Kapanlagi.com - Sahbirin Noor, akrab disapa Paman Birin, adalah sosok yang tak asing lagi di telinga masyarakat Kalimantan Selatan. Sejak menjabat sebagai Gubernur Kalimantan Selatan pada tahun 2016, Paman Birin telah menapaki perjalanan karier yang panjang dan penuh warna di dunia politik dan birokrasi Indonesia. Namun, kini, babak baru dalam kepemimpinannya dimulai setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus dugaan korupsi.
Sebagai pemimpin daerah, Paman Birin dikenal dengan berbagai inisiatif dan program pembangunan yang ambisius untuk Kalimantan Selatan. Meskipun demikian, perjalanan kepemimpinannya tidak lepas dari kontroversi, terutama terkait dugaan suap yang melibatkan sejumlah pejabat penting di wilayah tersebut.
Dengan sorotan tajam dari publik dan media, profil serta perjalanan karier Sahbirin Noor kini menjadi perbincangan hangat. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai perjalanan kariernya, kasus yang membelitnya, serta berbagai aspek menarik lainnya tentang sosok yang dikenal sebagai "Paman Birin". Simak ulasannya yang dilansir Kapanlagi.com pada Jumat (1/11).
Sahbirin Noor, seorang putra Banjarmasin yang lahir pada 12 November 1967, menapaki perjalanan hidup yang penuh warna dari bangku MI TPI Budi Mulia hingga menuntaskan pendidikan tinggi di Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary.
Kariernya yang cemerlang di dunia birokrasi dan politik mengantarkannya meraih posisi strategis dalam pemerintahan Kalimantan Selatan, di mana ia berkomitmen memperbaiki pendidikan dan infrastruktur, meski ia bukan berasal dari etnis Banjar.
Tak hanya itu, Sahbirin juga memperdalam ilmunya di Universitas Putra Bangsa dan Universitas Lambung Mangkurat, yang semakin memperkuat kemampuannya menghadapi berbagai tantangan di daerahnya dan meraih dukungan luas dari masyarakat.
Sahbirin mulai mencuri perhatian publik ketika terpilih sebagai Gubernur Kalimantan Selatan pada tahun 2016, membawa berbagai kebijakan inovatif yang berhasil menarik dukungan dari berbagai kalangan, termasuk akademisi. Salah satu proyek ambisiusnya, yaitu pembangunan Kawasan Olahraga Terintegrasi, semakin mengukuhkan namanya di pentas politik lokal.
Namun, di balik kesuksesannya, muncul kontroversi mengenai transparansi anggaran yang membuat banyak pihak mengernyitkan dahi. Terlepas dari itu, pada 2020, ia kembali meraih kursi gubernur untuk periode kedua, sebuah bukti nyata dari popularitasnya di mata masyarakat, terutama berkat program andalannya yang dikenal dengan sebutan "banjir, banyu lalu haja."
Sahbirin Noor kini terjerat dalam jaring kasus suap yang mengguncang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalimantan Selatan. Skandal ini terkuak setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) pada Oktober 2024, yang mengindikasikan adanya praktik suap dalam sejumlah proyek pembangunan di daerah tersebut. KPK mengungkapkan bahwa Sahbirin diduga menerima fee sebesar 5% dari proyek pembangunan lapangan sepak bola dan kolam renang di Kawasan Olahraga Terintegrasi.
Di balik layar, dua pengusaha, YUD dan AND, diduga memberikan uang kepada pejabat Kalsel untuk memastikan proyek tersebut jatuh ke tangan mereka. Tak hanya Sahbirin, sejumlah pejabat lainnya, termasuk Kepala Dinas PUPR Kalsel, Ahmad Solhan, juga ditetapkan sebagai tersangka, dengan KPK menegaskan bahwa "beberapa paket pekerjaan diduga telah diplot untuk dimenangkan pengusaha tertentu," menunjukkan adanya rekayasa dalam proses pengadaan yang mencoreng integritas publik.
Kasus Sahbirin terus menjadi perhatian publik, terutama karena hingga saat ini ia belum ditahan meskipun sudah berstatus tersangka. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menegaskan bahwa penyidikan masih berjalan, dengan tim penyidik aktif memeriksa saksi dan mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan.
Tujuan dari proses ini adalah untuk memastikan semua pihak yang terlibat, termasuk Sahbirin Noor, dapat dimintai pertanggungjawaban secara hukum dengan bukti yang kuat. KPK juga mengingatkan agar tidak ada pihak yang mencoba memengaruhi saksi, sementara masyarakat terus memberikan kritik agar kasus ini dapat terungkap secara transparan dan jelas di hadapan publik.
Di tengah badai kontroversi yang melanda, Sahbirin Noor masih mengukir dukungan dari sejumlah masyarakat yang meyakini kontribusinya bagi Kalimantan Selatan. Namun, tantangan yang mengintip di depan menambah lapisan ketidakpastian dalam perjalanan politiknya.
Banyak yang berpendapat bahwa kepemimpinannya harus sejalan dengan tanggung jawab atas kasus hukum yang mengancam, sehingga desakan untuk fokus menyelesaikan masalah tersebut demi menjaga kredibilitas sebagai pejabat publik semakin menguat. Kini, perhatian publik tertuju pada langkah-langkah yang akan diambil oleh KPK dan bagaimana Sahbirin akan menghadapi situasi ini, karena semua itu akan menjadi kunci bagi reputasinya sebagai pemimpin daerah.
Sahbirin Noor kini tengah menjadi sorotan setelah diduga terlibat dalam skandal suap proyek infrastruktur di Kalimantan Selatan, yang terkuak berkat operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan oleh KPK. Kasus ini mengguncang dunia politik lokal dan menyoroti praktik korupsi yang masih merajalela di sektor pembangunan.
Meskipun telah ditetapkan sebagai tersangka, Sahbirin tetap melanjutkan perannya sebagai Gubernur Kalimantan Selatan hingga saat ini, menambah ketegangan dan perhatian publik terhadap situasi politik di daerah tersebut.
KPK terus melangkah maju dalam penyidikan kasus ini dengan tegas, dan kini telah menahan sejumlah tersangka lainnya yang terlibat. Langkah ini menunjukkan komitmen lembaga anti-korupsi untuk menuntaskan kasus ini dan membawa para pelaku ke pengadilan.