Strawberry Parents, Pola Asuh Orangtua yang Membentuk Generasi Rentan

Penulis: Ahmad Zuhdi Abhista

Diterbitkan:

Strawberry Parents, Pola Asuh Orangtua yang Membentuk Generasi Rentan
Ilustrasi. (foto: Pinterest/Word From The Bird Blog).

Kapanlagi.com - Mengasuh anak adalah sebuah petualangan yang dipenuhi dengan tantangan sekaligus keindahan. Dibutuhkan komitmen yang kuat untuk membimbing, mendukung, dan menciptakan lingkungan yang sehat demi tumbuh kembang si kecil. Setiap orang tua memiliki cara dan gaya pengasuhan yang unik, mencerminkan nilai-nilai, budaya, dan pengalaman hidup mereka. Setiap pendekatan ini meninggalkan jejak yang khas dalam pembentukan karakter anak.

Belakangan ini, istilah "strawberry parents" menjadi perbincangan hangat di kalangan orang tua. Istilah ini berasal dari Taiwan dan menggambarkan generasi baru yang dikenal sebagai generasi strawberry—sebuah generasi yang dianggap lebih sensitif dan lembut, mirip dengan buah strawberry yang manis. Dengan pendekatan ini, orang tua berusaha memberikan perlindungan ekstra bagi anak-anak mereka. Namun, gaya pengasuhan ini sering kali memicu perdebatan mengenai dampaknya terhadap ketahanan dan kemandirian anak.

Siapa yang tidak penasaran dengan fenomena menarik ini? Mari kita telusuri lebih dalam dan memahami dinamika di balik pengasuhan ala strawberry ini!

1. Dampak dari Gaya Parenting Strawberry

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Kesulitan Beradaptasi

Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua "strawberry" sering kali menghadapi kesulitan saat berhadapan dengan perubahan di sekitar mereka. Dengan pola asuh yang penuh kasih sayang dan perhatian berlebih, anak-anak ini jarang menerima hukuman dan hampir tidak memiliki batasan yang jelas. Menurut Prof. Rhenald Kasali, meski mereka tumbuh dengan ide-ide kreatif yang melimpah, mereka juga cenderung mudah menyerah dan cepat merasa sakit hati.

Kenyamanan hidup yang berlebihan membuat mereka rentan terhadap tekanan dan stres. Tanpa pengalaman menghadapi tantangan, anak-anak ini sering kali bergantung pada orang lain ketika situasi sulit menghampiri. Akibatnya, kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah menjadi terhambat, menciptakan tantangan tersendiri di masa depan mereka.

3. Pola Asuh yang Berlebihan

Bagi sejumlah orang tua, mengadopsi gaya pengasuhan "strawberry parents" dianggap sebagai cara yang lembut untuk melindungi anak-anak mereka. Namun, di balik niat baik tersebut, sering kali muncul masalah ketika mereka memberikan fasilitas yang berlebihan dan memanjakan si kecil. Tanpa adanya batasan atau aturan yang jelas, anak-anak tumbuh dengan anggapan bahwa segala tindakan mereka selalu benar, yang bisa berpotensi menimbulkan kesulitan di masa depan.

Meskipun generasi stroberi memiliki banyak ide kreatif dan terjalin hubungan yang erat dengan orang tua, gaya pengasuhan ini dapat menghambat kemampuan mereka dalam menghadapi stres dan tantangan hidup. Ketidakadaan aturan dan konsekuensi membuat mereka kurang siap untuk menghadapi realitas yang keras, sehingga mereka mungkin kesulitan beradaptasi ketika dunia menuntut lebih dari sekadar kasih sayang.

4. Ciri-Ciri Strawberry Parents

5. Memberikan Semua Keinginan Anak

Salah satu tanda orang tua yang tergolong "strawberry parents" adalah kebiasaan mereka yang selalu memenuhi setiap keinginan anak, meskipun itu bukanlah kebutuhan mendesak. Penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak tentang perbedaan antara apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan, serta bersikap tegas dalam menentukan prioritas. Jika semua keinginan anak dipenuhi tanpa pertimbangan, mereka bisa tumbuh dengan mindset bahwa segala sesuatu dapat diperoleh dengan mudah, tanpa perlu berusaha keras.

Pola asuh seperti ini tidak hanya membuat anak kurang menghargai apa yang dimiliki, tetapi juga menghambat mereka untuk menghargai usaha orang lain. Dalam jangka panjang, anak-anak ini berisiko mengalami kesulitan dalam mengembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin diri, karena mereka terbiasa mendapatkan apa yang diinginkan tanpa harus bekerja untuk itu.

6. Tidak Pernah Menghukum Anak

Hukuman tidak selalu harus berupa tindakan fisik. Sebagai orang tua, penting untuk bersikap kritis terhadap perilaku anak, menetapkan batasan yang jelas, dan menjelaskan konsekuensi dari setiap tindakan mereka. Tanpa adanya aturan yang tegas, anak bisa merasa bahwa semua perilaku mereka dibenarkan, sehingga pemberian hukuman yang proporsional menjadi langkah penting untuk mengajarkan mereka arti dari konsekuensi. Dengan pendekatan yang tepat, anak akan belajar bahwa setiap tindakan memiliki dampak yang harus diperhitungkan.

Lebih dari sekadar disiplin, hukuman yang konsisten dan adil juga berfungsi untuk menanamkan rasa tanggung jawab dan akuntabilitas dalam diri anak. Tanpa konsekuensi yang jelas, anak mungkin tidak akan memahami pentingnya mengendalikan perilaku mereka serta dampak yang ditimbulkan terhadap orang lain dan lingkungan. Dengan demikian, melalui hukuman yang bijaksana, kita membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih bertanggung jawab dan peka terhadap dunia di sekitar mereka.

7. Mengganti Waktu dengan Uang

Di tengah kesibukan yang mendera, banyak orang tua yang terjebak dalam jebakan memberikan uang atau hadiah sebagai pengganti waktu berkualitas bersama anak. Namun, tak ada yang mampu menandingi kehangatan dan kedekatan yang tercipta saat kita meluangkan waktu bersama mereka. Momen-momen kecil seperti bermain, bercerita, atau sekadar berbagi tawa adalah investasi berharga yang membangun ikatan emosional dan memberikan rasa aman bagi anak.

Sayangnya, jika kebiasaan ini terus berlanjut, anak-anak bisa tumbuh dengan pemahaman keliru bahwa kasih sayang dan perhatian orang tua hanya bisa diukur dari materi. Akibatnya, mereka berisiko menjadi materialistis dan kehilangan apresiasi terhadap pentingnya waktu berkualitas bersama keluarga. Padahal, inilah fondasi yang seharusnya mendukung hubungan yang kuat dan harmonis dalam keluarga.

8. Apa dampak negatif dari gaya pengasuhan strawberry?

Dampak negatifnya termasuk anak yang mudah menyerah, sulit beradaptasi, dan rentan terhadap tekanan serta stres.

9. Bagaimana ciri-ciri strawberry parents?

Ciri-cirinya meliputi selalu memenuhi keinginan anak, tidak pernah menghukum anak, mengganti waktu dengan uang, dan tidak membiarkan anak mandiri.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/abh)

Rekomendasi
Trending