Menelusuri Sejarah Black Friday beserta Fakta Menarik di Balik Hari Belanja yang Ditunggu-tunggu

Kapanlagi.com - Setiap bulan November, dunia disuguhkan dengan fenomena belanja yang spektakuler: Black Friday! Hari di mana diskon menggiurkan menghampiri toko-toko, baik fisik maupun online, mengguncang semangat para pemburu barang murah. Tak hanya menjadi primadona di Amerika Serikat, tradisi ini kini telah menyebar ke berbagai penjuru dunia, menjadi momen yang sangat dinanti-nanti oleh para pencinta belanja.


Black Friday selalu jatuh sehari setelah perayaan Thanksgiving, salah satu hari libur terpenting di AS. Momen ini menandai dimulainya musim belanja liburan, di mana berbagai toko berlomba-lomba menawarkan promosi luar biasa demi menarik perhatian konsumen. Namun, tahukah Anda bahwa di balik istilah Black Friday tersimpan sejarah yang menarik dan penuh liku?

Dari makna yang awalnya negatif, istilah ini telah bertransformasi menjadi simbol dari perayaan belanja terbesar di dunia. Mari kita telusuri kisah menarik di balik fenomena yang telah mengubah cara kita berbelanja ini!

1 dari 7 halaman

1. Black Friday Setelah Thanksgiving

Setiap tahun, Black Friday hadir dengan kemeriahan yang tak terpisahkan dari perayaan Thanksgiving, yang jatuh pada hari Kamis keempat di bulan November. Di hari yang penuh kehangatan keluarga dan rasa syukur ini, masyarakat bersiap-siap untuk merayakan hari Jumat berikutnya dengan berbelanja sepuasnya, menandai dimulainya musim liburan yang penuh diskon.

Meskipun tanggalnya bervariasi setiap tahun, seperti pada tahun 2024 yang jatuh pada 29 November, antusiasme konsumen tetap membara, menjadikan Black Friday sebagai momen yang ditunggu-tunggu di seluruh dunia. Tradisi dan semangat belanja yang menyatu menciptakan suasana yang tak terlupakan, menjadikan hari ini lebih dari sekadar sekadar hari belanja biasa.

2. Sejarah Black Friday

Sejak pertama kali muncul di Philadelphia pada awal 1960-an, istilah Black Friday telah menandai sebuah fenomena unik yang dimulai dari kekacauan. Polisi setempat menciptakan istilah ini untuk menggambarkan hiruk-pikuk yang terjadi ketika ribuan wisatawan dari pinggiran kota tumpah ruah berbelanja setelah perayaan Thanksgiving, menyebabkan kemacetan parah dan lonjakan kecelakaan yang memaksa petugas untuk bekerja lebih keras.

Namun, seiring berjalannya waktu, pada akhir 1980-an, para pedagang berhasil membalikkan stigma negatif itu menjadi sebuah momen positif. Mereka memperkenalkan konsep "red to black", yang menggambarkan transformasi toko dari kerugian menjadi keuntungan berkat lonjakan belanja yang luar biasa pada hari tersebut. Kini, Black Friday bukan hanya sekadar hari belanja, tetapi juga simbol pergeseran ekonomi yang menggembirakan!

3. Black Friday Mendunia

Tradisi Black Friday yang lahir di Amerika Serikat kini telah menjelma menjadi fenomena global, berkat globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat. Dengan maraknya e-commerce, toko-toko online pun ikut berpartisipasi dalam pesta diskon yang dulunya hanya bisa dinikmati di toko fisik. Kini, negara-negara seperti Kanada, Inggris, dan bahkan Indonesia tak mau ketinggalan dalam merayakan budaya belanja ini.

Promosi yang ditawarkan sering kali melampaui satu hari, meluas hingga Cyber Monday, di mana penawaran digital menggoda siap menyambut para pemburu diskon. Tak pelak, media sosial berperan besar dalam mempopulerkan Black Friday; hashtag seperti #BlackFridayDeals dan #ShoppingSpree menjadi trending di berbagai platform, mencerminkan semangat belanja yang menggelora di kalangan konsumen di seluruh dunia.

4. Daya Tarik Black Friday

Black Friday selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu dengan tawaran diskon yang menggoda hingga 90%, menjadikan barang-barang elektronik, fesyen, dan perlengkapan rumah tangga sebagai primadona di kalangan konsumen. Namun, di balik euforia belanja yang memuncak, muncul tantangan tersendiri seperti antrean panjang dan kerumunan yang tak terhindarkan di berbagai negara.

Banyak orang kini lebih memilih berbelanja online untuk menghindari keramaian yang bisa memicu insiden kecil. "Meskipun diskon besar di Black Friday sangat menguntungkan, konsumen harus tetap waspada agar tidak terjebak emosi dan membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan," tegas seorang pakar ekonomi ritel.

5. Apa itu Black Friday?

Black Friday, hari belanja yang dinanti-nanti, selalu hadir dengan semarak sehari setelah Thanksgiving di Amerika Serikat. Di momen ini, para pemburu diskon dapat menikmati potongan harga yang menggiurkan baik di toko fisik maupun secara daring, menjadikannya sebagai surga bagi para pecinta belanja yang ingin mendapatkan barang impian dengan harga miring.

6. Mengapa dinamakan Black Friday?

Istilah ini pertama kali muncul di kalangan polisi Philadelphia pada tahun 1960-an, menggambarkan kekacauan yang melanda kota setelah perayaan Thanksgiving, ketika keramaian dan hiruk-pikuk memenuhi jalanan, menciptakan suasana yang tak terduga dan penuh tantangan.

7. Apakah Black Friday hanya di Amerika Serikat?

Meskipun asal-usulnya berasal dari Amerika, fenomena Black Friday kini telah meluas ke berbagai penjuru dunia, menjadi momen yang dinanti-nanti oleh para pemburu diskon, baik di toko fisik maupun platform online.

(kpl/ank)

Topik Terkait