5 Ciri Teman yang Suka Play Victim dan Tips Cerdas Menghadapinya!

5 Ciri Teman yang Suka Play Victim dan Tips Cerdas Menghadapinya!
Ilustrasi. (foto: Pinterest/Freepik).

Kapanlagi.com - Dalam dunia pertemanan, sama seperti dalam kisah cinta, kita seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan yang rumit. Salah satunya adalah bertemu dengan teman yang hobi berperilaku sebagai korban atau playing victim. Menghadapi tipe teman seperti ini bisa menjadi pekerjaan rumah yang cukup merepotkan. Motif di balik sikap mereka pun beragam; bisa jadi mereka ingin mendapatkan perhatian, membangkitkan rasa kasihan, atau sekadar ingin selalu dimengerti agar bisa mendapatkan apa yang diinginkan dengan mudah.

Jika kita tidak bijak dalam menyikapi orang seperti ini, bisa-bisa kita sendiri yang terjebak dalam kerugian. Sikap playing victim tidak hanya merugikan secara emosional, tetapi juga bisa merusak dinamika pertemanan. Teman yang selalu merasa jadi korban cenderung menguras energi dan waktu kita, menciptakan lingkungan pertemanan yang tidak sehat dan penuh drama.

Lalu, bagaimana cara mengenali apakah seseorang termasuk dalam kategori playing victim? Berikut ini adalah beberapa tanda yang bisa kamu amati. Dengan memahami ciri-ciri ini, kamu bisa lebih bijak dalam menyikapi dan menjaga keseimbangan dalam hubungan pertemananmu. Mari kita simak!

1. Suka Menyalahkan Orang Lain

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Freepik).

Seseorang yang terjebak dalam mentalitas "playing victim" cenderung melihat setiap kesulitan yang dihadapinya sebagai hasil dari faktor luar, bukan akibat dari tindakan yang dilakukannya sendiri. Dengan pola pikir ini, mereka dengan mudah menyalahkan orang lain atas segala kesialan yang menimpa, menghindari tanggung jawab, dan enggan mengakui kesalahan yang mungkin telah diperbuat. Dalam benaknya, kesalahan selalu terletak di luar diri, sehingga ia merasa bebas dari beban tanggung jawab.

Perilaku semacam ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat menghancurkan hubungan dengan orang-orang di sekitarnya, baik dalam konteks pertemanan, keluarga, maupun lingkungan kerja. Biasanya, mereka yang suka melemparkan kesalahan kepada orang lain memiliki rasa percaya diri yang rendah dan merasa tidak aman dengan diri mereka sendiri, sehingga menciptakan jarak dan ketegangan dalam interaksi sosial.

(Update terbaru Ammar Zoni, bakal dipindah dari Nusakambangan ke Jakarta.)

2. Sangat Manipulatif

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Freepik).

Ketika seseorang terjebak dalam kebiasaan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukannya, otaknya secara otomatis akan mencari alasan untuk membenarkan tindakannya. Dalam proses ini, muncul sikap manipulatif yang sangat lihai dalam memainkan emosi orang lain. Dengan cerdik, ia menciptakan suasana yang membuat orang lain merasa bersalah atau bahkan simpatik terhadap kesulitan yang dialaminya.

Si manipulator ini memiliki kemampuan luar biasa dalam memutarbalikkan fakta agar sesuai dengan narasi yang diinginkannya. Dengan cara ini, ia dapat meraih keuntungan pribadi meskipun mengorbankan orang lain. Manipulasi semacam ini seringkali membuat kita merasa bingung dan meragukan diri sendiri. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali tanda-tanda manipulasi ini sejak dini agar kita tidak terjebak dalam jaringnya.

3. Suka Memanfaatkan Orang Lain

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Freepik).

Orang yang gemar berperan sebagai korban memiliki bakat luar biasa dalam memanfaatkan orang lain. Mereka mampu mengamati dan memahami karakter serta psikologi targetnya, lalu berusaha merayu dengan kebaikan yang sebenarnya hanya topeng untuk mencapai tujuan pribadi. Dengan strategi ini, mereka bisa dengan mudah mengelabui orang-orang di sekitarnya.

Sayangnya, ketika seseorang sudah terjerat dalam jaring manipulasi si "playing victim", akan sulit bagi mereka untuk menyadari bahwa mereka sedang dieksploitasi. Terutama bagi individu yang terlalu baik hati dan patuh, yang sering kali menjadi sasaran empuk. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tetap waspada dan tidak terbuai oleh pesona atau sikap manis yang ditunjukkan oleh orang-orang semacam ini.

4. Tidak Bisa Menerima Kritik

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Freepik).

Bagi banyak orang, menghadapi kritik adalah tantangan yang berat, terutama bagi mereka yang selalu berperan sebagai korban. Mereka cenderung mengalihkan kesalahan kepada orang lain, sehingga menerima masukan menjadi hal yang sangat sulit. Meskipun mendengar komentar negatif tentang diri kita bisa menyakitkan, kritik sebenarnya bisa menjadi jembatan untuk meningkatkan kualitas diri.

Namun, si playing victim sering kali menganggap kritik sebagai serangan pribadi, beranggapan bahwa orang lain tidak menyukainya. Sikap ini menciptakan hambatan dalam komunikasi dan sering kali memicu konflik yang tidak perlu. Akibatnya, kesempatan untuk belajar dan berkembang menjadi terhalang, dan hubungan dengan orang lain pun bisa terpengaruh.

5. Hidup di dalam Drama

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Freepik).

Pernahkah kamu bertemu dengan sosok yang seolah tak pernah lepas dari drama? Salah satunya adalah mereka yang gemar berperan sebagai korban atau "playing victim". Dengan sikap yang selalu mengundang perhatian, mereka menjadikan kehidupan mereka bak sebuah sinetron, di mana segala sesuatu yang sepele seolah diceritakan dengan bumbu berlebihan. Setiap keluhan seakan menjadi panggung utama, dan tak jarang membuat orang lain merasa terpaksa untuk bersimpati.

Namun, di balik semua itu, drama yang tak ada habisnya ini bisa menjadi beban tersendiri bagi orang-orang di sekitarnya. Tentu saja, terus-menerus terjebak dalam kisah sedih dan keluhan ini bukan hanya melelahkan, tetapi juga dapat menciptakan jarak emosional. Siapa yang sanggup bertahan dengan alur cerita yang sama berulang kali, tanpa ada perubahan yang berarti?

6. Apa tanda seseorang sangat manipulatif?

Mereka sering mempermainkan emosi orang lain, membuat orang merasa bersalah atau bersimpati atas keburukan yang terjadi pada dirinya, dan memutarbalikkan fakta untuk keuntungan sendiri.

7. Mengapa orang yang suka playing victim sulit menerima kritik?

Mereka melihat kritik sebagai serangan pribadi dan cenderung menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri.

(Hari patah hati se-Indonesia, Amanda Zahra resmi menikah lagi.)

(kpl/abh)

Rekomendasi
Trending