Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengejutkan publik pada Selasa malam (5/11/2024) dengan pengumuman pemecatan Menteri Pertahanan Yoav Gallant. Dalam langkah yang cukup dramatis ini, Netanyahu menunjuk Israel Katz sebagai pengganti Gallant.
Dia menjelaskan bahwa keputusan tersebut diambil karena adanya 'kesenjangan yang signifikan' dalam pengelolaan operasi militer, khususnya terkait konflik berkepanjangan dengan Hamas di Gaza.
Namun, pemecatan ini bukanlah hal yang tiba-tiba. Ketegangan antara Gallant dan Netanyahu sudah terasa sejak perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober 2023. Gallant, yang dikenal sebagai sosok yang tegas, tak segan-segan mengkritik sejumlah keputusan politik Netanyahu, terutama dalam menangani krisis dan strategi militer di Gaza.
Kini, perhatian tertuju pada sosok baru yang akan memimpin pertahanan Israel. Mari kita simak lebih dalam mengenai profil Yoav Gallant yang telah dirangkum oleh Kapanlagi.com dari berbagai sumber pada Kamis (7/11).
Advertisement
Yoav Gallant, yang lahir pada 8 November 1958 di Israel, adalah sosok menarik dengan perjalanan hidup yang penuh warna. Mantan jenderal ini memulai karier militernya di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sejak usia muda dan menghabiskan lebih dari 40 tahun di dunia militer, menjabat di berbagai posisi strategis.
Meski sempat menjajal kehidupan sebagai penebang pohon di Alaska pada awal 1980-an, Gallant tak lama kemudian kembali ke IDF, bergabung dengan unit pasukan khusus angkatan laut Israel, Shayetet 13.
Di bawah kepemimpinannya, banyak operasi militer penting dilaksanakan, termasuk Operasi Cast Lead yang terkenal pada tahun 2008, di mana pasukannya menghadapi Hamas selama hampir sebulan, dengan konsekuensi yang memicu banyak perdebatan.
Dikenal sebagai pemimpin yang berani dan kadang kontroversial, Gallant tak ragu mengambil keputusan sulit di tengah ketegangan, pengalaman yang menjadi modal berharga saat ia melangkah ke dunia politik setelah pensiun dari militer.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Setelah menuntaskan karir militernya di IDF, Yoav Gallant melangkah ke dunia politik pada tahun 2015 dengan bergabung bersama Partai Kulanu yang dipimpin oleh Moshe Kahlon. Dalam pemilu perdana tersebut, ia sukses meraih kursi di Knesset, menandai babak baru dalam hidupnya.
Namun, ambisinya tak berhenti di situ; pada 2018, Gallant beralih ke Partai Likud yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, meski sebelumnya ia telah mengukir nama di Kulanu. Langkah ini membuktikan keinginannya untuk berkontribusi lebih dalam pemerintahan, terutama dalam aspek pertahanan dan kebijakan luar negeri.
Dalam waktu singkat, Gallant mengisi berbagai posisi strategis, termasuk Menteri Pembangunan, Menteri Aliyah dan Integrasi, hingga Menteri Pendidikan.
Puncaknya, pada tahun 2022, ia diangkat sebagai Menteri Pertahanan Israel, sebuah jabatan krusial yang menuntutnya untuk mengelola kebijakan pertahanan negara di tengah berbagai tantangan, terutama dari Gaza dan sekitarnya, sekaligus mengukuhkan posisinya sebagai salah satu tokoh politik terkemuka di Israel.
Advertisement
Setelah bertahun-tahun menjadi sekutu setia Netanyahu, hubungan antara Gallant dan perdana menteri mulai merenggang di tahun 2023, saat Netanyahu meluncurkan rencana reformasi peradilan yang menuai gelombang kritik. Rencana ini, yang bertujuan mengurangi kekuatan Mahkamah Agung Israel, dianggap oleh banyak pihak sebagai ancaman serius bagi demokrasi negara tersebut.
Gallant, yang dikenal vokal, tidak tinggal diam; ia dengan tegas menyatakan, "Ini adalah bahaya yang jelas, segera, dan nyata bagi keamanan Israel," menggarisbawahi risiko besar yang ditimbulkan oleh reformasi tersebut.
Dalam sebuah langkah berani, ia bergabung dengan para pemimpin militer lainnya yang juga menolak rencana itu, bahkan memperingatkan bahwa bisa saja para perwira dan tentara memilih untuk mundur dari tugas mereka.
Ketegangan antara Gallant dan Netanyahu semakin memuncak, terutama setelah terjadinya konflik besar di Gaza pada Oktober 2023, di mana Netanyahu menuduh Gallant sebagai penyebab ketidakcocokan dalam pengelolaan kebijakan militer dan isu-isu domestik lainnya.
Pada 5 November 2024, dunia politik Israel diguncang oleh keputusan mengejutkan dari Perdana Menteri Netanyahu yang mencopot Benny Gallant dari kursi Menteri Pertahanan. Pemecatan ini tidak datang tanpa alasan; Netanyahu mengungkapkan adanya 'kesenjangan yang signifikan' dalam pengelolaan operasi militer di Gaza oleh Gallant, yang semakin memperburuk hubungan mereka.
Meskipun awalnya keduanya tampak kompak saat perang berkecamuk, perbedaan pandangan yang tajam terkait strategi militer telah merusak kepercayaan di antara mereka.
"Kepercayaan antara saya dan menteri pertahanan telah retak," tegas Netanyahu, menambahkan bahwa ketidaksepakatan ini tidak hanya mengguncang kebijakan dalam negeri, tetapi juga memberi angin segar bagi musuh-musuh Israel yang melihat peluang dalam ketegangan pemerintahan.
Menariknya, ini bukanlah pemecatan pertama bagi Gallant; ia pernah mengalami nasib serupa pada Maret 2023, namun berhasil kembali ke posisinya setelah gelombang protes publik. Kini, dengan ketegangan yang sudah mencapai puncaknya, tampaknya keputusan Netanyahu kali ini bersifat final.
Setelah dipecat, Gallant dengan tegas menyatakan melalui media sosial bahwa keamanan Israel tetap menjadi prioritas utamanya. "Keamanan Negara Israel adalah dan akan selalu menjadi misi hidup saya," tulisnya, menegaskan komitmennya yang tak tergoyahkan meski sudah dicopot dari jabatannya.
Langkah kontroversial Netanyahu ini memunculkan tanda tanya tentang stabilitas politik Israel ke depan, terutama setelah dia menunjuk Israel Katz—figur berpengalaman dan tegas dalam kebijakan pertahanan—sebagai pengganti Gallant.
Sementara banyak yang meramalkan bahwa pemecatan ini akan memicu ketegangan politik domestik, bagi Netanyahu, ini merupakan strategi untuk memperkuat kepemimpinannya di tengah situasi perang yang terus berkecamuk.
Di tengah konflik dengan Hamas, keputusan ini juga mencerminkan betapa mendalamnya pengaruh politik dan militer dalam menentukan arah kebijakan Israel, yang bisa berdampak pada hubungan antara pemerintah dan kelompok militer yang selama ini mendukung Gallant.
Gallant harus meninggalkan jabatannya akibat ketidaksesuaian pandangan dalam pengelolaan operasi militer serta perbedaan pendapat terkait reformasi peradilan, yang akhirnya merusak kepercayaan antara dirinya dan Netanyahu.
Gallant, sosok yang tak asing di dunia militer, telah mencuri perhatian publik berkat keberaniannya yang luar biasa dalam menantang kebijakan pemerintah, terutama yang menyangkut isu keamanan nasional.
Dengan latar belakang militernya yang kokoh, ia tampil sebagai suara yang berani dan tegas, siap menghadapi tantangan demi memperjuangkan prinsip-prinsip yang diyakininya.
Setelah pemecatan Gallant, Israel Katz kini mengambil alih kursi Menteri Pertahanan, menandai babak baru dalam kepemimpinan militer Israel yang penuh tantangan.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rmt)
Advertisement