Kapanlagi.com - Dalam budaya Jawa, pemilihan hari yang tepat untuk melakukan berbagai kegiatan, termasuk bepergian, masih dianggap penting oleh sebagian masyarakat. Menurut primbon Jawa, terdapat beberapa hari yang baik untuk bepergian. Pemilihan hari yang tepat diyakini dapat membawa keberuntungan dan keselamatan dalam perjalanan.
Meski zaman sudah demikian modern, masih banyak orang yang percaya dengan adanya hari yang baik untuk bepergian menurut primbon Jawa. Tak hanya tentang waktu atau hari baik, masih ada berbagai aspek terkait perjalanan yang perlu diperhatikan berdasarkan tradisi Jawa. Hal-hal tersebut diyakini jadi hal penting untuk membawa kemudahan, keselamatan, dan keberuntungan dalam perjalanan.
Lantas, hari apa saja yang dianggap baik untuk berpergian dalam primbon Jawa? Untuk mengetahui penjelasan hari baik untuk berpergian menurut primbon Jawa.
Menurut primbon Jawa, ada beberapa hari yang dianggap baik untuk bepergian. Hari yang baik untuk bepergian menurut primbon Jawa biasanya dikaitkan dengan hari dan pasaran dalam penanggalan Jawa. Beberapa kombinasi yang dianggap baik antara lain:
1. Senin Legi
Senin Legi dipercaya jadi satu hari dapat memberikan keberuntungan yang besar. Bagi orang yang sedang berpergian, Senin Legi akan mendapatkan keberuntungan dan kelancaran dalam setiap perjalanan yang dilakukan.
2. Kamis Wage
Kamis Wage dipercaya memilih hari ini dapat membawa keselamatan. Bagi orang yang berpergian untuk tujuan mencari rezeki, Kamis Wage diyakini bisa membawa kesuksesan yang signifikan dalam mencapai tujuan perjalanan yang direncanakan.
3. Sabtu Pahing
Hari Sabtu yang bertepatan dengan pasaran Pahing juga dianggap sebagai waktu yang baik untuk melakukan perjalanan jauh. Bagi kalian yang ingin berpergian dengan tujuan bisnis, Sabtu Pahing bisa jadi waktu yang membawa keberuntungan.
Selain memilih hari yang baik untuk bepergian menurut primbon Jawa, ada beberapa amalan yang disarankan untuk dilakukan sebelum memulai perjalanan. Amalan-amalan ini diyakini dapat membawa energi positif dan perlindungan selama perjalanan. Amalan-amalan ini bertujuan untuk meminta keselamatan dan kelancaran selama perjalanan:
- Berdoa atau memanjatkan puji syukur kepada Tuhan.
- Melakukan ritual singkat seperti membakar dupa atau menyalakan lilin.
- Membaca mantra atau doa khusus untuk perjalanan.
- Memberikan sedekah atau berbuat baik sebelum berangkat.
Meskipun ada hari yang baik untuk bepergian menurut primbon Jawa, ada juga hari-hari yang dianggap kurang baik atau bahkan dilarang untuk melakukan perjalanan. Beberapa hari yang sebaiknya dihindari antara lain:
1. Selasa Kliwon
Hari Selasa Kliwon biasanya dianggap sebagai waktu yang kurang menguntungkan untuk memulai perjalanan atau melakukan perjalanan jauh.
2. Jumat Wage
Jumat Wage seringkali dipercaya oleh banyak orang sebagai hari yang dapat membawa kesialan atau hambatan yang signifikan dalam perjalanan yang dilakukan.
3. Hari-hari tertentu dalam bulan Suro (Muharram)
Dikenal sebagai bulan yang dipenuhi dengan berbagai hal yang bersifat mistis dan spiritual. Tanggal 1 Suro dianggap sebagai hari yang sangat keramat dan sebaiknya digunakan untuk introspeksi diri, bukan untuk bepergian.
Selain tanggal 1, tanggal 9, 10, 11, dan 15 Suro juga sering dianggap sebagai hari-hari yang penuh dengan energi spiritual dan sebaiknya digunakan untuk refleksi, bukan perjalanan.
Selain memperhatikan hari yang baik untuk bepergian menurut primbon Jawa, ada juga beberapa pantangan yang perlu diperhatikan selama perjalanan. Pantangan-pantangan ini diyakini dapat membantu menjaga keselamatan dan kelancaran perjalanan. Berikut beberapa pantangan dalam berpergian menurut primbon Jawa.
- Menghindari bepergian saat matahari tepat di atas kepala (tengah hari).
- Tidak memulai perjalanan saat hujan deras atau cuaca buruk.
- Menghindari konflik atau pertengkaran sebelum dan selama perjalanan.
- Tidak mengucapkan kata-kata negatif atau mengumpat selama perjalanan.
Itulah di antaranya sekilas penjelasan tentang hari yang baik untuk berpergian menurut primbon Jawa, termasuk mengenai berbagai pantangannya. Namun perlu dipahami bahwa penjelasan di atas tidak mempunyai dasar ilmiah. Maka dari itu, untuk selebihnya keputusan akhir untuk percaya atau tidak percaya dikembalikan lagi kepada pembaca.