Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keberagaman. Oleh karena itu, SARA menjadi isu penting yang selalu disebut saat membicarakan identitas warga negara Indonesia. Sayangnya, arti SARA belum dipahami secara sepenuhnya.
Bahkan, ada pula pemahaman salah kaprah mengenai arti SARA yang berkembang di masyarakat. Hal ini menimbulkan kesan bahwa SARA merupakan sesuatu yang penuh sentimen negatif.
Padahal, arti SARA merujuk pada suatu hal yang netral, yakni suku, agama, ras, dan antargolongan. Nah, jika kalian tertarik untuk memahami arti SARA lebih dalam, yuk langsung simak informasi selengkapnya di bawah ini.
Advertisement
Ilustrasi (Credit: Unsplash)
Arti SARA bisa dipahami sebagai suku, agama, ras, dan antargolongan. Akronim ini sudah sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Kalian bisa menemukannya dengan mudah di tayangan TV, berita media cetak, buku, sekolah, hingga obrolan di tongkrongan. Sebenarnya, SARA merupakan istilah yang netral. Namun, SARA juga sering dianggap isu sensitif yang cukup sering dianggap sebagai penyebab dari suatu konflik.
Padahal, suku, agama, ras, dan antargolongan menjadi realitas sosial yang tidak bisa dielakkan dalam kehidupan bermasyarakat, baik modern maupun tradisional. Meski begitu, SARA masih sering dipandang dengan pikiran sentimen mengenai identitas diri yang menyangkut soal keturunan, agama, kesukuan, kebangsaan, dan golongan.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Ilustrasi (Credit: Unsplash)
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa arti SARA sebenarnya merujuk pada hal yang netral. Namun, selama ini ada pemahaman yang salah kaprah melalui kalimat "tidak mengandung SARA". Kaliat tersebut biasanya ditemukan pada sebuah aturan atau ketentuan. Misalnya, pada ketentuan lomba. Melalui kalimat tersebut, SARA terasa sebagai istilah yang begitu sensitif.
Ketentuan seperti itu bisa menumbuhkan pemahaman bahwa segala sesuatu yang mengandung suku, agama, ras, dan antargolongan merupakan sesuatu yang negatif dan perlu dihindari. Padahal, sekali lagi, berbagai aspek yang disebutkan itu sudah menjadi sesuatu yang melekat pada kehidupan bermasyarakat.
Lama-kelamaan, SARA justru identik dengan konflik. Frasa "mengandung SARA" menjadi salah kaprah jika diidentikkan dengan perpecahan, pertentangan, permusuhan, perselisihan, dan sebagainya. Bukan menghindari hal tersebut, justru setiap orang perlu menanamkan sikap saling menghormati agar tetap bisa bersatu di tengah banyak perbedaan yang ada.
Artinya, penggunaan frasa "mengandung SARA" dalam komunikasi sehari-hari perlu diubah. Mengandung SARA secara netral dan tanpa pandangan sentimen itu boleh. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah "menyinggung SARA" atau "mempertentangkan SARA".
Advertisement
Ilustrasi (Credit: Unsplash)
Selain memahami arti SARA, kalian juga perlu mengetahui tindakan yang menyinggung atau mempertentangkan SARA. Hal ini perlu diketahui agar kalian bisa menghindarinya saat berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Berikut ini, terdapat penjelasan tiga kategori tindakan yang menyinggung SARA untuk kalian simak.
Individual: Tindakan yang bersifat menyerang, melecehkan, mendiskriminasi, atau menghina golongan lainnya. Tindakan ini dilakukan oleh individu atau golongan.
Institusional: Tindakan yang dilakukan oleh institusi atau pemerintah melalui aturan atau kebijakan yang bersifat diskriminatif bagi SARA.
Kultural: Tindakan penyebaran tradisi atau ide-ide yang bersifat diskriminatif antar golongan.
Tindakan di atas jelas harus dicegah karena dapat menimbulkan kebencian dan berujung pada konflik. Terdapat contoh tindakan yang menyinggung SARA dan berujung konflik di Indonesia. Salah satunya adalah Kerusuhan Mei 1998. Konflik ini berujung pada kekerasan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi pada 13 Mei-15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta dan juga terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia. Banyak sasaran perusakan adalah bangunan milik etnis Tionghoa. Selain itu, ada pula kasus kekerasan seksual yang dialami perempuan Tionghoa.
Selanjutnya, ada pula tindakan menyinggung SARA yang terjadi melalui media sosial. Berita mengenai terkuaknya kasus sindikat penebar ujaran kebencian bernama Saracen cukup menggemparkan. Sindikat Saracen ini terbongkar pada pertengahan 2017 lalu. Dipimpin oleh Jasriadi, jaringan ini ternyata telah memproduksi dan menyebarkan konten kebencian SARA sejak November 2015. Mereka memproduksi konten, seperti meme, narasi, gambar, hingga berita hoaks secara bersama-sama melalui ratusan ribu akun.
Ilustrasi (Credit: Unsplash)
Melalui penjelasan tentang arti SARA hingga tindakan yang menyinggung di atas, wajar jika kalian mulai berpikir tentang cara mencegah konflik yang mungkin terjadi. Ada beberapa upaya yang bisa kalian lakukan, antara lain:
1. Memahami Adanya Perlindungan Bagi Hak Warga Negara
Sebagai negara hukum, Indonesia juga menjamin akan memberikan perlindungan pada semua hak yang dimiliki warga negara. Contohnya, kalian bisa melihat Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945, pasal 28 E. Berdasarkan Undang-Undang, Indonesia memberikan kebebasan pada masyarakatnya untuk memeluk agama dan beribadah sesuai kepercayaan dan keyakinan masing-masing.
2. Saling Menghargai dan Menghormati Keberagaman
Sikap yang bisa kalian terapkan antara lain:
- Menghormati dan menghargai orang yang memiliki suku, budaya, asal daerah, agama, atau golongan yang berbeda dari kita.
- Bergaul dengan siapa saja tanpa melihat latar belakang suku, budaya, agama, dan golongan.
- Mau mengenal dan mempelajari kebudayaan dan adat dari daerah lain.
3. Tidak Menyimpan Prasangka Buruk pada Orang Lain yang Berbeda
Seperti yang sudah diketahui, Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang beragam. Nah, setiap orang tidak boleh memiliki prasangka buruk pada orang atau kelompok yang berbeda.
4. Mengamalkan Nilai-Nilai Persatuan dan Kesatuan
Berikut ini terdapat beberapa contoh sikap pengamalan nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang bisa kalian terapkan.
- Menguatkan dan mengembangkan prinsip Bhineka Tunggal Ika.
- Meningkatkan rasa kekeluargaan, kebersamaan, musyawarah, gotong royong, dan lain-lain.
- Menghindari sifat atau pandangan yang bisa memicu konflik, misalnya egoisme, ekstremisme, etnosentrisme, fanatisme, dan sebagainya.
Nah, KLovers, itulah penjelasan mengenai arti SARA beserta informasi tentang tindakan menyinggung yang perlu kalian hindari.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/gen/ans)
Advertisement
9 Potret Tulus di Panggung KapanLagi Buka Bareng (KLBB) BRI Festival 2025, Sukses Menutup Keseruan Hari Pertama
Potret KapanLagi Buka Bareng (KLBB) BRI Festival 2025 Day 1 Sukses Dimeriahkan Reality Club, Juicy Luicy, Bernadya, hingga Tulus - Disambut Puluhan Ribu Penonton
10 Potret Juicy Luicy Bikin Baper Puluhan Ribu Penonton di KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2025, Suaranya Adem Banget
10 Potret Reality Club Sapa Penonton KapanLagi Buka Bareng (KLBB) BRI Festival 2025 Setelah Buka Puasa, Serunya Terasa!
Reality Club Lanjutkan Keseruan KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2025 di Tengah Rintik Hujan, Suasana Makin Syahdu