Kapanlagi.com - Di usianya yang baru 10 tahun, Bukalapak kembali membuat sebuah gebrakan baru di dunia bisnis. Startup Unicorn ini diketahui telah melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO). Buat kalian yang masih asing dengan istilah itu, IPO mengacu pada perusahaan yang pertama kali melantai di bursa saham Indonesia (BEI). Singkat kata, saham-saham perusahaan yang awalnya berbentuk private, akhirnya bisa dibeli oleh masyarakat umum, siapapun itu.
Kabar ini sudah diketahui secara luas dan diumumkan secara langsung oleh Chief Executive Officer Bukalapak, Rachmat Kaimuddin. Langkah IPO yang diambil Bukalapak ini disebutnya sebagai sebuah tonggak sejarah bagi industri teknologi dan pasar modal di Indonesia.
"Untuk pertama kalinya perusahaan startup unicorn akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, ungkap Rachmat.
Melalui IPO ini, Bukalapak akan terus berkomitmen untuk menciptakan ekonomi berbasis teknologi yang adil bagi seluruh masyarakat Indonesia. Selain itu, startup dengan 2000an pegawai ini juga berharap agar publik bisa ikut memiliki, mengawasi dan menjaga Bukalapak.
Bukalapak akan tercatat secara resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini, Jumat (6/8) sebagai perusahaan ke-28 yang mencatatkan sahamnya tahun ini. Bukalapak akan diperdagangkan dengan kode BUKA . Perlu diketahui jika ini adalah sebuah catatan sejarah baru, di mana startup unicorn mencatatkan saham mereka di BEI.
"Kami sangat bersyukur bahwa proses Initial Public Offering (IPO) dapat berjalan dengan baik sesuai rencana. Hari ini, di bulan yang sangat baik bagi bangsa Indonesia, Bukalapak secara resmi tercatat di BEI," tutur Rachmat dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (6/8).
Setelah pertama kali mengumumkan IPO, Bukalapak lantas menggelar masa penawaran awal (bookbuilding), baik secara roadshow (9-19 Juli 2021) maupun secara umum (27-30 Juli 2021). Bukalapak menawarkan 25.765.504.800 lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp 850 setiap sahamnya. Nominal itu sudah sesuai dengan ketentuan dalam penawaran umum perdana saham.
Hasil dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut mencapai sekitar Rp 21,9 triliun. Nantinya, dana itu akan digunakan untuk modal kerja Bukalapak dan anak-anak usahanya guna melakukan investasi di beragam produk dan layanan untuk meningkatkan kinerja, profitabilitas, serta keberlangsungan.
Istimewanya, dari hasil hitungan di atas, Bukalapak lagi-lagi mencatatkan sejarah baru. Ya, IPO Bukalapak sebesar Rp 21,9 triliun itu tercatat sebagai yang terbesar dalam sejarah bursa saham di Indonesia.
Lalu ke mana dana tersebut akan dialokasikan? Seluruh dana hasil IPO, setelah dikurangi biaya penerbitan, akan digunakan untuk mendanai kebutuhan modal kerja dengan rincian sebagai berikut: 66 persen akan dialokasikan kepada Bukalapak dan 34 persen akan dialokasikan untuk kebutuhan modal kerja entitas anak usaha Bukalapak.
Â
Meski langkah IPO diambil di tengah berlangsungnya pandemi COVID-19, namun nyatanya minat terhadap saham Bukalapak tetap tinggi. Hal ini mencerminkan kepercayaan para investor dan juga masyarakat terhadap Bukalapak sebagai perusahaan yang berfokus pada pemberdayaan UMKM yang diketahui sebagai penggerak utama ekonomi Indonesia.
Sementara itu, pihak BEI sendiri juga menyambut baik langkah IPO yang diambil oleh Bukalapak. BEI juga mendukung perusahaan-perusahaan dengan berbagai macam jenis usaha, sektor usaha dan skala perusahaan baik besar, menengah dan kecil untuk turut mencatatkan saham BEI. Hal ini agar emiten dapat bertumbuh di pasar modal Indonesia.
"Dengan masuknya PT Bukalapak.com Tbk tersebut diharapkan dapat menarik minat bagi perusahaan-perusahaan lainnya untuk masuk dan meramaikan pasar modal Indonesia, tutur Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, Rabu (4/8).
Pada kesempatan terpisah, Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi juga menyatakan hal senada, "Kami berharap langkah Bukalapak ini akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan teknologi lain guna semakin meningkatkan kapitalisasi pasar modal Indonesia," ungkap Inarno, seperti dilansir dari Liputan6.com.
Â
Untuk bisa sampai ke titik ini, Bukalapak punya cerita yang cukup panjang dan penuh lika-liku. Sejak awal didirikan dengan modal yang cuma Rp 80 ribu saja, Bukalapak bertujuan untuk membantu warung-warung yang kesehariannya mengalami kesulitan beradaptasi di era internet.
Awalnya, modal Rp 80 ribu itu mereka gunakan untuk pemesanan alamat website yang digunakan Bukalapak hingga sekarang. Seiring berjalannya waktu, pada 2017 Bukalapak berhasil bertengger sebagai startup unicorn dengan valuasi mencapai USD 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun.
Pada tahun yang sama, Bukalapak meluncurkan Mitra Bukalapak untuk membantu warung-warung ini bersaing dengan toko-toko modern. Melalui Mitra Bukalapak, kini warung dapat menawarkan layanan tambahan secara online, seperti bayar tagihan dan top up pulsa.
Mitra Bukalapak juga menghubungkan warung dengan distributor barang kebutuhan sehari-hari, merampingkan jalur distribusi, menurunkan harga modal barang-barang tersebut, dan meningkatkan marjin keuntungan bagi usaha-usaha kecil. Pertumbuhan pendapatan mitra Bukalapak dari 2018 hingga 2020 tumbuh lebih dari 1.200 persen.
"Akhir 2020, (Bukalapak) punya 6,5 juta (online merchant) dan warung offline (Mitra Bukalapak) 7 juta. Total UMKM di bawah ekosistem Bukalapak ada 13,5 juta pada akhir 2020. Jadi bisa dibilang kami ini bukan cuma e-commerce, tapi sudah all-commerce," tutur Rachmat, Jumat (2/7/2021).
Lebih lanjut Rachmat menuturkan, Bukalapak memang ingin membuat UMKM naik kelas, bukan lagi membakar uang. Terlebih data menunjukkan transaksi e-commerce di Indonesia belum terlalu signifikan dibanding transaksi ritel. Menurut Rachmat, transaksi e-commerce di Indonesia masih sekitar 5 hingga 10 persen, sedangkan 95 persen transaksi masih terjadi di offline dengan 66 hingga 75 persen terjadi di warung.
Bagi Rachmat, Bukalapak merasa online marketplace tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Karenanya pada 2016 atau 2017, Bukalapak melakukan perubahan bisnis dengan menghadirkan Mitra Bukalapak.
"Kami ingin warung itu naik kelas biar modern. Sebab, warung itu masih memiliki masalah seperti berupa bisnis individual dan tidak tersentuh teknologi. Untuk itu, kami membuatkan aplikasinya dan menawarkan solusi untuk warung menjadi modern," tutupnya.
Â