Kapanlagi Plus - Di saat kita menikmati kehidupan yang sudah serba advanced dan modern, masih banyak suku-suku primitif di luar sana yang hidup secara terisolasi dari dunia. Bukannya tak dipedulikan, namun memang mereka sendiri yang menolak untuk melihat dunia luar.
Setiap suku primitif pasti punya kepercayaan dan juga adat yang berbeda. Ada yang tak berbahaya bagi orang luar, namun tak sedikit pula sangat tidak bersahabat ketika didekati.
Lewat artikel ini, kita telah menyimpulkan 10 suku primitif di seluruh dunia yang hidup secara terisolasi dan dianggap paling berbahaya dilansir dari situs Slappedham.com. Jika tak berhati-hati, kalian bisa kehilangan nyawa secara sia-sia ketika masuk teritori mereka!
Suku ini terdiri dari para pemburu, mengingat mereka memang bertahan hidup dengan cara memburu hewan di pulau tersebut. Senjata yang mereka gunakan adalah busur dan tombak.
Pemerintahan India sudah memberi peringatan keras bahwa suku Sentinelese sangat berbahaya dan wajib dijauhi. Suku ini memberi batasan sekitar 5 km bagi orang luar dari pulau mereka.
Katanya, ada sekitar 250 hingga 500 anggota dari suku primitif ini. Leluhur mereka dipercaya sudah hidup di pulau tersebut selama puluhan ribu tahun lamanya.
Tahun 1988 silam, seorang petualang asal Inggris bernama Benedict Allen secara tak sengaja bertemu mereka. Ia lalu disambut dengan gerakan dansa yang mengintimidasi, di mana mereka mengacungkan busur panah kepada Allen. Ia lalu dipaksa untuk mengikuti upacara adat selama 3 minggu lamanya, di mana Ia juga disiksa.
Allen yang jadi saksi hidup kengerian suku Yaifo, menceritakan jika dirinya begitu terkesan dengan kemampuan para anggota suku ini untuk berjalan dengan cepat di batang pepohonan, tanpa alat pengaman apapun. Sementara itu, para wanita dilatih untuk jadi mata-mata. Keberadaan mereka hampir tak bisa terdeteksi.
Advertisement
Suku ini percaya jika orang berkulit putih itu adalah iblis. Karenanya, mereka bakal membunuh siapapun yang akan masuk ke dalam teritori mereka tanpa ampun, demi melindungi diri dari serangan iblis.
Dulunya, suku ini juga kanibal alias memakan daging manusia. Beberapa peneliti percaya jika hal itu juga masih dilakukannya hingga sekarang.
Suku Suma juga sangat lihai dalam pertarungan fisik menggunakan tongkat yang mereka sebut sebagai sagine. Bahkan ada adat di mana 2 pria harus saling bertarung demi mendapatkan seorang wanita, hingga salah satu dari mereka mati.
Tahun 80an silam ada seorang doktor asal Rusia yang mengunjungi suku ini. Ia malah dikira sebagai mayat berjalan karena warna kulitnya yang berbeda.
Advertisement
Pihak pemerintahan Brazil sempat mencoba berdamai dengan suku ini, namun hasilnya 7 orang dibunuh. Pemerintah akhirnya menetapkan jika suku Korubo sangat berbahaya dan harus dijauhi, apapun alasannya.
Kabar lain menyebut jika suku ini percaya pada kepercayaan infanticide atau membunuh para bayi sebagai korban.
Suku ini sering terlihat di teritori tetangga ketika mencari makan. Namun mereka biasanya tinggal di dekat Sungai Las Piedras selama musim panas. Dan ketika musim hujan tiba, merkea bakal mengungsi ke pedalaman hutan Amazon.
Advertisement
Beberapa anggota dari Totobiegosode dikabarkan sudah mau menerima kehidupan modern, sementara lainnya masih tetap hidup mengembara jauh di dalam hutan Chaco.
Ketika seorang anggota dari suku ini hampir mati, maka anggota lainnya akan menggali lubang di tanah. Tubuh anggota yang sekarat itu lantas dikubur hidup-hidup.
Untuk lolos ujian pendeawasaan, para pria harus membuktikan jika mereka lihai menggunakan tongkat untuk bertarung. Pertarungan antar pria juga dilakukan sebelum menikah demi seorang wanita. Setelah menikah, sang pria lantas harus mencuri sapi dari suku tentangga secara reguler.
Beberapa dari mereka masih menggunakan kayu atau bambu untuk bertarung. Namun tak sedikit dari mereka yang sudah mulai memiliki senjata api yang didapatkan dari pertukaran dengan sapi.
Advertisement
Emas lalu ditemukan di sekitaran teritori mereka. Sejak saat itu, suku Fleicheros jadi sering bertemu dengan para penggali emas, pun tak kadang menyerang mereka. Tahun 2017, 2 orang penggali emas bahkan dibantai habis-habisan, lalu dimutilasi, sebelum mayatnya dibuang ke sungai.
Suku ini tinggal di atas perahu kayu di sekitaran Kepulauan Mergui yang ada di antara Burma dan Thailand. Mereka bersenjatakan tombak dan jaring untuk menangkap ikan dan apapun di laut yang bisa dimakan. Perahu mereka biasanya dilengkapi dengan dapur dan tempat tidur.
PBB lantas membuat keputusan untuk melindungi suku Moken dan jalan hidup mereka yang sangat tidak biasa tersebut.
Advertisement
(sla/gtr)