Biografi Sunan Kudus Wali Songo yang Punya Strategi Dakwah Toleransi, Pernah Jadi Panglima Perang


Berita | Sabtu, 27 Mei 2023 11:11

Kapanlagi.com - Wali Songo yang berjumlah 9 orang menjadi sosok yang sangat berperan dalam penyebaran agama Islam di Tanah Jawa. Sunan Kudus merupakan satu dari ke-9 Wali Songo yang punya andil luar biasa dalam menyebarkan agama Islam di masa lalu. Untuk mengenali sosoknya dan mengetahui kisah hidupnya, kita bisa membaca biografi Sunan Kudus.


Biografi Sunan Kudus bisa jadi satu bacaan yang menarik sekaligus bermanfaat. Pasalnya, dalam biografi Wali Songo Sunan Kudus terdapat kisah penuh perjuangan beliau dalam menyebarkan ajaran Islam. Selain sebagai ulama penyebar agama Islam, Sunan Kudus juga dikenal sebagai panglima kesultanan Demak. 

Penasaran, bagaimana kisah Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam? Langsung saja simak ulasan biografi Sunan Kudus berikut ini.

1 dari 3 halaman

1. Latar Belakang dan Kehidupan Pribadi

(credit: wikipedia)

Sunan Kudus diperkirakan di daerah Jawa Tengah, pada 1400 M. Sebelum menjadi seorang Wali Songo, Sunan Kudus dikenal dengan nama lahir Ja'far Ash-Shadiq. Sunan Kudus atau Ja'far Ash-Shadiq merupakan seorang putra dari ulama bernama putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji. Ayah dari Sunan Kudus tersebut merupakan saudara kandung dari Sunan Ampel. Sementara itu, ibunda Sunan Kudus bernama Dewi Sari binti Ahmad Wilwatikta.

Dari garis sang ayah, Sunan Kudus juga masih tergolong keturunan Nabi Muhammad SAW. Sunan Kudus menjadi cucu buyut Syekh Ibrahim As- Samarqandi yang jika ditarik silsilahnya ke atas, maka merupakan keturunan Rasulullah SAW mdari jalur Sayyidina Husen bin Fatimah binti Rasulullah SAW.

Sebelum berdakwah, Sunan Kudus pernah menjadi seorang panglima perang atau senopati Kerajaan Demak. Pecahnya perselisihan di dalam Kerajaan Demak akibat dari wafatnya Sultan Trenggana, mendorong beliau untuk keluar. Sejak saat itu, beliau pindah ke Kudus untuk fokus untuk berdakwah.

Kehadiran Sunan Kudus atau Ja'far Ash-Shadiq mendapat sambutan baik dari masyarakat. Terbukti, dakwah yang dilakukan Sunan Kudus diterima masyarakat. Banyak masyarakat yang kemudian masuk Islam lantaran strategi berdakwah Sunan Kudus yang sangat hangat, jauh dari kata pemaksaan apalagi konflik. Untuk melancarkan dakwahnya, Sunan Kudus sama seperti para Wali Songo yang lain, beliau juga memanfaatkan seni dan budaya untuk bisa mendekati masyarakat setempat.

 

2 dari 4 halaman

2. Kisah Dakwah Sunan Kudus

(credit: flickr)

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, ayah Sunan Kudus merupakan seorang ulama sekaligus saudara kandung dari Sunan Ampel. Oleh sebab itu, di masa anak-anak hingga remaja dan sebelum mulai berdakwah, Sunan Kudus lebih dahulu berguru kepada ayahnya.

Di samping itu, Sunan Kudus juga memperdalam ajaran Islam dengan belajar kepada beberapa ulama besar lainnya, mulai dari Kyai Telingsing, Ki Ageng Ngerang, hingga Sunan Ampel yang tak lain adalah pamannya. Dengan kecerdasan yang dimiliki, Sunan Kudus mudah memahami setiap ajaran yang beliau terima dari para ulama yang menjadi gurunya.

Namun, Sunan Kudus tak hanya pandai dalam hal akal. Sunan Kudus juga sangat pandai dalam hal sosial dan emosi. Hal ini terbukti dari strategi-strategi yang digunakan Sunan Kudus dalam berdakwah. Pasalnya dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kudus menggunakan cara-cara yang bijaksana. Sunan Kudus menyesuaikan strateginya dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Maka tak heran jika Sunan Kudus mempunyai pendekatan yang sangat menjunjung toleransi.

Saat Sunan Kudus mulai berdakwah, Hindu-Budha masih jadi agama yang mayoritas di Kudus. Karenanya, Sunan Kudus melakukan pendekatan ke masyarakat dengan berusaha mengakulturasi budaya Islam dan budaya kedua agama tersebut. Selain itu, sama seperti para Wali Songo lainnya, Sunan Kudus juga menggunakan pendekatan seni dalam berdakwah.

Masjid Menara Kudus menjadi salah satu bukti kecerdasan Sunan Kudus dalam mengakulturasi budaya Islam dan budaya Hindu. Untuk mendekatkan masyarakat dengan masjid, Sunan Kudus membangun masjid dengan menara yang mirip seperti candi. Masjid Kudus atau yang juga disebut Masjid Al-Aqsa itu dibangun Sunan Kudus bersama masyarakat pada tahun 956 H atau 1537 M.

Bukti lainnya, untuk bentuk penghormatan pada masyarakat Hindu, Sunan Kudus meminta kepada masyarakat setempat yang sudah memeluk Islam untuk tidak memotong hewan kurban sapi saat Idul Adha. Hal ini dilakukan untuk menghormati masyarakat yang masih dan yang dulunya menganut agama Hindu, sebab seperti yang diketahui dalam agama tersebut sapi merupakan hewan yang dianggap suci.

Sebagai gantinya, Sunan Kudus menyarankan untuk menyembelih kerbau sebagai hewan kurban. Menariknya, tradisi menyembelih kerbau di hari raya Idul Adha ini masih dilakukan masyarakat Kudus sampai sekarang.

Di Kudus, Sunan Kudus tak saja menyebarkan ajaran Islam. Lebih dari itu, Sunan Kudus juga mengajarkan beberapa keterampilan yang berguna bagi masyarakat. Beberapa keterampilan tersebut antara lain, mulai dari pande besi, dan alat-alat pertukangan lainnya.

Selain menyebarkan agama Islam di Kudus, Sunan Kudus juga pernah diangkat sebagai imam besar Masjid Agung Demak. Masjid tersebut merupakan masjid Kerajaan Islam Demak yang sempat menjadi pusat dakwah agama Islam.

 

3 dari 4 halaman

3. Wafatnya Sunan Kudus

(credit: flickr)

Sunan Kudus menghabiskan hidupnya dengan berdakwah menyebarkan agama Islam dan mengabdi ke masyarakat. Sunan Kudus akhirnya tutup usia pada 1550 M. Banyak sumber menyebut, Sunan Kudus meninggal dunia saat tengah menjadi Imam sholat Subuh di Masjid Menara Kudus. Sunan Kudus mengembuskan napas terakhir dalam posisi bersujud.

Sunan Kudus kemudian dimakamkan di kompleks Masjid Menara Kudus yang berada di Desa Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Sampai sekarang banyak wisatawan dan peziarah yang datang mendatangi Masjid Menara Kudus dan Sunan Kudus untuk berdoa dan berziarah.

Itulah di antaranya sekilas biografi Sunan Kudus. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan!

 

(kpl/gen/psp)

Topik Terkait