Penuh Pengorbanan Bertaruh Nyawa, Ini Cerita Asmujiono Pernah Kibarkan Merah Putih di Puncak Everest

Penulis: Silma Salsabilla

Diterbitkan:

Penuh Pengorbanan Bertaruh Nyawa, Ini Cerita Asmujiono Pernah Kibarkan Merah Putih di Puncak Everest
Asmujiono Pernah Kibarkan Merah Putih di Puncak Everest / Credit Foto: KapanLagi.com/Darmadi Sasongko

Kapanlagi.com - Asmujiono (52) menjadi salah satu peserta upacara bendera memperingati Hari Kemerdekaan ke-78 di Lingkungan RW 1, Dusun Kebonsari, Desa Tumpang, Kabupaten Malang. Ia berbaur bersama ratusan warga yang antusias menggelar upacara pengibaran bendera 17 Agustus.

Asmujiono merupakan purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir Serka (Pur) dan terakhir bertugas di lingkungan Korp Pasukan Khusus (Kopassus). Karena itu, Asmujiono selama prosesi upacara mengenakan baret kebanggaan warna merah berikut emblem lencana.

Asmujiono pernah tergabung dalam Tim Everest 1997 yang digagas Danjen Kopassus, saat itu dijabat oleh Mayjend TNI Prabowo Subianto. Ia menjalankan misi bersama tim untuk mengibarkan Bendera Merah Putih di puncak Everest, Gunung Himalaya dengan mengharukan. Penuh pengorbanan hingga bertaruh nyawa!

 

 

1. Perjalanan Asmujiono ke Puncak Everest Tahun 1996

Asmujiono mengisahkan awal mula perjalanannya menuju puncak everest. "Kita berangkat ke Nepal tahun 1996. Berangkat 43 Orang, Kopassus 16 Orang. Lainnya dari berbagai organisasi pecinta alam terpilih saat itu," ungkapnya usai mengikuti upacara bendera di kampungnya, Dusun Kebonsari, Desa Tumpang, Kabupaten Malang, Kamis (17/8).

Misi tersebut, diceritakan Asmujiono dijalankan dengan penuh pengorbanan, susah payah dan bertaruh nyawa. Pengorbanan hidup mati dijalankan demi misi mengibarkan sang saka merah putih di puncak tertinggi dunia.

Saat itu, Asmujiono membawa nama Indonesia, karena memang negara tetangga Malaysia juga menjalankan misi serupa. Jika gagal tentu akan menjatuhkan gengsi di mata internasional, baik sebagai anggota Kopassus maupun bangsa Indonesia.

Sekian persiapan dijalani dari mulai latihan fisik di Puncak Pangrango, Jawa Barat hingga di basecamp yang disiapkan di Nepal. Mental dan fisik, terutama untuk penyesuaian udara disiapkan dengan penuh kedisiplinan sebelum memulai pendakian.

 

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Seleksi Anggota Tim untuk Kibarkan Merah Putih di Puncak Tertinggi Dunia

Seleksi akhir dilangsungkan dengan pendakian dua gunung di Nepal, salah satunya Gunung Paldor. Kala itu Tim Pelatih dari Rusia melakukan penilaian kelayakan personel yang akan melanjutkan misi.

Saat itu pula para peserta satu per satu mulai berguguran dengan berbagai batas akhir kemampuan bertahan. Seleksi alam benar-benar berperan dalam menentukan personel lolos atau gugur. Mereka yang gugur di antaranya mengalami mimisan bahkan roboh pada titik ketinggian tertentu.

"Dari situ kemudian benar-benar terbentuk tim yang akan melanjutkan perjalanan ke Puncak Everest. Personelnya tinggal 16 orang, yakni 10 orang dari Kopassus dan 6 orang dari sipil," terangnya.

Saat itu Danjen Kopassus Prabowo Subianto, mempunyai gagasan untuk menempuh puncak dari dua jalur sekaligus, yakni jalur selatan dan utara. Sehingga 16 personel tersebut dibentuk dalam dua tim yang akan menempuh rute berbeda. 

Karena pada saat itu, belum pernah tercatat rekor negara yang dapat menempuh di dua jalur sekaligus. Selain itu pertimbangan kemungkinan terburuk salah satu tim gagal akibat cuaca buruk. Sehingga tim lain tetap dapat bertahan melanjutkan perjalanan misi tersebut.

"Tim terbagi dua, 10 personel termasuk saya dan Pak Iwan (Mayjend Iwan Setiawan) menempuh dari jalur selatan, sementara 7 personel dari jalur utara," jelasnya.

Jalur selatan memiliki rute lebih berat, sementara jalur utara masih bisa ditempuh dengan kendaraan hingga ketinggian tertentu. Namun demikian, dalam perjalanannya personel jalur utara mengalami kegagalan akibat hantaman badai salju. 

Sementara personel rute jalur selatan terus melanjutkan perjalanan dengan sejumlah tantangan yang dihadapi. Seleksi alam juga terus berlangsung hingga pada saatnya jumlah personal berkurang dan menjadi 6 orang dari semula 10 orang.

Tim pun pada akhirnya terseleksi tinggal tiga personel untuk melanjutkan menuju Puncak Everest, yakni Lettu Iwan, Sertu Samirin, dan Asmujiono yang saat itu berpangkat Pratu. Tidak terhitung berapa kali Asmujiono serta dua seniornya itu terjatuh dan harus bangun dan merangkak melanjutkan perjalanan.

 

 

3. Asmujiono dan Tim Kopassus Berhasil Kibarkan Merah Putih di Puncak Everest

Asmujiono akhirnya berhasil mengibarkan sang merah putih di ketinggian 8848 Mpdl yang dilakukannya dengan susah dan payah. Rasa syukur dan harunya tidak dapat disembunyikan. Ia sempat memasang baret merah dan melantunkan lagu Padamu Negeri.

"Foto ini diambil dari jarak tertentu dengan zoom. Saya sempat juga berusaha menempelkan sticker, tetapi gagal dan harus segera turun," akunya.

Asmujiono mengaku sekitar 10 menit bertahan di Puncak Everest, sementara para pendamping dan sherpa segera memintanya turun, karena kondisi alam yang membahayakan. Bahkan teriakannya untuk minta difoto lagi tidak dipenuhi para sherpa yang saat itu hanya memberi kode untuk segera turun.

Asmujiono dan Tim Kopassus berhasil menjalankan misinya mengibarkan merah putih di Puncak Everest. Kesuksesan itu dianggap sebagai kesuksesan semua tim dan kebanggaan bangsa Indonesia. 

"Buatlah sesuatu yang membanggakan diri sendiri, bangsa dan negara. Jangan berpikir gagal atau tidak mungkin," pesan Asmujiono.

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

Rekomendasi
Trending