LGBT adalah Dilema yang Harus Dipecahkan Indonesia

Penulis: Wuri Anggarini

Diperbarui: Diterbitkan:

LGBT adalah Dilema yang Harus Dipecahkan Indonesia ©Shutterstock

Kapanlagi.com - LGBT adalah singkatan dari empat kata berbeda, yaitu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Meski di Indonesia LGBT nggak panen dukungan, tapi fakta menunjukkan bahwa pamornya sudah sangat dikenal masyarakat Tanah Air.

Sayangnya, popularitas tersebut didapatkan lewat cara yang kurang baik. Meski di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan sebagian negara Eropa sudah membuka tangan bagi kaum ini, di Indonesia sendiri LGBT masih sering diperdebatkan karena bertentangan dengan norma, budaya, dan ajaran agama.

Bisa dibilang bahwa LGBT adalah dilema yang masih menghadapi jalan buntu di Indonesia. Sebelum mulai mencari solusi atas perdebatan LGBT ini, saatnya kenalan lebih jauh tentang fenomena tersebut, yuk!

1. Mulai Beken Sejak 1990

©Shutterstock

Sebelum tahun 1990, mereka yang menyukai sesama jenis atau transgender lebih sering disebut sebagai “komunitas gay.” Tapi seiring berjalannya waktu, serta makin gencarnya desakan dari kaum ini, istilah LGBT akhirnya tercipta. Mereka pun memiliki panji sendiri, yaitu sebuah bendera dengan warna-warni pelangi.

Sesuai dengan singkatan tersebut, LGBT adalah sebuah wadah, bukan hanya bagi kaum lelaki, tapi juga perempuan, dan bahkan ‘gender ketiga,’ alias mereka yang mengubah penampilannya agar tampak seperti lawan jenisnya. Dimulai dari huruf pertama, yaitu lesbian. Orientasi seks ini dimiliki oleh kaum hawa yang hanya tertarik dengan sesama jenisnya saja. Sama halnya dengan gay, yang merupakan sebutan bagi pria yang hanya punya hati pada laki-laki.

Sementara keadaaan berbeda dimiliki oleh biseksual buat mereka yang bisa jatuh cinta, baik pada laki-laki mau pun perempuan. Terakhir yang disebut adalah transgender, yaitu seseorang yang merasa nggak pantas dengan jenis kelaminnya sendiri, serta berusaha untuk tampil sesuai dengan jiwanya.

2. Tanggapan Pemerintah?

©Shutterstock

Memang ada desakan untuk hak yang disuarakan oleh kelompok ini. Tapi di Indonesia sendiri LGBT adalah kaum yang tidak bisa diterima masyarakat. Menanggapi hal tersebut, Menteri Kesehatan, Nila Djuwita F. Moeloek pernah mengatakan bahwa LGBT adalah masalah kejiwaan, bukan gangguan kejiwaan. Dari sisi kesehatan pun perilaku seksual kaum ini juga dianggap nggak benar.

Sementara itu, meski Forum PBB mendesak Indonesia untuk menerima persamaan hak kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender, Indonesia dengan tegas menolak LGBT.

Dalam Sidang Dewan HAM PBB untuk Universal Periodic Review di Jenewa, Indonesia menganggap bahwa LGBT masih belum bisa diakui keberadaannya di negara ini. Pasalnya, pengakuan tersebut nggak bakal cocok dengan budaya, spiritualitas, dan sistem hukum Indonesia. Dengan kata lain, LGBT adalah fenomena yang bisa membuat pemerintah babak belur sendiri jika dipaksakan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat.

3. Dari Mana Datangnya Perilaku Homoseksual?

©Shutterstock

Jika ingin meneliti lebih jauh tentang fenomena ini, salah satu akar dari LGBT adalah perilaku homoseksual yang terjadi dalam masyarakat. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di banyak negara, homoseksualitas dianggap sebagai orientasi seksual yang terbentuk sejak kandungan. Berbeda dengan heteroseksual, homoseksual memiliki kode genetik khusus, yaitu Xq28.

Tapi biarpun belum ada kepastian apakah gen ini memengaruhi orientasi seksual seseorang, para peneliti yakin bahwa kode genetik ini punya peran besar dalam pembentukan identitas seksual manusia.

Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa LGBT adalah erat kaitannya dengan fisik. Para peneliti menemukan bahwa struktur otak kaum homoseksual cenderung beda dengan heteroseksual. Yang dimaksud adalah otak bagian depan hipotalamus, yang disebutkan nyaris dua kali lebih kecil ketimbang heteroseksual. Sebabnya adalah saraf-saraf otak dalam hipotalamus seorang homoseksual lebih padat ketimbang saraf-saraf otak heteroseksual.

Menariknya, para ahli juga mengatakan bahwa perilaku seksual dipengaruhi oleh kadar hormon. Sayangya, ‘membenahi’ hormon nggak akan mengendalikan situasi karena reaksi hormon terjadinya di otak. Jadi suntik hormon nggak bakal membuat seorang gay atau lesbian bisa tertarik dengan lawan jenisnya. Jadi, hal yang membentuk LGBT adalah lingkungan sekitarnya pula, bukan hanya kondisi biologis seseorang.

4. Makin Beken di Kehidupan Orang Populer

©Fox Movies

Udah nonton film BOHEMIAN RHAPSODY di bioskop? Salah satu jalan ceritanya menyebutkan bahwa sang frontman Queen, Freddie Mercury, yang diperankan dengan apik oleh Rami Malek, adalah seorang gay. Film ini menggambarkan bahwa LGBT adalah sebuah fenomena yang sudah terjadi sejak masa itu, hanya saja masih banyak penolakan dari masyarakat.

Dengan semakin diterimanya homoseksualitas di berbagai negara, LGBT pun semakin eksis. Makin banyak orang yang berani terbuka, mengakui bahwa LGBT adalah pilihan hidupnya. Salah satu yang paling mengguncang dunia adalah saat penyanyi latin Ricky Martin mengungkapkan bahwa dirinya merupakan seorang gay di tahun 2010 silam di acara bincang-bincang paling laris sedunia, The Oprah Winfrey Show.

Bagaimana nggak menghebohkan? Di saat dirinya begitu dipuja, terutama oleh kaum Hawa, justru saat itulah Martin mengatakan bahwa dirinya adalah seorang homoseksual. Ditambah lagi fakta bahwa dirinya pernah berpasangan dengan seorang wanita, pembawa acara TV Meksiko, Rebecca de Alba, serta menjalin hubungan selama 14 tahun.

Membuktikan bahwa LGBT adalah pilihan hidupnya, Ricky Martin pun menikah dengan seorang pria bernama Jwan Josef di tahun 2017. Kehidupan pernikahan mereka terbilang bahagia. Bahkan kini sudah ada bayi cantik bernama Lucia Martin-Yosef yang lahir tanggal 31 Desember 2018 lalu yang semakin menghangatkan keluarga mereka.

Dari Ricky Martin, makin banyak artis dan selebriti yang mengikuti jejaknya. Mulai dari Chloe Moretz, putri aktor laga Jacky Chan, Etta Ng, alumnus Twilight, Kristen Stewart, dan masih banyak lagi lagi lainnya. Ada yang mengungkapkan langsung lewat media, ada juga yang menunjukannya dengan tampil bareng pasangan dan memamerkan kemesraan mereka di depan publik. Perlahan tapi pasti, LGBT adalah hal yang kini sudah banyak diterima di negara-negara liberal.

5. Di Indonesia Masih Jadi Pro-Kontra

©Shutterstock

Ketika negara-negara lain sudah menerima kaum homoseksual dan biseksual, bagaimana dengan Indonesia? Kenyataannya sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa LGBT adalah masalah yang tabu dan nggak boleh ada di Tanah Air. Di lain pihak, makin banyak juga orang yang mendukung gaya hidup ini.

Salah satu yang kontra dengan LGBT adalah Ustaz kondang, Yusuf Mansur. Ia menyatakan keprihatinannya dengan adanya dukungan terhadap pernikahan sesama jenis di Indonesia. Nggak mau berpolemik, Ustaz Yusuf Mansur mengatakan bahwa mereka merupakan orang-orang yang nggak tahu bahwa pernikahan sesama jenis dilarang Allah.

Sementara di kubu lain, para selebriti Indonesia pun juga nggak mau kalah menyuarakan dukungan mereka terhadap LGBT. Sosok-sosok populer, seperti presenter Jeremy Tetty, Aming, Anggun C. Sasmi, Brandon Salim, penyanyi Sherina Munaf dan masih banyak lagi lainnya menyatakan bahwa hak kaum LGBT adalah setara dengan warga negara Indonesia pada umumnya.

Jeremy Tetty, misalnya, yang pernah mengeluarkan pernyataan kontroversial dalam sebuah acara debat yang disiarkan sebuah stasiun televisi nasional. Sebuah pendapat yang kemudian dipandang masyarakat bahwa Jeremy pro LGBT.

“Menurut saya perkawinan sejenis ya setuju-setuju saja. Selama orangtuanya setuju, kenapa tidak, iya nggak? Dan perangkat hukum harus kuat. Instrumen hukum sudah kuat, yang menikah dia, yang dosa-dosa dia jadi urusan dia dengan Tuhannya. Kita tidak perlu jadi Tuhan untuk orang lain. Okay?” jelasnya dalam acara debat tersebut.

6. Homoseksual Bukan Penyakit Menular

©Shutterstock

Salah satu anggapan yang beredar di masyarakat Indonesia saat ini bahwa LGBT adalah penyakit menular. Tapi fakta menunjukkan bahwa seorang yang ‘normal’ dan tertarik dengan lawan jenis nggak akan semudah itu tertular homoseksualitas. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan sejak 1994 hingga 2002 dan dicatat dalam jurnal Archives of Sexual Behavior. Disebutkan bahwa berteman dengan orang gay atau lesbian nggak bakal membuatmu ikut-ikutan jadi gay.

Dr. Roslan Yusni Hasan, Sp.BS, ahli bedah saraf RS Mayapada menegaskan bahwa orientasi seksual nggak semudah itu menular ke orang lain. Ia menekankan bahwa bergaul dengan gay nggak akan bikin seseorang jadi gay juga. Seperti ahli kesehatan lainnya, dr. Roslan menyimpulkan bahwa LGBT, khususnya homoseksual adalah bawaan sejak lahir (biologis).

Bisa jadi karena tekanan lingkungan yang membuat sang pemilik orientasi seksual ini merasa dipinggirkan. Lalu dia pun mencari orang lain yang mau menerima dirinya. Dengan adanya dukungan membuat gay atau lesbian semakin percaya diri dengan identitasnya. Dari sini, menurut dr. Roslan, orang salah kaprah dengan mengartikan bahwa gay menular.

7. Bagaimana Kiprah LGBT di Indonesia?

©Shutterstock

Meski ditolak kanan-kiri, sana dan sini, perkembangan LGBT di Indonesia makin hari semakin kentara. Dalam sebuah survei yang diselenggarakan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), ditemukan fakta bahwa ada kemungkinan di masa mendatang LGBT diterima di negeri ini.

Dalam survei yang diselenggarakan bulan Januari 2018 lalu, sebagian besar masyarakat memang memandang negatif terhadap LGBT. Tapi bukan berarti mereka berkata, “Tidak,” pada kaum homoseksual, biseksual, dan transgender. Menurut peneliti senior SMRC, Ade Armando, meski bertolak belakang dengan agama, lebih dari separuh masyarakat menganggap bahwa mereka juga manusia yang berhak hidup di Indonesia.

"Survey nasional (Surnas) SMRC menunjukkan, kendati disebut bertentangan dengan agama, 57,7 persen publik berpendapat bahwa LGBT punya hak hidup di negara kita. Adapun yang berpendapat sebaliknya hanya sebesar 41,1 persen," kata Ade, menjelaskan hasil survei nasional SMRC terhadap LGBT.

Dalam jajak pendapat yang menyasar 1220 responden tersebut, 45% di antaranya menyatakan bersedia menerima anggota keluarga yang berorientasi seksual LGBT.

"Ini menunjukkan sesuatu, bahwa orang Indonesia, walaupun dia katakan LBGT adalah hal yang salah, tapi kalau kakak, adik, dan sepupu mereka gay atau lesbian, mereka akan menerimanya," lanjutnya.

8. Bisa Jadi, Suatu Hari Nanti Indonesia Ramah Terhadap LGBT

©Shutterstock

Menariknya, masyarakat yang ramah terhadap LGBT adalah mereka yang berusia muda antara 22 sampai 25 tahun. Mayoritas dari mereka juga mendesak pemerintah untuk melindungi LGBT.

Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa semakin hari, semakin banyak warga Indonesia yang menganggap bahwa kaum LGBT adalah orang-orang yang harus diterima dan diperlakukan seperti masyarakat biasa.

Mungkin masih ada penolakan terhadap LGBT untuk hari ini. Tapi di kemudian hari, ketika waktu berlalu dan generasi berganti, pengertian ini akan terus berkembang dan secara logika bisa dipahami kalau suatu hari nanti Indonesia adalah negara yang ramah terhadap kaum lesbian, gay, biseksual, serta transgender.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/xap/wri)

Editor:

Wuri Anggarini