Kapanlagi Plus - Pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya yang digelar pada Sabtu (1/10) di Stadion Kanjuruhan diwarnai dengan kericuhan. Bisa dibilang ini adalah catatan hitam bagi sepak bola Indonesia karena korban jiwa berjatuhan dengan angka yang tidak main-main.
Berdasarkan pengamatan Bola.com di Kanjuruhan, banyak korban yang berjatuhan, baik karena sesak napas maupun karena terinjak-injak. Setiap ruang hingga pintu keluar stadion, banyak korban yang tergeletak, dan beberapa di antaranya tidak lagi bernapas.
Ketika wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir, menurut pantauan Bola.com, suasana masih tergolong kondusif. Namun, situasi kemudian mulai sulit untuk dikendalikan.
Seorang Aremania masuk lapangan sambil berlari membawa bendera Persebaya Surabaya yang dicoret. Kemudian aksi itu diikuti oleh Aremania lainnya yang masuk ke dalam lapangan dan jumlahnya makin banyak.
Tragedi Kanjuruhan (Credit: (Iwan Setiawan/Bola.com)
Personel keamanan pun melakukan tindakan dengan mengamankan para pemain Arema FC untuk masuk ke ruang ganti stadion. Hal itu menjadi prioritas karena mulai ada lemparan botol kemasan air mineral yang ditujukan kepada tim Arema FC.Setelah itu, para petugas kemanan berupaya menghalau Aremania agar tidak makin banyak yang turun ke lapangan. Sayangnya, petugas kepolisian, TNI, dan steward yang ada kalah jumlah dari para suporter yang turun ke lapangan. Tak sanggup mengendalikan keadaan, tembakan gas air mata pun jadi opsi yang diambil.
Namun keputusan Polisi ini mendapatkan kritikan keras dari seluruh elemen masyarakat. Pasalnya tembakan gas air mata ini disebut menjadi penyebab ratusan nyawa meninggal dunia di stadion Kanjuruhan, di mana FIFA sendiri sudah melarang penggunaan gas air mata dalam menangani kerusuhan di pertandingan sepak bola.
"Oleh karena itu tim pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan untuk mengejar para pemain," beber Nico dilansir dari Bola.net Minggu (2/10).
"Dalam prosesnya itu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan, pihak keamanan melepaskan gas air mata karena sudah anarkis, karena massa sudah menyerang petugas, sudah merusak mobil," terang orang nomor satu di Kepolisian Jawa Timur tersebut.
Advertisement
Dilansir dari Bola.net, Pihak Kepolisian Jawa Timur sendiri sudah mengumumkan jumlah korban jiwa di tragedi Kanjuruhan tersebut. Mereka mengonfirmasi ada total 127 Aremania yang berpulang, di mana 34 orang meninggal di Stadion, 93 meninggal di rumah sakit dan 180 orang masih mendapatkan perawatan intensif. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah mengingat proses pendataan yang terus berlangsung.
Segenap redaksi KapanLagi turut berduka cita atas meninggalnya para korban di Tragedi Kanjuruhan ini. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapatkan kekuatan serta penghiburan.
(kpl/tdr)