Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Bashar al-Assad, pemimpin Suriah yang telah berkuasa selama 24 tahun, kini menghadapi akhir dari kekuasaannya yang penuh gejolak. Pada bulan Desember 2024, situasi di Suriah semakin memanas setelah pasukan pemberontak berhasil merebut ibu kota, Damaskus, memaksa Assad untuk melarikan diri dari tanah airnya. Kejadian dramatis ini semakin diperburuk oleh kabar mengejutkan tentang kecelakaan pesawat yang ditumpangi Assad saat berusaha melarikan diri.
Momen ini bukan hanya menandai berakhirnya perang saudara yang telah berlangsung lebih dari satu dekade, tetapi juga menjadi titik akhir bagi rezim keluarga Assad yang telah berkuasa selama lebih dari 50 tahun. Dengan jatuhnya Damaskus ke tangan pemberontak, banyak yang bertanya-tanya mengenai nasib presiden yang kontroversial ini, terutama setelah insiden pesawat yang menyelimuti pelariannya dengan misteri.
Mari kita simak kronologis menarik bagaimana Bashar al-Assad menghadapi penggulingan, pelariannya yang dramatis, hingga laporan mengejutkan terkait kecelakaan pesawat yang melibatkan dirinya. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Dunia kini menanti dengan penuh rasa ingin tahu.
Advertisement
Setelah bertahun-tahun terjebak dalam konflik yang berkepanjangan, pasukan pemberontak akhirnya berhasil merebut ibu kota Suriah, Damaskus, pada Desember 2024, dalam sebuah operasi kilat yang memanfaatkan kelengahan sekutu-sekutu Assad yang tengah terlibat dalam konflik di belahan dunia lain.
Kejatuhan Damaskus bukan hanya menandai akhir dari perang saudara yang brutal dan merenggut lebih dari 500.000 nyawa, tetapi juga menjadi momen bersejarah yang disambut dengan kegembiraan luar biasa oleh rakyat Suriah, yang merayakan kebebasan mereka dengan penuh suka cita di jalanan ibu kota.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Dalam sebuah laporan mengejutkan oleh Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), terungkap bahwa Bashar al-Assad telah meninggalkan Damaskus dengan pesawat pribadi Ilyushin-76T menuju tempat yang misterius. Data pelacakan penerbangan menunjukkan adanya pergerakan mencurigakan sebelum pesawat itu menghilang dari radar, menimbulkan spekulasi yang mendalam.
Keputusan mendadak Assad untuk melarikan diri ini menjadi sorotan, terutama mengingat sebelumnya ia tampil tegas mempertahankan kekuasaannya meskipun terjepit oleh tekanan dari berbagai pihak, baik domestik maupun internasional.
Advertisement
Dalam sebuah kejadian yang mengguncang, pesawat yang mengangkut Bashar al-Assad dilaporkan mengalami penurunan ketinggian yang mendadak sebelum menghilang dari radar di dekat Al-Suwayri. Beberapa sumber menyebutkan bahwa pesawat tersebut mungkin ditembak jatuh oleh pasukan oposisi, meskipun pihak berwenang belum memberikan konfirmasi resmi.
Jurnalis Mesir, Khaled Mahmoued, membagikan data radar yang mencengangkan, menunjukkan pesawat Assad terjun dari ketinggian lebih dari 3.650 meter hingga hanya 1.070 meter dalam waktu yang sangat singkat. Dugaan kuat pun beredar, menyiratkan bahwa pesawat itu mungkin mengalami kerusakan teknis atau menjadi target tembakan lawan.
Bashar al-Assad, yang lahir pada 11 September 1965 di Damaskus, merupakan pewaris kekuasaan dari sang ayah, Hafez al-Assad, setelah saudara kandungnya, Basil, meninggal dalam kecelakaan tragis pada 1994. Awalnya berprofesi sebagai dokter oftalmologi, Bashar melangkah ke dunia militer dan menjadi penasihat politik ayahnya sebelum resmi menjabat sebagai presiden pada tahun 2000.
Dengan semangat untuk membawa angin segar, ia berjanji akan melakukan reformasi dan modernisasi, termasuk menciptakan zona perdagangan bebas dan memberikan kebebasan lebih pada media serta universitas swasta. Namun, harapan tersebut nyatanya belum terwujud, di tengah kebebasan media yang terbatasi dan korupsi yang terus merajalela.
Sejak itu, Suriah terjebak dalam berbagai tantangan internasional, termasuk konflik dengan negara-negara tetangga seperti Turki, Israel, dan Lebanon. Puncaknya, pada 2011, gelombang protes besar-besaran meletus selama revolusi Musim Semi Arab, menandai kritik tajam terhadap rezimnya. Meskipun berupaya meredakan ketegangan dengan janji reformasi, langkah-langkahnya dianggap terlambat dan tidak memadai.
Rezim Bashar pun terus disorot karena pelanggaran hak asasi manusia yang mencolok, seperti penyiksaan dan penahanan lawan politik. Kini, menjelang akhir masa kepemimpinannya pada Desember 2024, nasib Bashar al-Assad menjadi sorotan dunia.
Rezim Assad telah mengakar sejak tahun 1971 ketika Hafez al-Assad, ayah dari Bashar, merebut kekuasaan dan merancang perubahan konstitusi yang memungkinkan putranya menggantikannya setelah wafat pada tahun 2000. Namun, harapan akan reformasi yang dijanjikan oleh Bashar al-Assad segera sirna, dan pemerintahan yang otoriter justru semakin memperdalam jurang pemisah antara pemerintah dan rakyat.
Ketegangan yang terus memuncak akhirnya meledak menjadi perang saudara yang berkepanjangan pada tahun 2011, mengguncang negeri yang kaya sejarah ini.
Setelah jatuhnya rezim Assad, Suriah kini berdiri di persimpangan jalan, menghadapi tantangan monumental untuk membangkitkan kembali negara yang porak-poranda akibat perang. Di tengah harapan akan pemerintahan transisi yang dapat menghadirkan perubahan positif, bayang-bayang konflik antar kelompok oposisi mengancam stabilitas politik yang rapuh.
Meskipun perjalanan menuju demokrasi masih panjang dan berliku, tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah memulihkan ekonomi yang hancur dan menangani krisis kemanusiaan yang telah menggerogoti kehidupan rakyat selama bertahun-tahun.
Pemberontak berhasil mengguncang panggung politik dengan merebut Damaskus, sebuah langkah monumental yang menunjukkan kekuatan mereka. Di tengah euforia ini, dukungan dari sekutu-sekutu utama seperti Rusia dan Iran mulai merosot, menandai perubahan signifikan dalam dinamika pertempuran yang bisa mengubah arah konflik.
Pesawat itu menghilang dari radar secara misterius setelah mengalami penurunan ketinggian yang tiba-tiba, memicu spekulasi bahwa pesawat tersebut mungkin telah ditembak jatuh.
Walaupun era rezim Assad telah berlalu, Suriah kini berdiri di ambang tantangan monumental dalam upayanya meraih kembali stabilitas politik dan ekonomi yang telah lama hilang.
Dalam langkah yang penuh strategi, Hafez al-Assad, sang ayah, melakukan perubahan besar pada konstitusi dengan menurunkan batas usia calon presiden dari 40 menjadi 34 tahun, sebuah langkah yang tak hanya mencerminkan ambisinya, tetapi juga membuka jalan bagi generasi muda untuk meraih kekuasaan.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/frr)
Advertisement
10 Potret Channella Anak Sambung Cut Tari yang Tak Kalah Cantik, Bestie dengan Sydney Adik Sambungnya
Potret Gemas Bobby Kertanegara Diundang Google, Jadi Kucing dengan Top Trending Search Google Sepanjang Tahun 2024
Profil & Kontroversi Habib Zaidan: Dulu Disebut Sebagai Bocah Ajaib Karena Tak Tidur Dua Hari, Kini Disorot KarenaBelaGusMiftah
Taylor Swift Siap Jadi Pendamping Selena Gomez di Hari Bahagianya, Bestie Goals Banget!
Formula di Balik Fenomena Lagu for Revenge: Gabungkan Lirik Super Galau dan Ayat-Ayat Quran