Persiapan Menyambut Idul Adha, Ini Puasa Sunnah yang Dianjurkan Rasulullah

Penulis: Fardi Rizal

Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Menjelang Hari Raya Idul Adha, umat Islam memiliki kesempatan untuk meraih pahala luar biasa melalui ibadah puasa sunnah. Dalam rentang 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, terdapat beberapa jenis puasa yang dianjurkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Puasa-puasa ini bukan hanya sarana ibadah, tapi juga momentum penyucian jiwa yang berharga.

Beberapa hadits menyebutkan bahwa amalan saleh di hari-hari awal Dzulhijjah sangat dicintai oleh Allah SWT, bahkan lebih baik daripada jihad, kecuali bagi orang yang berangkat jihad dengan harta dan jiwanya tanpa kembali. Hadits ini menunjukkan betapa mulianya waktu-waktu ini jika digunakan untuk berpuasa dan beribadah lainnya.

Salah satu hadist berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari 'Asyura' (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, awal bulan di hari Senin dan Kamis." (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i). Hadist ini digunakan oleh para ulama sebagai dalil anjuran untuk berpuasa di 9 hari awal bulan Dzulhijjah, yang juga menjadi hari-hari sebelum Idul Adha. Oleh karena itu, memahami dan menjalankan puasa sunnah sebelum Idul Adha menjadi bentuk keteladanan yang mulia dan penuh keberkahan.

1. Puasa Awal Dzulhijjah: Puasa 7 Hari Pertama yang Sarat Makna

Sepanjang tujuh hari pertama di bulan Dzulhijjah, umat Islam sangat dianjurkan untuk berpuasa. Puasa ini merupakan bagian dari ibadah yang disebutkan langsung dalam hadits Nabi, termasuk dalam kebiasaan Rasulullah SAW yang tidak pernah meninggalkannya.

Sebagaimana disebut dalam hadits Hafshah RA: "Ada empat hal yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW, yaitu puasa Asyura, puasa 9 hari di bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat sebelum subuh." (HR Ahmad dan An-Nasa'i). Hadits ini menjadi landasan utama dalam pelaksanaan puasa sunnah awal Dzulhijjah.

Setiap hari dalam tujuh hari pertama ini juga memiliki makna historis penting. Dari diampuninya Nabi Adam hingga ditutupnya pintu neraka pada hari ketujuh, semua mencerminkan betapa istimewanya waktu tersebut. Niat untuk puasa Dzulhijjah adalah:

Nawaitu shauma syahri dul hijjah sunnatan lillaahi ta'aalaa (Saya niat puasa bulan Dzulhijjah, sunah karena Allah Ta'ala).

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Puasa Tarwiyah: Puasa di Tanggal 8 Dzulhijjah

Hari kedelapan bulan Dzulhijjah dikenal sebagai Yaumu Tarwiyah, dan pada hari ini disunnahkan melaksanakan puasa Tarwiyah. Meskipun hadits terkait keutamaannya ada yang dianggap dhaif, namun banyak ulama tetap menganjurkannya sebagai bagian dari fadhailul a'mal (keutamaan amal).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA: "Barangsiapa berpuasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan. Dan, untuk puasa pada hari Tarwiyah seperti puasa setahun." (HR. Ali Al-Muairi, At-Thibbi, Abu Sholeh, dan Ibnu Abbas). Meski sanadnya lemah, nilai spiritual dan semangat ibadah tetap dianjurkan.

Niat puasa Tarwiyah adalah:

Nawaitu shauma at-tarwiyata sunnatan lillahi ta'ala (Saya niat berpuasa sunnah Tarwiyah karena Allah Ta'ala). Melaksanakan puasa ini menjadi bentuk kecintaan kita kepada ibadah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

3. Puasa Arafah: Puasa yang Menghapus Dosa Dua Tahun

Satu hari sebelum Idul Adha, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah, dikenal sebagai Hari Arafah. Ini merupakan waktu paling utama untuk berpuasa bagi kaum muslimin yang tidak sedang berhaji. Puasa ini memiliki keutamaan luar biasa, yakni menghapuskan dosa selama dua tahun.

Dalam hadits sahih disebutkan: "Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang." (HR. Muslim). Keistimewaan hari Arafah juga disebut sebagai hari paling banyak Allah membebaskan hamba-Nya dari neraka (HR. Muslim).

Niat puasa Arafah:

Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta'ala (Saya niat puasa Arafah, karena Allah ta'ala). Sangat dianjurkan untuk tidak melewatkan puasa ini, terutama bagi yang tidak berhaji.

4. Larangan Puasa pada Hari Raya Idul Adha

Setelah puasa Arafah berakhir, umat Islam menyambut hari raya Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah. Pada hari ini, Islam melarang pelaksanaan puasa dalam bentuk apapun, karena merupakan hari besar umat Islam yang ditandai dengan ibadah kurban dan shalat Id.

Rasulullah SAW bersabda: "Hari-hari Tasyriq (11-13 Dzulhijjah), adalah hari makan, minum, dan berdzikir kepada Allah." (HR. Muslim). Ini menjadi tanda bahwa kebahagiaan dan kebersamaan dalam menyambut Idul Adha lebih diutamakan daripada berpuasa.

Karenanya, umat Islam hanya dianjurkan berpuasa pada sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah, dan berhenti tepat saat Idul Adha tiba. Momentum ini juga bisa dimanfaatkan untuk memperbanyak sedekah, takbir, dan amal ibadah lainnya sebagai penyempurna puasa sunnah yang telah dikerjakan.

5. Pertanyaan Populer (PAA)

Apakah boleh puasa hanya satu hari sebelum Idul Adha?

Ya, puasa satu hari sebelum Idul Adha disebut puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dan sangat dianjurkan bagi yang tidak berhaji.

Apa keutamaan puasa Arafah?

Puasa Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun: satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.

Berapa hari puasa sebelum Idul Adha yang dianjurkan?

Dianjurkan untuk berpuasa 9 hari pertama bulan Dzulhijjah, mulai dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah.

Apakah niat puasa Dzulhijjah harus diucapkan?

Niat dalam hati sudah cukup, namun disunnahkan untuk dilafalkan agar lebih mantap dan sesuai sunnah.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/frr)

Editor:

Fardi Rizal