Diterbitkan:
Opor ayam merupakan salah satu hidangan khas yang selalu hadir di tengah perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Kehadirannya bukan sekadar pelengkap meja makan, tetapi juga telah menjadi bagian dari tradisi yang diwariskan turun-temurun.
Hidangan berkuah santan ini memiliki cita rasa gurih yang khas, menjadikannya favorit di berbagai daerah. Hampir setiap rumah tangga menyajikan opor ayam sebagai hidangan utama saat berkumpul bersama keluarga dalam suasana penuh kebersamaan.
Namun, di balik kelezatannya, sejarah opor ayam menyimpan jejak panjang yang menarik untuk ditelusuri. Hidangan ini bukan semata-mata hasil kreasi asli dari Indonesia, melainkan merupakan bagian dari akulturasi budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Simak informasinya lengkap yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (3/4/2025).
Advertisement
Sejarah opor ayam dapat ditelusuri melalui jejak pengaruh dari tiga budaya besar yang berinteraksi dengan Nusantara, yakni India, Arab, dan China. Hidangan ini tidak lahir dari satu budaya tunggal, melainkan merupakan hasil dari proses akulturasi yang berlangsung selama berabad-abad. Kombinasi dari teknik memasak dan penggunaan rempah-rempah khas dari berbagai bangsa telah membentuk opor ayam sebagaimana yang dikenal oleh masyarakat Indonesia saat ini.
Di Indonesia, terdapat dua jenis opor ayam yang paling populer, yaitu opor ayam berkuah santan putih dan opor ayam berkuah kuning. Masing-masing varian ini memiliki cita rasa, warna, serta sejarah yang berbeda, mencerminkan pengaruh budaya yang turut membentuknya. Opor ayam dengan kuah santan berwarna putih sangat erat kaitannya dengan komunitas peranakan Tionghoa di Indonesia. Hidangan ini memiliki kuah yang kental dan gurih dengan dominasi aroma santan, menciptakan cita rasa yang lembut namun tetap kaya. Sajian ini sering kali dihidangkan bersama lontong atau ketupat, mengingatkan pada hidangan khas komunitas Tionghoa seperti lontong Cap Go Meh, yang biasa disajikan dalam perayaan Cap Go Meh.
Kehadiran opor ayam santan putih dalam kuliner Nusantara menunjukkan bagaimana budaya China turut memberikan pengaruh dalam teknik memasak dan bahan yang digunakan. Penggunaan santan yang melimpah dalam hidangan ini sejalan dengan kecenderungan masakan Tionghoa peranakan yang sering mengadaptasi bahan lokal dengan tetap mempertahankan karakteristik aslinya. Berbeda dengan opor santan putih, varian opor ayam berkuah kuning mencerminkan pengaruh budaya India. Warna kuning khas yang dihasilkan dari kunyit menjadi ciri utama hidangan ini, sementara penggunaan jintan serta rempah-rempah lainnya memberikan aroma dan rasa yang lebih tajam. Kunyit dan jintan merupakan bumbu yang sering digunakan dalam masakan India, terutama dalam hidangan berempah seperti kari.
Selain warna dan aroma yang khas, opor ayam berkuah kuning juga memiliki rasa yang lebih kompleks dibandingkan dengan varian santan putih. Hidangan ini sering disajikan dalam berbagai kesempatan istimewa, terutama saat perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Kombinasi antara santan, kunyit, dan rempah lainnya menjadikan opor ayam kuning sebagai sajian yang menggugah selera dan semakin memperkaya khasanah kuliner Nusantara.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Penyebaran awal hidangan ini di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran pedagang Arab dan India yang datang ke Nusantara melalui jalur perdagangan maritim. Sejak abad ke-16, kawasan pesisir di Sumatera, Jawa, dan Selat Malaka telah menjadi pusat interaksi budaya, di mana berbagai pengaruh asing mulai bercampur dengan tradisi lokal. Dalam proses ini, kuliner pun ikut mengalami transformasi, termasuk dalam cara memasak dan penggunaan bahan-bahan yang lebih mudah ditemukan di wilayah kepulauan Indonesia.
Salah satu bentuk asimilasi yang menarik dalam sejarah opor ayam adalah pengaruh dari Kerajaan Mughal di India, yang terkenal dengan sajian qorma yaitu hidangan berbumbu yang dimasak dengan susu atau yoghurt sebagai bahan dasar kuahnya. Namun, di Indonesia, bahan tersebut digantikan dengan santan, yang lebih mudah diperoleh dari kelapa yang banyak tumbuh di wilayah tropis. Inovasi ini kemudian menjadi ciri khas utama dari opor ayam yang dikenal saat ini.
Selain itu, dengan semakin meluasnya penyebaran agama Islam di Nusantara, hidangan berbasis rempah seperti opor ayam menjadi semakin populer. Banyak kerajaan Islam di Indonesia, seperti Kesultanan Aceh, Demak, dan Mataram, yang mengadopsi berbagai tradisi kuliner dari India dan Timur Tengah, lalu menyesuaikannya dengan bahan serta teknik memasak lokal.
Advertisement
Bahan Utama:
Bumbu Halus:
1. Persiapan Ayam
2. Menumis Bumbu
3. Memasak Ayam dengan Santan Cair
4. Menambahkan Santan Kental
5. Penyajian Opor Ayam
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/ses)
Advertisement
Fakta-Fakta dan Sinopsis Tentang Serial Ramadan Malaysia 'BIDAAH' yang Viral di TikTok
7 Potret Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah Liburan Tanpa Anak-Anak, Vibes Bulan Madu Romantis di Spanyol
Potret Cantik Lyodra Lliburan ke Jepang, Outfit Kimono Bikin Makin Kinclong
Memahami 5 Tata Cara Lamaran Adat Jawa yang Penuh Makna Filosofis
SM Entertainment Perkenalkan Trainee ke-11, Bernama Hamin yang Punya Paras Rupawan