecil ke tempat yang tenang, seperti dalam mobil, kamar, atau ruangan sepi, agar mereka bisa merenung dan menenangkan diri. Dalam momen tenang ini, orangtua memiliki kesempatan emas untuk mendiskusikan perilaku tersebut dengan lebih baik.
Mengalihkan perhatian anak dari situasi yang memicu kemarahan adalah kunci untuk meredakan suasana hati mereka. Setelah emosi mereda, orangtua dapat menjelaskan dengan lembut mengapa tindakan memukul tidak dapat diterima. Ini adalah momen berharga untuk mendidik anak tentang cara yang lebih positif dalam mengekspresikan perasaan mereka, sehingga mereka belajar untuk berkomunikasi dengan lebih baik di masa mendatang.
Perilaku anak yang memukul orang lain sering kali disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam mengelola dan mengenali emosinya. Untuk itu, peran orangtua sangat penting dalam memberikan dukungan emosional. Pelukan hangat dan kata-kata lembut dapat menjadi jembatan bagi anak untuk meredakan emosi negatif yang mengganggu, sehingga mereka merasa lebih diperhatikan dan didukung.
Orangtua juga perlu aktif membantu anak memahami berbagai macam emosi yang ada. Dengan membimbing anak untuk mengidentifikasi perasaan mereka menggunakan kata-kata yang sesuai dengan usia, anak akan lebih mampu mengendalikan emosi tanpa harus resort ke tindakan agresif. Dengan cara ini, anak tidak hanya belajar tentang diri mereka sendiri, tetapi juga bagaimana berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang lebih positif.
Sebagai orangtua, penting untuk menanamkan pemahaman bahwa kekerasan bukanlah solusi yang baik. Setelah suasana hati anak mereda, sampaikan dengan lembut namun tegas bahwa tindakan memukul adalah bentuk kekerasan yang dapat melukai orang lain. Dengan pendekatan yang penuh kasih, anak akan lebih mudah menerima bahwa perilakunya tidak dapat dibenarkan.
Selain itu, ajarkan anak cara-cara positif untuk mengekspresikan kemarahan atau frustrasi. Dorong mereka untuk berbicara dengan orangtua atau menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan mereka. Ini akan membantu anak memahami bahwa ada banyak cara yang lebih konstruktif untuk mengekspresikan emosi tanpa harus menyakiti orang lain.
Salah satu langkah terakhir yang dapat diambil orangtua untuk mengatasi kebiasaan memukul pada anak adalah dengan memberikan hukuman yang tepat. Namun, penting untuk diingat bahwa hukuman tidak harus berupa kekerasan. Ada banyak cara kreatif untuk memberikan konsekuensi, seperti mengurangi waktu bermain dengan mainan kesayangan mereka. Dengan pendekatan ini, anak akan belajar bahwa tindakan memukul memiliki akibat yang tidak menyenangkan.
Dengan memberikan konsekuensi yang sesuai dan konsisten, anak akan lebih mudah memahami bahwa perilaku agresif tidak dapat diterima. Selain itu, jangan lupa untuk selalu menjelaskan kepada mereka mengapa mereka mendapatkan konsekuensi tersebut. Dengan cara ini, anak tidak hanya belajar tentang batasan, tetapi juga memahami pentingnya perilaku yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain.
Menggunakan kekerasan dapat membuat anak meniru perilaku tersebut, memperparah masalah agresi.
Jauhkan anak dari situasi tersebut dan bawa ke tempat yang tenang sebelum mendiskusikan perbuatannya.