Lakukan Eksperimen Sosial, Seniman Ini Adakan Event Makan Mayit

Penulis: Agista Rully

Diterbitkan:

Lakukan Eksperimen Sosial, Seniman Ini Adakan Event Makan Mayit © istimewa

Kapanlagi.com - Seni yang baik merupakan seni yang berangkat dari pertanyaan dan kegelisahan sang pembuat. Namun apa jadinya kalau kegelisahan tersebut disuarakan dalam bentuk seni yang kontroversial? Bukan pujian yang didapat malah cacian yang diterima. Setidaknya hal itu yang dialami oleh seorang seniman yang tengah viral diperbincangkan ini.

Event Makan Mayit, begitu seniman ini menyebutnya, jadi sorotan publik setelah Keenan Pearce mengunggah sebuah video dalam Instagram stories. Dalam video tersebut, Keenan terlihat memainkan jelly berwarna merah dan berbentuk janin bayi. Rupanya hidangan tersebut ditemukan dalam acara Makan Mayit yang diadakan di Kemang Timur Jakarta, Sabtu (25/02) lalu.

Begini hidangan yang disajikan dalam event Makan Mayit yang tengah ramai diperbincangkan di media sosial © twitter.com/YaumilRachman

Event ini lalu mendapatkan banyak perhatian publik karena merasa tindakan memakan hidangan berbentuk janin bayi atau piring berupa boneka yang yang dilubangi diisi makanan tersebut merupakan bentuk antipati dan menyinggung beberapa Ibu yang mengalami keguguran di masa kehamilan.

Seniman yang mengadakan event ini berdalih bahwa event ini diadakan sebagai eksperimen sosial © twitter.com/dewahoya

Sementara itu sang seniman justru berdalih bahwa acara ini diadakan untuk mengungkapkan kegelisahan atas konsumsi ASI dan juga praktik stem cell yang menurutnya mirip dengan tindakan kanibalisme dalam bentuk seni. Dalam event tersebut, selain menyajikan hidangan mirip dengan janin bayi, otak, atau bagian tubuh lainnya. Bahan yang digunakan juga mengandung ekstrak ASI dan juga ekstrak keringat bayi. Netizen yang mengetahui hal ini merasa bahwa even ini bukan lagi seni namun tindak psikopatik.

Tak hanya berdalih bahwa pamerannya murni seni, sang seniman yakni Natasha Gabriella Tontey ini juga menyatakan bahwa event Makan Mayit ini merupakan eksperimen sosial. Oleh sebab itu seniman yang pernah tinggal di Jepang ini sampai mengadakan event 'kanibal' ini dua kali. Menurutnya event ini diadakan juga sebagai bentuk protes politis dan sosial akan kasus Sumanto.

Natasha Gabriella Tontey, seniman yang tumbuh di Jepang dan memiliki ide anti-mainstream ini © instagram.com/naninimamonto

Karena merasa tidak nyaman dengan event Makan Mayit ini, pengguna internet melayangkan protes via sosial media dan merasa bahwa seni yang dibuat oleh Natasya Gabriella Tontey ini sudah melewati batas kemanusiaan. Bagaimana menurut KLovers? Bagikan opini kalian di kolom komentar ya!

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/agt)

Editor:

Agista Rully