Kapanlagi.com - Surya Paloh, sosok yang tak asing lagi di dunia politik dan bisnis Indonesia, memiliki kisah hidup yang penuh warna, tantangan, dan pencapaian gemilang. Lahir di Banda Aceh pada 16 Juli 1951, ia menghabiskan masa kecilnya di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Sejak remaja, minatnya dalam dunia bisnis mulai tumbuh, bahkan saat ia masih menuntut ilmu di Medan.
Aktivitasnya di masa muda tidak hanya terfokus pada usaha dagang, tetapi juga meluas ke ranah politik. Di bangku SMA, Surya sudah menunjukkan ketertarikan yang mendalam terhadap gerakan organisasi dan isu-isu sosial. Dari sana, perjalanan kariernya semakin menanjak, mulai dari dunia bisnis hingga mendirikan partai politik yang memberikan warna baru dalam konstelasi politik nasional.
Namun, jalan yang dilalui Surya Paloh tidak selalu mulus. Bisnis media yang ia rintis mengalami berbagai tantangan dan pasang surut. Meski demikian, semangat juangnya tak pernah pudar. Artikel ini akan mengupas tuntas perjalanan hidup dan kariernya yang telah menginspirasi banyak orang, menunjukkan bahwa ketekunan dan keberanian untuk menghadapi rintangan adalah kunci menuju kesuksesan.
Surya Paloh, yang lahir di Banda Aceh dan dibesarkan di Pematang Siantar, menjalani masa kecil yang penuh dinamika akibat perpindahan tugas ayahnya, Muhammad Daud Paloh, seorang polisi. Ketika sang ayah berpindah ke Tarutung pada tahun 1967, Surya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 7 Medan.
Di kota yang ramai itu, ia tidak hanya fokus pada pelajaran, tetapi juga mulai merintis usaha kecil-kecilan dengan menjual teh, ikan asin, dan karung goni ke kedai-kedai serta perkebunan PT Perkebunan Nusantara. "Dunia usaha mengajarkan saya nilai ketekunan dan tanggung jawab sejak usia muda," ungkapnya dalam sebuah wawancara, menunjukkan betapa pengalaman masa kecilnya membentuk karakter dan jiwa kewirausahaannya.
Setelah menuntaskan pendidikan di bangku SMA, Paloh melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tahun 1972. Di tengah kesibukan kuliah, semangatnya untuk berkontribusi pada perubahan sosial membawanya menjadi pemimpin Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), sebuah gerakan yang gigih memperjuangkan reformasi politik.
Meskipun KAPPI dibubarkan, semangat politik Paloh tak pudar; ia melanjutkan perannya sebagai Koordinator Pemuda dan Pelajar di Sekretariat Bersama Golkar. Sambil merintis karier di dunia politik, Paloh juga menggeluti bisnis, termasuk menjadi distributor mobil dan pemilik hotel yang sukses di Medan.
Pada tahun 1978, Surya Paloh menginjakkan kaki di Jakarta dan memulai perjalanan gemilangnya dengan mendirikan organisasi Putra-Putri ABRI (PP-ABRI), yang kelak menjadi cikal bakal FKPPI. Tak lama setelah itu, pada 2 Mei 1986, ia meluncurkan Surat Kabar Harian Prioritas, meski harus menghadapi tantangan berat dengan pencabutan izin terbitnya.
Namun, semangatnya tak pernah padam; ia kembali membangkitkan majalah Vista dan berkolaborasi dengan T. Yously Syah untuk mengelola Media Indonesia. Di tengah gelombang reformasi, pada tahun 1999, ia menciptakan terobosan dengan meluncurkan Metro TV, menjadikannya pionir televisi berita pertama di tanah air yang mengubah wajah media di Indonesia.
Karier politik Surya Paloh di Partai Golkar bagaikan roller coaster, penuh liku dan tantangan, termasuk momen pahit saat ia terpuruk di posisi ketiga dalam konvensi calon presiden 2003. Namun, semangatnya tak padam; pada 2010, ia berkolaborasi dengan Sultan Hamengkubuwono X untuk mendirikan Ormas Nasional Demokrat, yang kemudian metamorfosis menjadi Partai NasDem pada 2011.
Dengan semangat "Restorasi Indonesia," NasDem melesat ke papan atas, meraih posisi 10 besar di Pemilu 2014 dan melanjutkan tren positif dengan menempati posisi 5 besar di Pemilu 2019, berkat dukungan suara yang mencapai 9,05 persen.
Kekayaan Surya Paloh melampaui batasan bisnis media yang dikelolanya melalui Media Group, yang termasuk Media Indonesia dan Metro TV. Ia juga merambah dunia perhotelan dengan kepemilikan tempat-tempat mewah seperti Intercontinental Bali Resort dan The Media Hotel & Tower.
Tak hanya itu, Surya juga aktif di sektor makanan dan energi melalui perusahaan-perusahaan seperti PT Indocater dan PT Surya Energi Raya. Pada tahun 2021, Forbes mengakui pencapaiannya dengan menempatkannya dalam jajaran 100 orang terkaya di Indonesia, dengan total aset mencapai US$ 440 juta atau sekitar Rp 6,5 triliun.