Diperbarui: Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Gunung Agung, puncak tertinggi yang menjulang megah di Pulau Bali, bukan hanya sekadar destinasi bagi para pecinta alam, tetapi juga menyimpan makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat Hindu Bali. Dengan ketinggian mencapai 3.142 meter di atas permukaan laut, gunung ini menawarkan pesona alam yang menakjubkan sekaligus tantangan yang menggugah bagi para pendaki.
Namun, sebelum Anda memulai petualangan mendaki, penting untuk memahami sejarah, mitos, dan aturan adat yang melingkupi Gunung Agung. Sebagai salah satu gunung berapi aktif di Indonesia, Gunung Agung memiliki catatan letusan yang tidak hanya mengubah lanskap, tetapi juga berdampak signifikan pada kehidupan masyarakat sekitar. Keberadaannya sebagai tempat suci menambah dimensi spiritual, menjadikan setiap langkah di gunung ini harus diiringi dengan penghormatan terhadap tradisi dan norma yang ada.
Mendaki Gunung Agung adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan, di mana Anda dapat menyaksikan keindahan matahari terbit dan panorama menakjubkan dari gunung-gunung lain di sekitarnya. Namun, kunci untuk menjadikan perjalanan Anda aman dan bermakna terletak pada persiapan yang matang dan penghormatan terhadap aturan adat yang berlaku.
Advertisement
Di timur pulau Bali, Gunung Agung menjulang megah dengan ketinggian 3.142 meter, menjadi magnet bagi para pendaki yang ingin merasakan petualangan di salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Selain keindahan alamnya yang memukau, gunung berapi aktif ini juga sarat dengan nilai spiritual bagi umat Hindu, dianggap sebagai tempat bersemayamnya para dewa, dan dikelilingi oleh kisah-kisah mistis. Pura Besakih, kompleks pura terbesar di Bali, berdiri anggun di kaki gunung, menambah pesona tempat ini.
Koordinator Pemandu Pendakian, Komang Kayun, mengungkapkan bahwa setiap langkah di Gunung Agung membawa pendaki lebih dekat kepada legenda yang menghubungkannya dengan Gunung Mahameru, serta upacara sakral seperti Eka Dasa Rudra, menjadikan setiap pendakian bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga sebuah pengalaman spiritual yang mendalam.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Gunung Agung, raksasa berapi yang menjulang megah di Bali, menyimpan kisah letusan yang dramatis dan beragam. Sejak letusan pertamanya yang tercatat pada tahun 1808, yang memuntahkan abu vulkanik dan batuan pijar, gunung ini tak henti-hentinya mengingatkan kita akan kekuatan alam. Letusan besar pada tahun 1963 menjadi salah satu tragedi terburuk, merenggut lebih dari seribu nyawa.
Setelah beberapa dekade tenang, aktivitas vulkanik kembali meningkat pada tahun 2017, memaksa pihak berwenang untuk menaikkan statusnya menjadi awas. Letusan terakhir pada tahun 2019 menghasilkan hujan abu yang melanda sejumlah wilayah di sekitarnya, menambah catatan sejarahnya yang menakutkan.
Kini, Gunung Agung tetap menjadi perhatian, dengan pendakian yang harus dilakukan dengan hati-hati, serta informasi terkini yang bisa diperoleh dari pos pengamatan resmi di sekitar Karangasem, mengingat statusnya sebagai gunung berapi aktif yang selalu siap mengejutkan.
Advertisement
Gunung Agung, raksasa megah di Bali, menawarkan dua jalur pendakian yang memikat: jalur Pura Besakih di Desa Besakih yang menantang dan panjang, serta jalur Pura Pasar Agung di Desa Sebudi yang lebih singkat namun tetap membutuhkan persiapan fisik yang matang.
Dari puncaknya, panorama yang menakjubkan terbentang, memperlihatkan keindahan Gunung Rinjani di Lombok dan Gunung Batur di Bali, dengan Danau Batur yang berkilau di bawah sinar matahari jika cuaca bersahabat.
Tak hanya itu, perjalanan ini juga menyuguhkan kekayaan flora dan fauna yang luar biasa, mulai dari kera ekor panjang hingga elang bondol, menjadikan setiap langkah di jalur ini sebagai petualangan yang tak terlupakan bagi para pencinta alam.
Pendakian Gunung Agung, yang dianggap suci, bukan sekadar tantangan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang sarat dengan aturan adat yang harus dihormati.
Sebelum menapaki jalur yang menantang, pendaki harus memahami bahwa masa berkabung atau kehilangan anggota keluarga adalah waktu yang tidak tepat untuk mendaki, dan wanita yang sedang haid pun diharapkan untuk tidak ikut serta. Selain itu, membawa makanan berbahan daging sapi atau perhiasan emas dilarang demi menjaga kesucian tempat ini.
Kebersihan dan kelestarian lingkungan juga menjadi tanggung jawab setiap pendaki, karena menjaga keindahan alam adalah bagian dari penghormatan terhadap budaya lokal.
Bagi banyak pendaki, mematuhi aturan adat bukan hanya tentang menghormati tradisi, tetapi juga merupakan langkah penting untuk menjaga keselamatan mereka, karena pelanggaran terhadap aturan tersebut diyakini dapat mendatangkan malapetaka selama perjalanan.
Mendaki Gunung Agung adalah petualangan yang memerlukan persiapan fisik dan mental yang matang agar pengalaman Anda tak terlupakan. Persiapkan perlengkapan pendakian yang tepat, seperti sepatu hiking yang nyaman, jaket tahan angin, dan cukup air untuk menghidrasi diri. Menggunakan jasa pemandu lokal yang menguasai jalur dan kondisi gunung juga sangat disarankan untuk menjaga keselamatan Anda.
Waktu terbaik untuk menjelajahi keindahan Gunung Agung adalah di musim kemarau, antara April hingga Oktober, karena jalur pendakian yang licin dan berbahaya di musim hujan bisa menjadi tantangan tersendiri.
Agar pengalaman mendaki semakin memukau, mulailah perjalanan Anda di dini hari untuk menyaksikan keindahan matahari terbit dari puncak. Jangan lupa, selalu periksa status aktivitas gunung melalui Badan Vulkanologi atau pos pengamatan resmi agar pendakian Anda tetap aman dan menyenangkan!
Di ujung timur Pulau Dewata, tepatnya di Kabupaten Karangasem
Gunung Agung, yang menjulang megah di Bali, dianggap sebagai tempat suci oleh umat Hindu, di mana diyakini para dewa dan leluhur bersemayam dengan anggun.
Para pendaki memiliki pilihan menarik untuk menjelajahi keindahan alam dengan dua jalur yang memikat: Pura Besakih dan Pura Pasar Agung. Masing-masing jalur menawarkan pengalaman yang unik.
Musim kemarau, yang berlangsung dari April hingga Oktober, adalah waktu yang paling ideal untuk menjelajahi jalur pendakian. Pada periode ini, kondisi trek menjadi lebih aman dan nyaman, menjadikan setiap langkah dalam petualangan Anda lebih menyenangkan dan bebas dari kekhawatiran.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/srr)
Advertisement
7 Potret Dulu dan Sekarang Pelawak Indonesia Populer, Banyak yang Makin Sukses dan Masuk Dunia Politik
Foto 27 Cast AVENGERS DOOMSDAY Diumumkan, Bertabur Superhero Favorit Fans
Rekomendasi Kue Lebaran untuk Penderita Diabetes, Tetap Nikmat tanpa Meningkatkan Gula Darah
7 Potret Celine Evangelista Klarifikasi Fitnah Tentang Dirinya yang Menikah dan Jadi Istri Orang
Meugang: Tradisi Khas Aceh Menyambut Hari Raya Lebaran