Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Idul Fitri, momen penuh kemenangan setelah sebulan berpuasa, bukan sekadar perayaan biasa. Lebaran adalah saat yang sakral untuk kembali kepada fitrah dan merenungkan makna kehidupan. Ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki hubungan antarmanusia dan memperkuat tali persaudaraan.
Salah satu inti dari perayaan ini adalah silaturahmi, yang menjadi jembatan untuk menyambung kembali ikatan keluarga. Tradisi mudik di Indonesia menjadi contoh nyata betapa pentingnya silaturahmi bagi masyarakat kita.
Setiap tahun, ribuan orang rela menempuh perjalanan jauh demi berkumpul dengan keluarga dan kerabat, menunjukkan betapa kuatnya rasa kebersamaan yang dirayakan dalam suasana penuh kehangatan.
Dalam Islam, memutus silaturahmi adalah dosa besar yang membawa konsekuensi serius, baik di dunia maupun di akhirat. Artikel ini akan mengupas tuntas makna silaturahmi, keutamaannya, serta bahaya yang mengintai jika kita memutuskan untuk menjauh dari hubungan baik dengan orang-orang terdekat.
Memahami pentingnya menyambung silaturahmi adalah kunci untuk menjalani hidup yang lebih bermakna dan penuh berkah. Dengan menyadari konsekuensi negatif dari memutuskan hubungan, kita akan lebih menghargai dan berusaha menjaga hubungan baik dengan keluarga dan kerabat.
Advertisement
Mari kita simak bersama pembahasan mendalam mengenai silaturahmi dan cara memanfaatkan momen Lebaran untuk memperkuat ikatan tersebut. Artikel ini disajikan oleh Kapanlagi.com dari berbagai sumber, Selasa (2/4/2025).
Dalam ajaran Islam, silaturahmi bukan sekadar tradisi, melainkan sebuah kewajiban mulia yang mengikat tali persaudaraan, baik dengan keluarga dekat maupun yang lebih luas.
Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT di QS. An-Nisa ayat 1, yang mengingatkan kita untuk bertakwa dan menjaga hubungan silaturahmi sebagai bentuk pengabdian kepada-Nya.
Sementara itu, QS. Ar-Ra'd ayat 25 memperingatkan kita akan akibat fatal bagi mereka yang memutuskan tali persaudaraan, yang akan mendapat laknat dan tempat yang buruk di akhirat.
Selain itu, banyak hadits Nabi Muhammad SAW yang menyoroti betapa pentingnya silaturahmi, seperti yang menyatakan bahwa menjaga hubungan ini dapat melapangkan rezeki dan memperpanjang umur, serta menjadi salah satu tanda kesempurnaan iman.
Dengan demikian, silaturahmi bukan hanya sekadar interaksi sosial, melainkan sebuah jalan menuju berkah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Di Indonesia, tradisi silaturahmi saat Lebaran telah menjadi warisan budaya yang terjalin erat dalam kehidupan masyarakat.
Setiap tahun, momen mudik menjadi magnet bagi banyak orang untuk kembali ke kampung halaman, berkumpul dengan keluarga besar, dan merayakan kebersamaan yang penuh kehangatan.
Dari kunjungan ke sanak saudara hingga open house yang meriah, setiap daerah memiliki cara unik untuk mempererat tali persaudaraan. Di tengah kemajuan teknologi, silaturahmi pun beradaptasi video call dan pesan digital kini menjadi jembatan bagi mereka yang terpisah jarak.
Tak ketinggalan, tradisi "maaf-maafan" saat Lebaran mengandung makna mendalam, memberikan kesempatan untuk saling memaafkan dan membersihkan hati.
Semua ini berkontribusi pada kesehatan mental yang lebih baik, mengurangi stres, dan menciptakan suasana harmonis dalam keluarga serta masyarakat, menjadikan momen Lebaran sebagai waktu yang penuh arti dan keceriaan.
Advertisement
Silaturahmi Lebaran lebih dari sekadar kunjungan fisik ia adalah sebuah perjalanan emosional yang penuh makna.
Dalam momen berharga ini, kualitas komunikasi menjadi kunci, di mana mendengarkan dengan sepenuh hati dan menunjukkan empati menjadi sangat penting.
Nilai-nilai seperti kesabaran, pengampunan, dan kejujuran tumbuh subur dalam interaksi ini, menciptakan jembatan yang menghubungkan generasi dan budaya yang berbeda.
Melalui silaturahmi, kita diajak untuk menghargai perbedaan dan memahami sudut pandang orang lain, yang pada gilirannya memperkuat ikatan persatuan dan kesatuan dalam masyarakat.
Ini adalah kesempatan emas untuk membangun hubungan yang lebih kuat dan harmonis, menjadikan setiap pertemuan sebagai momen berharga yang tak terlupakan.
Dalam QS. Muhammad ayat 22-23, Allah SWT memberikan peringatan tegas mengenai bahaya memutuskan silaturahmi, mengingatkan kita bahwa tindakan tersebut dapat membawa kerusakan di bumi dan merusak hubungan kekeluargaan.
Mereka yang melakukannya adalah orang-orang yang dilaknat Allah, dijadikan tuli dan buta oleh-Nya. Nabi SAW pun menegaskan ancaman bagi yang memutus silaturahmi, dengan sabda yang menyatakan bahwa mereka tidak akan pernah menginjak surga (HR. Bukhari dan Muslim).
Dampak dari perbuatan ini sangat merugikan, tidak hanya secara psikologis dan sosial—seperti isolasi yang dapat mempengaruhi kesehatan mental tapi juga dapat menciptakan konflik berkepanjangan dalam keluarga yang berdampak negatif pada generasi mendatang.
Secara spiritual, memutus silaturahmi membawa kegelapan hati dan menghilangkan keberkahan dalam hidup kita.
Perdebatan di kalangan ulama mengenai arti memutus silaturahmi memang menarik untuk disimak.
Imam Ibnu Hajar al-Haitami berpendapat bahwa memutus silaturahmi berarti menghentikan kebiasaan baik yang biasanya dilakukan dengan kerabat tanpa alasan yang sesuai syar'i.
Di sisi lain, ada pandangan yang menyatakan bahwa tindakan ini mencakup perbuatan buruk terhadap kerabat atau kurangnya kebaikan yang diberikan kepada mereka.
Secara umum, beberapa tanda yang menunjukkan seseorang telah memutus silaturahmi meliputi mendiamkan kerabat tanpa alasan, menghindari pertemuan keluarga tanpa uzur, acuh tak acuh terhadap kesulitan yang dialami kerabat, serta menolak undangan atau ajakan mereka tanpa alasan yang bisa diterima.
Namun, terdapat juga kondisi tertentu yang bisa dimaklumi seperti perselisihan yang belum terselesaikan atau tindakan menyakiti dari pihak kerabat yang dapat membenarkan pembatasan dalam menjalin silaturahmi.
Menghidupkan kembali silaturahmi yang sempat terputus bisa dimulai dengan langkah-langkah sederhana, seperti menyapa dengan hangat dan menjalin komunikasi yang ringan.
Penting untuk saling menerima dan meminta maaf dengan tulus demi memperbaiki hubungan yang telah retak.
Menggunakan teknik komunikasi yang baik, seperti mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara tanpa kekerasan, dapat menjadi jembatan untuk menyelesaikan konflik dan membangun kembali keharmonisan.
Saat momen Lebaran tiba, manfaatkan kesempatan ini untuk saling memaafkan dan membuka lembaran baru dalam hubungan keluarga, karena inilah saat yang tepat untuk merajut kembali tali persaudaraan yang telah longgar.
Setelah momen indah Lebaran, saatnya kita menjaga silaturahmi agar tetap hangat dan terjalin erat. Dengan rutinitas komunikasi yang konsisten, seperti menelepon atau mengirim pesan secara berkala, kita bisa memperkuat hubungan dengan keluarga dan kerabat, meski terpisah jarak.
Manfaatkan teknologi, seperti video call dan media sosial, untuk tetap terhubung dengan orang-orang terkasih yang jauh. Ciptakan tradisi keluarga yang memperkuat ikatan, seperti berkumpul rutin atau melakukan aktivitas bersama, sehingga hubungan semakin harmonis.
Utamakan komunikasi yang baik dan selesaikan konflik dengan bijak agar tidak merusak hubungan yang telah terjalin. Mari jadikan silaturahmi sebagai prioritas sepanjang tahun, bukan hanya saat Lebaran, karena menjaga hubungan ini adalah kewajiban dalam Islam yang memiliki konsekuensi serius.
Mari kita jadikan Lebaran sebagai momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan menjaga hubungan keluarga serta kerabat sepanjang tahun, karena silaturahmi bukan hanya sekadar tradisi, melainkan juga perintah agama dan kebutuhan spiritual kita.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rao)
Advertisement
Cara Mudah Membersihkan Gelas Teh yang Berkerak, Cek Tipsnya!
Musisi Indonesia yang Ngetop di 1 Lagu, Kini Tak Terdengar Lagi Kabarnya
Sama-Sama Cantik, Ini 7 Perbedaan Makeup Tiara Andini saat Manggung dan Sehari-Hari
Gaya Anggun Song Hye Kyo Pakai Busana Semi Formal, Tetap Menawan dan Stylish
Apa Saja Ciri-Ciri Penyakit Jantung pada Urine? Yuk Waspada, Ini Penjelasannya