600 Tahun Lalu, Seperti Ini Penampakan APD Para Dokter di Eropa Saat Wabah The Black Death

Penulis: Wuri Anggarini

Diterbitkan:

600 Tahun Lalu, Seperti Ini Penampakan APD Para Dokter di Eropa Saat Wabah The Black Death
(c) Shutterstock

Kapanlagi.com - Berita kelangkaan Alat Pelindung Diri atau APD memang mewarnai timeline selama pandemi COVID-19 terjadi. Nggak cuma di Indonesia, kelangkaan ini juga terjadi di seluruh dunia karena tingginya kasus pasien yang terinfeksi COVID-19 di berbagai negara yang menyebabkan permintaan APD meningkat pesat.

Ngaku deh, sebagian dari kamu mungkin banyak yang baru mengenal istilah APD saat COVID-19 lagi trending seperti sekarang ini. Bagi yang belum tahu, APD sifatnya sekali pakai dan punya standar tertentu buat melindungi tenaga medis saat menangani pasien yang terjangkit COVID-19. Misalnya saja terbuat dari bahan yang anti air, nggak gampang robek, dan harus dapat melindungi seluruh tubuh. Ini penting buat menghindari risiko tertular COVID-19, mengingat virus tersebut sangat mudah menular lewat kontak fisik.

APD sendiri biasanya terdiri dari jumper atau baju terusan yang melindungi tubuh, hoodie atau pelindung kepala, pelindung wajah, googles atau pelindung mata, sarung tangan, masker bedah, dan masker N95. Semua unsur ini harus lengkap demi bisa melindungi diri sekaligus menangani pasien dengan maksimal.

Itu kalau APD di masa sekarang. Tapi, pernah kebayang nggak sih gimana penampakan APD di masa lampau, seperti berabad-abad lalu? Jauh sebelum pandemi COVID-19 yang dihadapi sekarang ini, dunia pun pernah mengalami beberapa wabah mematikan lainnya, seperti The Black Death yang menyerang Eropa di abad ke-14.

Saat wabah ini terjadi, muncullah sebuah kostum jubah lengkap dengan masker berparuh burung yang terlihat serem banget. Eits, ini bukan pakaian penyihir atau ‘seragam’ sekte tertentu, lho. Kostum ini dikenal dengan nama Plague Doctor, APD-nya para dokter di Eropa yang merawat pasien karena wabah The Black Death berlangsung.

 

1. Pandemi yang Menewaskan 60 Persen Populasi Eropa

The Black Death adalah salah satu pandemi paling mematikan yang pernah menyerang Eropa di awal abad ke-14. Nama ini sendiri muncul melihat gejala yang dialami penderita, yaitu muncul bisul mematikan yang diikuti dengan kulit menghitam di bagian jari tangan, jari kaki, atau ujung hidung yang disebabkan adanya jaringan yang mati. Selama masa penyebarannya, The Black Death menewaskan hingga 60 persen populasi Eropa yang membuat benua tersebut nyaris menjadi tanah tak bertuan.

Penyakit yang menyebabkan wabah The Black Death ini adalah pes. Sumbernya adalah bakteri Yersinia pestis yang ada dalam kutu tikus hitam yang suka tinggal di dekat manusia. Menurut sejarawan Norwegia, Ole Jorgen Benedictow, pes masuk ke Eropa lewat jalur Laut Kaspia di selatan Rusia, sekitar musim semi tahun 1346. Menurut jejak sejarah, pes terus mengganas hingga abad-abad selanjutnya, tapi penyakit ini tidak muncul saat musim dingin.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. APD ala Dokter Eropa di Zaman Itu

Di masa itu, ilmu kedokteran belum secanggih sekarang sehingga kemampuan mengidentifikasi sebuah wabah pun masih minim. Tapi, dokter juga punya APD buat memeriksa pasien agar tidak tertular wabah. Yang paling ikonik adalah Plague Doctor, kostum jubah hitam dengan masker berbentuk paruh burung.

Kostum Plague Doctor pertama kali ditemukan oleh Charles de I’Orme yang saat itu memegang jabatan dokter kepala Raja Prancis Louis XIII di tahun 1619. Saat itu para dokter menduga pes menyebar lewat udara, sehingga mereka merasa perlu memakai masker yang menyerupai paruh burung untuk melindungi indera penciuman mereka.

3. Apa Saja Isi Kostumnya?

Ada banyak ‘amunisi’ yang perlu digunakan untuk sebuah kostum Plague Doctor. Pakaian berlapis seperti jumper ala pelaut yang digunakan di lapisan bagian dalam sebelum menggunakan coat dipercaya berperan untuk melindungi kaki dari risiko infeksi. Kostum ini juga identik dengan wide hat yang pada masa itu tergolong topi yang menandakan kalau penggunanya adalah seorang dokter.

Yang paling ikonik dari kostum ini pastinya adalah masker berbentuk paruh burung. Nah, di dalam paruhnya ini para dokter biasanya menyimpan tumbuhan wewangian seperti kelopak bunga mawar, daun mint, dan ambergiris. Zat tersebut berguna buat melindungi penciuman mereka dari bau tak sedap yang biasanya muncul dari pasien wabah. Ada juga kacamata berwarna merah yang dipercaya buat melindungi mata dari infeksi virus.

Plague Doctor juga sering membawa beberapa benda lain, seperti pisau bedah, rempah-rempah aromatic yang diletakkan dalam sebuah wadah lalu dikalungkan di leher, bawang putih yang terkadang dikunyah untuk menangkal virus yang mudah menular, hingga sebuah tongkat panjang.

Tongkat ini digunakan buat memeriksa pasien tanpa harus menyentuh mereka, supaya tidak tertular virus yang bisa berpindah lewat kontak fisik. Biarpun zaman belum maju, tapi para dokter di masa itu punya cara tersendiri buat melindungi diri mereka. Salut!

Biarpun Plague Doctor udah lama nggak digunakan, tapi masker paruh burung yang ikonik ini masih bertahan sampai sekarang dalam beberapa budaya populer, lho. Bahkan, kostum ini juga sempat dibahas dalam novel INFERNO karya Dan Brown, yang juga muncul dalam adaptasi filmnya.

Kira-kira gimana perasaanmu kalau diperiksa oleh dokter yang menggunakan kostum Plague Doctor ini, KLovers?

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/wri)

Editor:

Wuri Anggarini