Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Puasa Ayyamul Bidh, sebuah puasa sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam, dilaksanakan setiap tanggal 13, 14, dan 15 di bulan Hijriah. Dikenal dengan sebutan "hari-hari putih", puasa ini bertepatan dengan momen indah ketika bulan purnama menerangi malam dengan sinar yang memukau.
Keutamaan puasa ini bersumber dari sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa menjalankan puasa selama tiga hari setiap bulan akan mendatangkan pahala setara dengan berpuasa sepanjang tahun.
Selain memberikan manfaat spiritual yang mendalam, puasa Ayyamul Bidh juga memiliki hubungan historis dengan Nabi Adam AS dan menawarkan berbagai manfaat kesehatan yang luar biasa. Tapi, apa sebenarnya asal-usul dari Puasa Ayyamul Bidh? Mengapa dinamakan "hari-hari putih"? Dan apa saja keutamaan yang bisa didapat oleh umat Islam dari puasa ini?
Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, Kapanlagi.com telah merangkum informasi menarik dari berbagai sumber pada Rabu (12/2/2025). Simak penjelasan lengkapnya dan temukan keindahan serta hikmah di balik puasa yang penuh berkah ini!
Advertisement
Asal-usul nama Ayyamul Bidh, atau yang dikenal sebagai hari-hari putih, menyimpan kisah menarik yang mengaitkannya dengan Nabi Adam AS.
Menurut riwayat yang populer dari Ibnu Abbas, setelah diturunkan ke bumi, tubuh Nabi Adam AS terbakar oleh sinar matahari hingga menghitam.
Allah SWT pun memerintahkannya untuk berpuasa selama tiga hari berturut-turut, yaitu pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriah.
Setiap hari puasa, tubuhnya perlahan kembali memutih hingga pada akhir hari ketiga, ia sepenuhnya bersinar putih. Inilah yang melatarbelakangi penamaan Ayyamul Bidh.
Di sisi lain, ada pula yang mengaitkan nama ini dengan keindahan bulan purnama yang menerangi malam-malam tersebut, sehingga hari-hari ini juga dikenal sebagai 'hari-hari putih'.
Rasulullah SAW sendiri sangat menyukai puasa pada hari-hari ini, terutama ketika malam-malam cerah menyinari langit.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Asal-usul nama Ayyamul Bidh, yang berarti "hari-hari putih," mencerminkan hubungan yang mendalam dengan cahaya dan kesucian, baik dalam konteks fisik seperti pemutihan tubuh Nabi Adam AS maupun dalam makna simbolis, yakni kecerahan bulan purnama.
Meski ada perbedaan dalam riwayatnya, kedua versi ini sepakat akan pentingnya puasa sunnah Ayyamul Bidh sebagai amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Dalam tradisi Islam, cahaya melambangkan petunjuk dan kebenaran, sedangkan kesucian menggambarkan kebersihan jiwa.
Dengan melaksanakan puasa pada hari-hari istimewa ini, seorang Muslim berupaya untuk menyucikan diri, baik secara fisik maupun spiritual, serta mendekatkan hatinya kepada Allah SWT.
Ini juga merupakan wujud ketaatan kepada sunnah Rasulullah SAW, yang senantiasa mengamalkan puasa ini dalam kehidupannya.
Advertisement
Rasulullah SAW dengan penuh semangat mendorong umatnya untuk melaksanakan puasa pada Ayyamul Bidh, yang jatuh pada hari-hari putih setiap bulan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa'i, beliau mengungkapkan, "Siapa yang berpuasa tiga hari setiap bulan, seolah-olah ia berpuasa sepanjang tahun."
Keutamaan puasa ini begitu besar, tidak hanya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga sebagai penghapus dosa-dosa kecil yang mungkin kita lakukan.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW menegaskan, "Puasa tiga hari setiap bulan dan puasa pada hari Arafah dapat menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu."
Jadi, mari kita manfaatkan kesempatan berharga ini untuk membersihkan jiwa dan meraih pahala yang berlipat ganda!
Puasa Ayyamul Bidh, yang dikenal sebagai puasa sunnah, memiliki tata cara yang sederhana namun penuh makna.
Pertama, niatkan puasa ini pada malam sebelum fajar atau pagi sebelum Dzuhur jika belum makan atau minum, dengan lafaz: "Nawaitu shauma ayyami bidh sunnatan lillahi ta'ala," yang berarti "Saya niat puasa Ayyamul Bidh, sunnah karena Allah Ta'ala."
Selama puasa, jaga diri dari segala yang membatalkan, seperti makan dan minum, dari fajar hingga matahari terbenam.
Dan saat tiba waktu berbuka, disarankan untuk menikmati makanan manis seperti kurma, mengikuti jejak sunnah Rasulullah, yang menambah kehangatan dan keberkahan dalam momen berbuka tersebut.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rao)
Advertisement
Keutamaan Puasa Syawal dan Pahala yang Dijanjikan oleh Allah SWT
Tradisi Binarundak Suku Mongondow: Nasi Massal di Tepi Jalan untuk Memeriahkan Idulfitri
Momen Nicholas Saputra Bikin Ketupat Lebaran, Cincin di Jari Manis Bikin Salah Fokus
Potret Kris Dayanti dan Keluarga Rayakan Lebaran di Singapura, Nggak Canggung Berbaur dengan Warga
Potret Pernikahan Danilla Riyadi yang Digelar Secara Sederhana dan Diam-diam di KUA