Cara Unik Warga Pesisir Pantura Jawa Rayakan Puncak Idulfitri pada 7 Syawal, Ini Fakta-Fakta Lomban Kupatan

Penulis: Miranti Intern

Diterbitkan:

Cara Unik Warga Pesisir Pantura Jawa Rayakan Puncak Idulfitri pada 7 Syawal, Ini Fakta-Fakta Lomban Kupatan
Lomban Kupatan (Foto: Pemprov Jateng)

Kapanlagi.com - Lebaran tidak hanya dirayakan pada 1 Syawal. Bagi masyarakat pesisir Pantura Jawa, puncak perayaan Idulfitri justru jatuh pada 7 atau 8 Syawal, yang dikenal dengan tradisi Lomban Kupatan. Tradisi ini menjadi momen penting bagi nelayan dan masyarakat pesisir di daerah Jepara, Pati, Rembang, hingga Kudus, sebagai bentuk rasa syukur atas hasil laut sekaligus harapan akan keselamatan dalam melaut.

Tradisi Lomban Kupatan bukan sekadar pesta rakyat biasa. Di dalamnya terkandung unsur sejarah, ritual keagamaan, dan budaya yang telah terjaga sejak ratusan tahun lalu. Pelarungan kepala kerbau ke laut, perang ketupat di perahu, serta pesta kuliner khas ketupat lepet, menjadi bagian dari prosesi yang sangat dinantikan oleh masyarakat dan wisatawan.

Lantas, bagaimana asal-usul Lomban Kupatan? Apa maknanya bagi masyarakat pesisir Pantura? Berikut ulasan lengkapnya yang dirangkum oleh KapanLagi.com dari berbagai sumber pada Rabu (2/4/2025).

1. Sejarah Lomban Kupatan: Berawal dari Mitos hingga Tradisi Turun-Temurun

Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang di Jepara, tradisi Lomban Kupatan berasal dari kisah Ki Ronggo Mulyo dan Cik Lanang, dua tokoh yang berhasil menyelamatkan pejabat Kadipaten Jepara yang kapalnya hampir tenggelam akibat badai di laut sekitar tahun 1855. Sebagai bentuk rasa syukur, mereka melakukan ritual pelarungan sesaji ke laut, yang kemudian diwariskan sebagai tradisi tahunan bagi masyarakat pesisir.

Di daerah Pati, Lomban Kupatan konon bermula dari kebiasaan seorang tokoh lokal bernama Pak Wedono, yang setiap sepekan setelah Lebaran menaiki perahu untuk berlayar menyusuri sungai. Seiring waktu, tradisi ini berkembang menjadi ritual sedekah laut, di mana masyarakat melarung kepala kerbau dan berbagai sesaji ke muara Sungai Tayu sebagai bentuk permohonan keselamatan dalam mencari nafkah di laut.

Di Jepara, tradisi ini juga dikenal dengan sebutan Bodo Kupat, yang dirayakan dengan makan ketupat bersama dan festival rakyat di Pantai Kartini.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Prosesi Ritual: Pelarungan Kepala Kerbau dan Perang Ketupat di Laut

Setiap daerah memiliki keunikan tersendiri dalam menyelenggarakan Lomban Kupatan, namun secara umum terdapat beberapa tahapan penting yang selalu dilaksanakan, antara lain:

a. Ziarah ke Makam Leluhur

Sebelum memulai perayaan Lomban, masyarakat Jepara melakukan ziarah ke makam Cik Lanang di Pulau Kelor dan Mbah Ronggo. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang diyakini menjadi pelindung para nelayan.

b. Pelarungan Kepala Kerbau ke Laut

Ritual utama dalam Lomban Kupatan adalah pelarungan kepala kerbau ke laut, yang dipercaya sebagai sedekah laut agar para nelayan mendapatkan tangkapan yang melimpah dan terlindung dari bahaya saat melaut. Selain kepala kerbau, berbagai sesaji seperti ayam utuh, jajanan pasar, dan ketupat lepet juga turut dilarung ke laut.

Di Pati, sesaji-sesaji ini diarak dalam sebuah parade dari balai desa menuju muara sungai sebelum akhirnya dilarung ke laut. Tradisi ini semakin semarak dengan iringan musik drumband dan pertunjukan seni barongan yang menambah kemeriahan suasana.

c. Perang Ketupat di Laut

Setelah pelarungan sesaji, masyarakat mengadakan Perang Teluk, yaitu saling lempar ketupat dan lepet dari perahu ke perahu lainnya. Ritual ini melambangkan kebersamaan dan kegembiraan setelah sebulan penuh berpuasa.

Selain itu, para awak kapal juga berusaha mengambil air laut di sekitar sesaji untuk dipercikkan ke kapal mereka. Mereka percaya bahwa air laut yang bercampur dengan sesaji ini membawa berkah dan keselamatan selama berlayar.

3. Makna dan Filosofi di Balik Lomban Kupatan

Lomban Kupatan bukan sekadar pesta rakyat biasa, melainkan sebuah tradisi yang sarat dengan makna spiritual dan sosial bagi masyarakat pesisir Pantura.

  • Sebagai Ekspresi Syukur: Tradisi ini adalah ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diberikan oleh laut, serta doa agar hasil tangkapan ikan semakin melimpah.
  • Sebagai Ritual Penolak Bala: Pelarungan sesaji dalam acara ini diyakini mampu menolak bala dan melindungi para nelayan dari marabahaya di laut.
  • Sebagai Ajang Kebersamaan: Festival ini juga menjadi kesempatan berharga bagi masyarakat untuk berkumpul, mempererat tali silaturahmi, dan menjaga warisan budaya leluhur.

Lomban Kupatan telah menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat pesisir yang perlu dijaga dan dilestarikan dengan baik.

4. Wisata Budaya: Lomban Kupatan Menarik Ribuan Wisatawan

Seiring dengan perkembangan zaman, Lomban Kupatan kini telah bertransformasi dari sekadar ritual adat menjadi sebuah event wisata tahunan yang memukau, menarik ribuan pengunjung dari berbagai penjuru.

Di Jepara, perayaan Lomban Kupatan yang dipusatkan di Pantai Kartini dan TPI Ujung Batu mampu memikat lebih dari 40.000 wisatawan setiap tahunnya. Pemerintah daerah pun turut berperan aktif dalam mempromosikan acara ini sebagai destinasi wisata budaya yang memikat, lengkap dengan festival kuliner khas dan pertunjukan seni tradisional yang memukau.

Sementara itu, di Pati, tradisi ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal yang ingin menyaksikan langsung prosesi pelarungan sesaji serta merasakan serunya perang ketupat di Sungai Tayu.

5. Bagaimana Cara Masyarakat Bisa Berpartisipasi?

Bagi Anda yang ingin merasakan kemeriahan perayaan Lomban Kupatan, ada beberapa cara menarik yang bisa Anda coba:

1. Saksikan prosesi pelarungan sesaji yang penuh makna, baik di Jepara, Pati, maupun di daerah pesisir lainnya.
2. Ikuti festival ketupat dan lomba perahu yang meriah, biasanya diadakan di sekitar pelabuhan atau pantai setempat.
3. Cicipi kelezatan kuliner khas Lomban Kupatan, seperti ketupat lepet yang disajikan dengan opor ayam dan sambal goreng yang menggugah selera.
4. Jelajahi keindahan Pantai Kartini atau nikmati suasana Sungai Tayu, yang menjadi pusat utama perayaan Lomban.

Dengan berpartisipasi secara aktif, kita dapat menjaga kelestarian tradisi ini, menjadikannya sebagai salah satu warisan budaya yang membanggakan dari pesisir Pantura Jawa.

6. Pertanyaan Umum Seputar Lomban KupatanĂ‚ 

1. Kapan tradisi Lomban Kupatan dilaksanakan?

Lomban Kupatan biasanya diadakan pada 7 atau 8 Syawal, atau sekitar sepekan setelah Hari Raya Idulfitri.

2. Di mana saja Lomban Kupatan dirayakan?

Tradisi ini populer di wilayah pesisir Pantura Jawa, terutama di Jepara, Pati, Rembang, Kudus, dan sekitarnya.

3. Apa tujuan utama dari tradisi Lomban Kupatan?

Lomban Kupatan bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur, memohon keselamatan, dan menjaga tradisi leluhur dalam kehidupan masyarakat pesisir.

4. Apakah Lomban Kupatan terbuka untuk wisatawan?

Ya, acara ini terbuka untuk umum dan menjadi salah satu daya tarik wisata budaya di Jawa Tengah.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/mni)

Editor:

Miranti Intern