Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Shell, salah satu raksasa dalam industri migas dunia, memiliki kisah yang begitu menarik dan panjang, dimulai lebih dari seratus tahun yang lalu. Meskipun saat ini berkantor pusat di London, Inggris, sejarah perusahaan ini berakar dari gabungan Royal Dutch Petroleum Company yang berasal dari Belanda dan Shell Transport and Trading Company dari Inggris. Yang lebih menarik, awal mula Royal Dutch Petroleum Company sangat terkait dengan tanah Indonesia.
Perjalanan Shell dimulai pada akhir abad ke-19 di Sumatra Utara, ketika Aeilko Jans Zijklert berhasil menemukan cadangan minyak mentah komersial pertama di Telaga Tunggal. Penemuan bersejarah ini menjadi pijakan bagi berdirinya Royal Dutch Petroleum pada tahun 1890, yang kemudian bergabung dengan Shell Transport and Trading pada tahun 1907.
Hingga saat ini, Shell tetap menjadi salah satu pemain utama dalam sektor minyak dan gas global. Namun, baru-baru ini muncul kabar bahwa Shell berencana menutup jaringan SPBU di Indonesia, disebabkan oleh persaingan industri migas yang semakin ketat di dalam negeri. Apakah rumor ini benar? Mari kita telusuri perjalanan lengkap Shell, dari awal yang sederhana di Sumatra hingga posisinya sebagai raksasa migas global, dirangkum oleh Liputan6 dari berbagai sumber, Senin (25/11).
Advertisement
Sejarah gemilang Shell dimulai pada tahun 1884, ketika Aeilko Jans Zijklert, seorang warga Belanda yang menetap di Jawa Timur, secara tak terduga menemukan jejak minyak di Pantai Timur Sumatra. Dengan keberanian dan lisensi dari Sultan Langkat, Zijklert melangkah untuk mengebor sumur pertamanya, meski hasilnya nihil.
Namun, semangatnya tak surut; pada tahun 1885, ia kembali mencoba peruntungannya di Telaga Tunggal 1 di Pangkalan Brandan, Sumatra Utara, dan kali ini, keberuntungannya berpihak padanya—ia menemukan minyak mentah dalam jumlah komersial! Penemuan monumental ini menjadi batu loncatan bagi eksplorasi dan produksi minyak secara masif di kawasan tersebut, mendorong Zijklert untuk mendirikan Provisional Sumatra Petroleum Company, yang kelak menjadi cikal bakal Royal Dutch Petroleum Company pada tahun 1890.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Pada tahun 1890, di tengah hiruk-pikuk Den Haag, Belanda, Zijklert menciptakan sebuah mahakarya industri dengan mendirikan Royal Dutch Petroleum Company, yang segera melesat sebagai raja minyak dunia. Setelah kepergian Zijklert, penerusnya, De Gelder, tak hanya meneruskan warisan, tetapi juga menggali lebih dalam ke bumi Pangkalan Brandan, menemukan cadangan minyak yang melimpah.
Untuk memperlancar arus ekspor, Royal Dutch dengan cerdik membangun fasilitas penyimpanan dan pelabuhan di Pangkalan Susu pada tahun 1898, yang menjadi pelabuhan minyak pertama di Indonesia, menghubungkan produksi lokal dengan pasar global. Dengan langkah brilian ini, Royal Dutch Petroleum pun menjelma menjadi salah satu perusahaan minyak terdepan di Asia Tenggara pada zamannya.
Advertisement
Pada tahun 1907, dua raksasa industri minyak, Royal Dutch Petroleum dan Shell Transport and Trading Company dari Inggris, melakukan langkah strategis yang mengubah peta persaingan global dengan bergabung menjadi Royal Dutch/Shell Group, atau yang lebih dikenal sebagai Shell. Langkah ini diambil untuk menghadapi dominasi Standard Oil yang saat itu menguasai pasar.
Dengan keunggulan Shell dalam transportasi dan penyimpanan minyak, serta keahlian Royal Dutch dalam eksplorasi dan produksi, penggabungan ini tidak hanya memperkuat posisi mereka, tetapi juga melahirkan salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia yang terus berpengaruh hingga kini.
Setelah sekian lama absen sejak era kolonial, Shell kembali menggeliat di Indonesia dengan membuka SPBU pertamanya di Lippo Karawaci, Tangerang, pada tahun 2005. Kini, Shell telah mengukuhkan posisinya dengan lebih dari 170 SPBU yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Bandung, Jawa Timur, dan Sumatra Utara.
Tak hanya itu, perusahaan ini juga mengoperasikan pabrik pelumas di Marunda serta terminal penyimpanan bahan bakar di Gresik, Jawa Timur. Produk-produk unggulan seperti Shell V-Power dan Shell Diesel Extra telah menjadi favorit di kalangan konsumen Tanah Air. Kehadiran Shell di sektor hilir ini mencerminkan tekadnya untuk memberikan pelayanan terbaik dengan standar internasional bagi pasar lokal.
Pada tahun 2022, Shell mengambil langkah berani dengan memindahkan kantor pusatnya dari Den Haag, Belanda, ke London, Inggris, sekaligus mengubah namanya menjadi Shell PLC. Langkah strategis ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk menyederhanakan struktur korporasi dan meningkatkan daya saing di pentas global.
Kini, Shell beroperasi di lebih dari 90 negara, memproduksi sekitar 3,1 juta barel minyak per hari, dan mengelola lebih dari 44.000 SPBU di seluruh dunia. Tak hanya itu, Shell juga aktif dalam sektor energi yang beragam, termasuk biofuel dan energi angin, membuktikan bahwa sebagai salah satu raksasa minyak dunia, mereka terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi serta tuntutan pasar energi yang terus berubah.
Di tengah sorotan global yang semakin mendesak untuk beralih ke energi bersih, Shell melangkah maju dengan berinvestasi dalam sumber energi terbarukan, seperti biofuel dan energi angin. Dengan komitmen kuat untuk mengurangi emisi karbon melalui berbagai inisiatif inovatif, Shell menunjukkan keseriusannya dalam menghadapi tantangan transisi energi dunia.
Ambisi perusahaan ini untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan energi berkelanjutan tak mengesampingkan bisnis intinya di sektor minyak dan gas, melainkan justru memperkuat posisinya. Fokus pada keberlanjutan menjadi inti dari visi Shell untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau dan ramah lingkungan.
Isu penutupan SPBU Shell di Indonesia sempat mengguncang perhatian publik, namun kabar tersebut ternyata tidak benar! Shell tetap beroperasi di beberapa wilayah dengan layanan yang prima seperti biasa. Meskipun tantangan di industri migas semakin berat, terutama dengan dominasi Pertamina, Shell tetap berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik di pasar Indonesia.
Meski ada angin segar tentang kebijakan pemerintah yang lebih mendukung Pertamina, Shell menegaskan bahwa mereka tidak akan menutup gerai SPBU mereka di Tanah Air.
Di tengah gejolak pasar bahan bakar minyak tradisional, Shell berani melangkah ke era baru dengan mengalihkan fokusnya pada energi terbarukan dan kendaraan listrik.
Dengan rencana investasi yang menggiurkan untuk Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Shell menunjukkan komitmennya untuk beradaptasi dengan tren global menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Namun, tantangan di Indonesia tak bisa dianggap sepele; penetrasi kendaraan listrik yang masih rendah dan kebutuhan investasi besar untuk infrastruktur SPKLU menjadi rintangan yang harus dihadapi.
Meskipun demikian, langkah berani ini mencerminkan strategi Shell untuk tetap relevan di tengah perubahan besar industri energi global, meski harus merelakan sebagian dari bisnis tradisionalnya, termasuk kemungkinan penutupan beberapa SPBU di tanah air.
Shell lahir dari pertemuan epik antara Royal Dutch Petroleum Company asal Belanda dan Shell Transport and Trading Company dari Inggris pada tahun 1907, menciptakan sebuah raksasa energi yang kini dikenal di seluruh dunia.
Shell kini hadir dengan lebih dari 170 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di seluruh Indonesia, serta beragam aktivitas bisnis yang menjangkau sektor hulu hingga hilir. Keberadaan Shell tidak hanya memberikan kemudahan bagi para pengguna kendaraan, tetapi juga berkontribusi signifikan dalam pengembangan industri energi di Tanah Air.
Shell menghadirkan beragam produk unggulan yang siap memanjakan kendaraan Anda, mulai dari Shell Super yang memberikan performa optimal, hingga Shell V-Power yang menawarkan tenaga maksimal. Tak ketinggalan, Shell Diesel Extra untuk mesin diesel yang lebih efisien, serta pelumas otomotif berkualitas tinggi yang menjaga kinerja mesin tetap prima. Dengan inovasi dan kualitas yang tak diragukan, Shell siap menjadi mitra setia perjalanan Anda!
Penemuan minyak pertama di Sumatra Utara menjadi titik tolak yang menggugah semangat industri energi dunia, melahirkan Royal Dutch Petroleum yang kelak bersatu dengan Shell, menciptakan kolaborasi raksasa yang mengubah peta bisnis minyak global.
Shell melangkah maju dengan berani dalam dunia energi terbarukan, mengalihkan fokusnya kepada biofuel dan energi angin, sambil bertekad untuk memangkas emisi karbon secara signifikan. Dengan inovasi dan keberlanjutan sebagai pilar utama, perusahaan ini tidak hanya berinvestasi untuk masa depan yang lebih bersih, tetapi juga menunjukkan komitmen yang kuat dalam menjaga kelestarian lingkungan bagi generasi mendatang.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/ank)
Advertisement
Venna Melinda Resmi Bercerai dari Ferry Irawan Secara Verstek, Ketok Palu Semua Bukti Dinyatakan Sah
Manchester United Terancam Kehilangan 2 Pemain Ini di Laga Lawan Arsenal, Penggemar Cemas
Mengapa Ruben Amorim Pilih Zirkzee Ketimbang Hojlund di Ujung Tombak Manchester United?
Manchester United Kalahkan Everton, Amad Diallo Jadi Pemain Penting di Laga Ini
Usai Kalahkan Everton, 2 Pemain Manchester United Ini Dapat Rating Tinggi