Tak Kalah dari Maudy Ayunda, Siswa Ini Diterima di 9 Universtas Top Amerika

Penulis: Guntur Merdekawan

Diperbarui: Diterbitkan:

Tak Kalah dari Maudy Ayunda, Siswa Ini Diterima di 9 Universtas Top Amerika Moses Mayer / Credit: KapanLagi - Akrom Sukarya

Kapanlagi.com - Menyambung kisah dari Maudy Ayunda yang sempat galau memilih 2 universitas top Harvard atau Stanford, ada sosok pemuda Tanah Air lain yang juga punya prestasi serupa. Adalah Moses Mayer, seorang siswa dari Jakarta Intercultural School (JIS) yang diterima di 9 universitas kenamaan di Amerika Serikat.

Setelah menimbang-nimbang, Moses akhirnya mengerucutkan pilihannya pada 3 universitas berbeda, yakni Harvard, Princeton dan M.E.T UC Berkeley. Dan melalui proses pertimbangan yang panjang, Ia akhirnya menjatuhkan pilihan pamungkasnya.

"Awalnya dari sembilan universitas itu saya turunkan jadi tiga, yaitu Harvard, Princeton dan M.E.T UC Berkeley. Akhirnya saya memilih Harvard. Di Harvard itu saya nggak harus langsung memilih jurusan apa yang akan saya ambil nantinya," ujar Moses saat ditemui di Jakarta Intercultural School (JIS), Jumat (12/4).

Moses Mayer / Credit: KapanLagi - Akrom Sukarya

Salah satu alasan krusial Moses memilih Harvard adalah karena dirinya bisa eksplore minatnya terlebih dahulu sebelum akhirnya menentukan jurusan. Dan saat ini, minatnya tak jauh dari bidang Matematika, Komputer dan Ekonomi. Deadline untuk Moses untuk menentukan jurusan adalah akhir tahun kedua.

"Biar bisa tahu banyak, lebih explore lagi dengan minat saya nantinya. Setahu saya batas waktu untuk kepastian mengambil jurusan itu di akhir tahun kedua. Untuk bisa lulus dalam mengambil jurusan yang saya minati itu ada minimum credit requirement. Setiap kelas ada minimum credit requirement yang harus dicapai," jelasnya.

For your information, Moses mendaftar di lima universitas Ivy Leagues bergengsi di Amerika Serikat seperti Harvard, Princeton, Yale, Cornell dan University of Pennsylvania. Dan Moses diterima oleh kelima universitas tersebut. Padahal sudah bukan rahasia umum jika prosentase seseorang masuk ke Ivy Leagues yang kompetitif itu sangat rendah.

Untuk masuk ke Ivy Leagues, Moses harus membuat banyak esai dan tulisan dalam Bahasa Inggris sesuai dengan permintaan dari masing-masing universitas. Moses meceritakan bagaimana matematika telah berperan dalam kehidupannya, bagaimana matematika telah menginspirasinya dalam berkarya bagi lingkungan dan komunitas sosial, di mana Moses melalui SampahLink dan microfinance club yan dipimpinnya telah memberikan solusi untuk menanggulangi polusi, kesadaran daur ulang, serta membantu menciptakan tingkat kehidupan serta masa depan yang lebih baik bagi kelompok masyarakat ekonomi lemah.

Moses sendiri membawa sebuah misi untuk mengembangkan negaranya dan membantu mengatasi masalah di Indonesia lewat ilmu yang dipelajarinya.

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/gtr)