Diperbarui: Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Prof. Bambang Hero Saharjo, seorang Guru Besar dari Institut Pertanian Bogor (IPB), kini menjadi pusat perhatian publik setelah dilaporkan ke Polda Kepulauan Bangka Belitung. Laporan ini terkait dengan penghitungan kerugian lingkungan yang mencengangkan, mencapai Rp271 triliun, dalam kasus tata niaga timah.
Pengacara Andi Kusuma yang melaporkan Bambang, mempertanyakan kompetensinya dalam menghitung kerugian negara. Menurut Andi, metode yang digunakan oleh Bambang, yang melibatkan citra satelit gratis, dianggap kurang akurat dan relevan. Ia juga menyoroti bahwa dampak dari laporan tersebut dapat berimbas pada ekonomi daerah, bahkan menyebabkan penutupan beberapa perusahaan.
Meskipun kini terlibat dalam kontroversi, Prof. Bambang sebelumnya dikenal luas berkat kontribusinya dalam berbagai isu lingkungan. Ia pernah menerima penghargaan bergengsi John Maddox Prize pada tahun 2019, yang semakin mengukuhkan reputasinya di bidang ini.
Advertisement
Berikut perjalanan hidup dan kontroversi yang kini menyelimuti nama Bambang Hero Saharjo, dirangkum Kapanlagi.com dari berbagai sumber, Kamis (9/1).
Bambang Hero Saharjo, sosok inspiratif yang lahir di Jambi pada 10 November 1964, tumbuh dalam nuansa kesederhanaan yang dipenuhi dengan nilai-nilai kejujuran dan kerja keras yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya.
Semasa kecil, ia tak segan membantu keluarganya berjualan es mambo di sela-sela belajar. Ketertarikan mendalamnya pada dunia kehutanan muncul saat ia duduk di bangku SMA, yang membawanya memilih Fakultas Kehutanan di IPB dan lulus pada tahun 1987.
Berkat beasiswa, perjalanan akademisnya berlanjut ke Kyoto University, Jepang, di mana ia meraih gelar S-2 pada 1996 dan menyelesaikan program doktoralnya pada 1999 dengan fokus pada sumber daya hutan tropis.
Kini, Bambang mengemban amanah sebagai Guru Besar di IPB, membimbing ratusan mahasiswa dari berbagai jenjang, sembari aktif melakukan penelitian penting, termasuk studi emisi gas rumah kaca akibat kebakaran gambut, yang didukung oleh lembaga internasional terkemuka seperti NASA.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Bambang, seorang ahli forensik kebakaran yang telah berkontribusi dalam lebih dari 400 kasus kebakaran hutan di Indonesia, menjadi pahlawan di balik layar penegakan hukum. Dengan kerjasama erat bersama Polri dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ia mengungkap praktik pembakaran lahan oleh perusahaan kelapa sawit melalui bukti ilmiah yang tak terbantahkan.
Meski harus menghadapi gugatan hukum dan intimidasi, semangatnya tak pernah pudar dalam membela kebenaran. Penghargaan John Maddox Prize yang diterimanya pada tahun 2019 di London menjadi bukti nyata dedikasinya dalam melawan kesalahpahaman tentang kebakaran hutan.
Selain itu, Bambang juga berperan aktif dalam memberikan pelatihan kepada aparat penegak hukum, memperkuat kemampuan mereka dalam menangani kasus lingkungan. Baginya, menjaga lingkungan bukan sekadar tugas, melainkan sebuah tanggung jawab moral yang harus diemban dengan sepenuh hati.
Advertisement
Dalam sorotan tajam kasus tata niaga timah di Bangka Belitung, Bambang ditugaskan untuk mengungkap kerugian lingkungan akibat aktivitas pertambangan yang merugikan, dan hasilnya mengejutkan: total kerugian mencapai Rp271 triliun, mencakup kerusakan parah di hutan dan area non-hutan.
Namun, laporan ini tidak lepas dari kontroversi; pengacara Andi Kusuma mempertanyakan metode yang digunakan Bambang, termasuk analisis citra satelit, serta kurangnya keterlibatan ahli dan kompetensi dalam keuangan negara.
Dampak laporan ini pun terasa di perekonomian lokal, dengan banyak perusahaan terpaksa gulung tikar dan pekerja kehilangan mata pencaharian.
Meski demikian, Bambang bersikeras bahwa kerugian lingkungan tidak bisa diukur hanya dari sisi ekonomi, melainkan juga dari dampak jangka panjang terhadap ekosistem dan kesehatan masyarakat, menekankan pentingnya penghitungan ini untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Bambang, seorang akademisi berpengaruh, telah meraih beragam penghargaan yang mencerminkan dedikasinya di bidang lingkungan, termasuk prestisius John Maddox Prize dan Satyalancana Karya Satya dari pemerintah Indonesia atas pengabdiannya sebagai dosen.
Tak hanya itu, ia juga sering diundang sebagai pembicara di forum internasional dan menjalin kolaborasi dengan universitas terkemuka di Amerika Serikat serta lembaga internasional lainnya.
Penelitiannya yang mendalam mengenai kebakaran hutan dan dampaknya terhadap perubahan iklim menjadi salah satu sumbangsih signifikan dalam dunia sains.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, semangat Bambang untuk memperjuangkan perlindungan lingkungan tak pernah pudar; baginya, penghargaan tertinggi adalah melihat masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga bumi kita.
Kasus yang melibatkan Bambang mencerminkan betapa sulitnya perjuangan para ahli lingkungan dalam membela kebenaran di tengah intimidasi, gugatan hukum, dan tekanan politik yang mengancam.
Namun, harapan Bambang terletak pada generasi muda Indonesia, yang ia yakini mampu meneruskan perjuangannya. Dengan pendidikan yang berkualitas dan penanaman nilai-nilai integritas, ia percaya bangsa ini bisa menjaga kekayaan alam untuk masa depan.
Baginya, masalah seperti kebakaran hutan, kerusakan lingkungan, dan praktik korupsi adalah kejahatan yang harus dilawan habis-habisan. Dengan tekad yang kuat, Bambang berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui penelitian, pengajaran, dan advokasi lingkungan demi bumi yang lebih baik.
Bambang Hero Saharjo adalah Guru Besar IPB dan ahli forensik kebakaran yang dikenal atas kontribusinya dalam kasus lingkungan.
Ia dilaporkan terkait metode penghitungan kerugian lingkungan sebesar Rp271 triliun dalam kasus tata niaga timah.
Ia telah meraih John Maddox Prize 2019 dan sejumlah penghargaan bergengsi lainnya, sebagai pengakuan atas komitmennya yang tak tergoyahkan dalam melestarikan lingkungan.
Bambang memanfaatkan kecanggihan analisis citra satelit dan data ilmiah untuk mengungkap besarnya kerugian yang dialami lingkungan kita.
Laporan ini berdampak signifikan pada perekonomian daerah, memicu gelombang penutupan perusahaan dan meningkatkan angka pengangguran di kalangan pekerja tambang.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rmt)
Advertisement
Dituding Menjatuhkan UMKM, Tasyi Athasyia Pilih Pamit dari Medsos
Netizen Sindir Agensi Kim Soo Hyun yang Janjikan Klarifikasi, Justru Beri Teaser Lebih Dulu
Brand Mulai Putus Kerja Sama, Kim Soo Hyun Berisiko Bayar Penalti Hingga Rp225 Miliar
Teaser Film 'MENDADAK DANGDUT' Remake 2025 Dirilis, Netizen Antusias Menanti Penayangan Perdana
Fakta Tentang Sri Mulyani dan Isu Mundur dari Kabinet