Kapanlagi.com - Surunuddin Dangga, sosok yang tak asing lagi di dunia politik Konawe Selatan, telah mengukir namanya sebagai Bupati selama dua periode, yakni 2016-2021 dan 2021-2024. Sebelum meraih kursi kepemimpinan daerah, ia juga pernah mengabdikan diri sebagai anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara pada periode 2014-2019.
Dengan jaringan keluarga yang kokoh dalam politik Sulawesi Tenggara, Surunuddin menjadi tokoh yang berpengaruh, tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi istrinya dan salah satu anaknya yang mengikuti jejaknya di DPRD provinsi.
Namun, di balik pencapaian tersebut, perjalanan politik Surunuddin tak lepas dari kontroversi. Berbagai isu mengemuka, mulai dari kebijakan yang diambilnya hingga dugaan kasus hukum yang melibatkan namanya.
Terbaru, seperti yang dilansir oleh Merdeka.com, Surunuddin kembali menjadi sorotan publik setelah terlibat dalam mediasi kasus penganiayaan seorang guru honorer bernama Supriyani. Dalam perkembangan yang mengejutkan, Supriyani mencabut pernyataan damai yang telah ditandatangani, mengklaim bahwa ia merasa tertekan. Tindakan ini pun memicu Pemkab Konawe Selatan untuk mengambil langkah tegas dengan melayangkan somasi terhadap Supriyani.
Surunuddin, sosok yang telah mengukir perjalanan politiknya sejak 2004 di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Konawe Selatan, menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam mengabdi untuk masyarakat.
Setelah menjabat sebagai Ketua DPRD dan Wakil Ketua, langkahnya semakin mantap saat ia terjun ke DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara pada 2014, sebelum akhirnya meraih kursi Bupati Konawe Selatan pada 2015 dan terpilih kembali pada 2021.
Dengan latar belakang pendidikan teknik dari Akademi Teknik Kendari dan gelar Magister Manajemen dari Universitas Haluoleo, Surunuddin bukan hanya seorang birokrat, tetapi juga visioner yang berkomitmen untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Ia terus menggaungkan pentingnya pembangunan infrastruktur dan ekonomi demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Konawe Selatan, menjadikannya sosok inspiratif yang tak hanya memimpin, tetapi juga membangun harapan.
Keluarga Surunuddin telah mengukir namanya sebagai salah satu dinasti politik terkemuka di Sulawesi Tenggara, di mana istri dan anaknya, Hj. Nurlin Surunuddin dan Aksan Jaya Putra, sama-sama berkiprah sebagai anggota DPRD Provinsi.
Menariknya, kelima anaknya juga berani mengambil langkah maju dalam pemilihan anggota DPRD sebagai kader Partai Golkar, partai yang menjadi naungan Surunuddin.
Dengan kekuatan politik yang solid, keluarga ini tidak hanya menjadi figur sentral di daerahnya, tetapi juga sering menjadi sorotan publik dan pihak oposisi.
Pengaruh besar mereka mencerminkan strategi cerdas Surunuddin dalam mempertahankan kekuasaan di tengah dinamika politik lokal yang terus berubah.
Di balik perjalanan kariernya yang gemilang, Surunuddin tak lepas dari bayang-bayang isu kontroversial, termasuk persoalan utang piutang dengan Yusuf Contesa yang mencuat pada tahun 2020.
Ia dilaporkan karena diduga belum melunasi pinjaman yang konon digunakan untuk kepentingan Pilkada 2015, namun Surunuddin melihat ini sebagai serangan dari lawan politiknya untuk merongrong posisinya.
Tak hanya itu, namanya kembali menjadi sorotan akibat kasus penganiayaan terhadap guru honorer, Supriyani, yang awalnya berdamai melalui mediasi yang ia fasilitasi.
Namun, keadaan berbalik ketika Supriyani mencabut pernyataan damai dan mengaku merasa tertekan, memicu somasi dari Pemkab Konawe Selatan.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika setempat, Anas Masud, menegaskan bahwa pernyataan Supriyani yang merasa tertekan telah mencoreng nama baik Pemkab, menambah beban bagi Surunuddin dalam mempertahankan citra pemerintahannya di tengah isu-isu sensitif ini.
Pemkab tak tinggal diam dan mengeluarkan somasi setelah Supriyani mengungkapkan bahwa ia merasa tertekan saat menandatangani perjanjian damai. Pernyataan itu dianggap merugikan citra pemerintah, dan kini situasi semakin memanas.
Surunuddin dengan tegas mengungkapkan bahwa proses mediasi berlangsung dengan transparan, di mana Supriyani pun telah diberikan kesempatan untuk menjawab secara langsung mengenai apakah dirinya merasa tertekan dalam situasi tersebut.
Istri dan salah satu anak Surunuddin kini berkiprah sebagai anggota DPRD Provinsi, sementara kelima anaknya juga tak mau ketinggalan, pernah mencalonkan diri sebagai legislatif dari Partai Golkar.
Keluarga ini seolah menjadi kekuatan politik yang tak bisa diabaikan, menunjukkan bahwa semangat berkontribusi dalam dunia politik mengalir deras dalam darah mereka.
Walaupun kasus ini berhubungan dengan mediasi yang ia pimpin, posisi bupati yang diembannya turut membentuk pandangan masyarakat terhadap keputusan yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan.