Kapanlagi.com - Unicompartmental Knee Arthroplasty (UKA) telah menjadi solusi populer dalam bedah ortopedi untuk mengatasi masalah nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut. Prosedur ini berbeda dengan Total Knee Arthroplasty (TKA), di mana UKA hanya menggantikan satu bagian dari sendi lutut yang rusak, sementara bagian lainnya yang masih sehat dipertahankan. Pendekatan ini dirancang untuk mengurangi risiko komplikasi pasca-operasi serta mempercepat pemulihan. Menurut Dr. dr. Franky Hartono, Sp.OT (K), dokter spesialis ortopedi dari RS Siloam Kebon Jeruk, UKA adalah solusi tepat untuk pasien yang mengalami kerusakan lutut terbatas pada satu kompartemen, seperti Anteromedial Osteoarthritis (AMOA) atau Spontaneous Osteonecrosis of the Knee (SONK).
UKA atau Partial Knee Arthroplasty merupakan prosedur yang menggantikan hanya satu kompartemen sendi lutut yang rusak, tanpa membuang kompartemen lain dan ligamen yang sehat. Ini sangat berguna bagi pasien yang tidak perlu menjalani penggantian lutut total, jelas Dr. Franky. Sebagai prosedur yang lebih minim invasif dibandingkan dengan TKA, UKA memberikan keuntungan dalam hal menjaga fungsi sendi yang masih sehat dan mempertahankan ligamen yang utuh. Pada TKA, ketiga kompartemen lutut digantikan, sedangkan pada UKA, kerusakan sendi yang terbatas saja yang ditangani.
UKA biasanya diterapkan pada pasien dengan nyeri lutut persisten yang tidak membaik dengan terapi konservatif, seperti obat anti-inflamasi dan fisioterapi. Nyeri ini sering terjadi saat aktivitas seperti berjalan, berdiri lama, atau bahkan saat beristirahat. Selain nyeri, pasien juga mungkin mengalami kekakuan dan penurunan kemampuan gerak. Jika gejala-gejala ini disertai dengan kerusakan pada kompartemen lutut bagian dalam, UKA dapat menjadi pilihan efektif untuk memperbaiki fungsi sendi dan mengurangi nyeri.
Faktor-faktor risiko seperti usia lanjut, obesitas, riwayat cedera lutut, serta osteoartritis menjadi penyebab utama kerusakan sendi lutut yang memerlukan tindakan UKA. Osteoartritis, yang merupakan peradangan pada sendi, sering kali menyebabkan kerusakan pada kompartemen bagian dalam lutut, memunculkan nyeri dan pembengkakan. Menurut Dr. Franky, kerusakan lutut dapat dicegah atau ditangani dengan intervensi dini dan manajemen risiko yang tepat.
Proses deteksi dini untuk kerusakan sendi lutut melibatkan pemeriksaan fisik dan pencitraan seperti rontgen atau MRI. "Pemeriksaan rutin penting untuk mengidentifikasi perubahan struktural pada sendi sebelum gejala menjadi parah," ungkap Dr. Franky. Mendeteksi gejala sejak dini, seperti nyeri yang berkepanjangan dan kekakuan sendi, dapat membantu pasien merencanakan perawatan yang sesuai sebelum kerusakan semakin meluas.
Sebelum menjalani UKA, pasien perlu menjalani serangkaian pemeriksaan untuk memastikan bahwa mereka adalah kandidat yang tepat untuk prosedur ini. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk menilai kerusakan lutut dan melihat apakah kerusakan tersebut terbatas pada satu kompartemen. Selain itu, pemeriksaan penunjang seperti rontgen dan MRI akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi lutut. "Kami juga melakukan uji laboratorium dan pemeriksaan kesehatan umum untuk memastikan pasien aman menjalani operasi," tambah Dr. Franky.
Prosedur UKA dilakukan dengan membuat sayatan sekitar 7 hingga 10 cm di kompartemen lutut bagian dalam. Bagian tulang dan kartilago yang rusak dikupas tipis, kemudian digantikan dengan implan yang terbuat dari logam titanium dan bantalan plastik steril. Prosedur ini meminimalkan kerusakan jaringan sekitar, sehingga pemulihan lebih cepat dibandingkan dengan TKA. "Implan yang kami gunakan di RS Siloam Kebon Jeruk berasal dari Oxford, Inggris, dan dikenal dengan desain mobile bearing-nya yang mampu meniru gerakan alami lutut," ungkap Dr. Franky.
Dalam UKA, terdapat dua jenis desain implan, yaitu fixed bearing dan mobile bearing. Desain fixed bearing lebih konvensional dan melibatkan bantalan yang terkunci di tempatnya, sedangkan desain mobile bearing memungkinkan bantalan bergerak seiring gerakan sendi, mengurangi gesekan dan keausan. Implan mobile bearing dirancang untuk memberikan gerakan yang lebih alami dan rentang gerak yang lebih luas dibandingkan fixed bearing, kata Dr. Franky. Di RS Siloam Kebon Jeruk, desain mobile bearing ini menjadi pilihan utama karena memberikan hasil jangka panjang yang lebih baik.
Proses pemulihan setelah UKA juga lebih cepat dibandingkan TKA. Pasien biasanya sudah bisa mulai berjalan dengan bantuan walker sehari setelah operasi. Terapi fisik dilakukan untuk memperkuat otot dan memulihkan rentang gerak lutut. Dr. Franky menjelaskan bahwa banyak pasien melaporkan pengurangan nyeri secara signifikan dalam minggu-minggu setelah operasi, dengan peningkatan fungsi lutut yang cepat.
Sejak tahun 2015, Dr. Franky Hartono bersama tim ortopedinya di RS Siloam Kebon Jeruk telah menangani lebih dari 250 kasus UKA. "Kami bangga menjadi pionir UKA di Indonesia, dan terus berupaya memberikan layanan terbaik dengan menggunakan teknologi dan teknik terbaru," tutup Dr. Franky. Pasien yang membutuhkan solusi untuk masalah lutut dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis ortopedi di RS Siloam Kebon Jeruk untuk mendapatkan penanganan yang tepat.