Kapanlagi.com - Drs. Steven Octavianus Estefanus Kandouw, lahir pada 5 September 1969, adalah salah satu tokoh kunci dalam sejarah politik Sulawesi Utara. Sejak 12 Februari 2016, ia menjabat sebagai Wakil Gubernur dan telah menunjukkan komitmen yang luar biasa dalam memajukan daerahnya. Karier politiknya dimulai sebagai Anggota DPRD Sulawesi Utara dari tahun 2004 hingga 2015, di mana ia tak henti-hentinya berjuang untuk kepentingan masyarakat.
Dengan pengalaman yang kaya dan dedikasi yang tak tergoyahkan, Steven kini bersiap untuk melangkah ke babak baru: mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Sulawesi Utara dalam Pilkada 2024 yang akan digelar pada bulan November mendatang. Lalu, seperti apa sosok inspiratif Steven Kandouw ini? Mari kita simak lebih dalam!
Selama sepuluh tahun menjabat sebagai Ketua Komisi II di DPRD, Steven berhasil meraih kepercayaan masyarakat dalam bidang Ekonomi dan Keuangan, hingga pada pemilihan legislatif 2014, ia mencetak prestasi gemilang dengan terpilih sebagai Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Utara berkat dukungan luar biasa dari 33.649 suara.
"Pengabdian saya untuk masyarakat adalah yang utama," tegas Steven, menegaskan dedikasinya untuk memajukan daerah. Tak berhenti di situ, Steven melanjutkan ambisinya dengan mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Sulawesi Utara.
Pada tahun 2015, PDI Perjuangan mengusungnya berpasangan dengan Olly Dondokambey, dan keduanya sukses meraih suara terbanyak dalam Pilkada serentak pada 9 Desember 2015. Momen bersejarah itu berlanjut dengan pelantikan mereka di Istana Negara pada 12 Februari 2016, menandai awal masa bakti mereka yang penuh harapan untuk periode 2016-2021.
Perjalanan Steven Kandouw menuju kursi Wakil Gubernur Sulawesi Utara dimulai pada tahun 2015, saat PDI Perjuangan mengusungnya untuk berpasangan dengan Olly Dondokambey dalam arena politik yang penuh tantangan.
Dalam Pilkada serentak pertama di Indonesia, pasangan ini berhasil meraih kemenangan gemilang dengan 647.252 suara, mengalahkan rival-rival mereka, Benny Mamoto-Davud Bobihoe yang hanya mengumpulkan 389.463 suara, serta Maya Rumantir-Glenny Kairupan yang memperoleh 222.233 suara.
"Keberhasilan ini bukan hanya milik kami, tetapi juga milik seluruh masyarakat Sulawesi Utara yang percaya dan mendukung visi kami," ungkap Steven, menegaskan betapa pentingnya dukungan rakyat dalam setiap langkah politik mereka.
Kemenangan ini pun membawa mereka dilantik secara resmi oleh Presiden Joko Widodo pada 12 Februari 2016, di mana mereka bertekad untuk berkontribusi maksimal dalam memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai Wakil Gubernur yang energik, Steven Kandouw tak hanya berbagi panggung dengan Gubernur Olly Dondokambey, tetapi juga mengemban misi besar untuk memajukan Sulawesi Utara. Dengan semangat yang membara, ia terlibat langsung dalam beragam program pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dengan fokus utama pada sektor ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Selain itu, Steven juga aktif di berbagai organisasi, menjabat sebagai Wakil Ketua DPD PDIP Sulawesi Utara dan Bendahara Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulawesi Utara, menunjukkan dedikasinya yang tak terbatas untuk kemajuan daerahnya.
Dalam sebuah pernyataan yang menggugah hati, Pnt. Steven Octavianus Estefanus Kandouw menyatakan kesiapannya untuk mundur dari pencalonan gubernur jika itu diperlukan demi menjaga kehormatan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM). Ia dengan tegas menyoroti bahwa intervensi yang terjadi dapat mengancam kedamaian dan integritas gereja yang dicintainya.
Sebagai Wakil Ketua Sinode GMIM Bidang Sumber Daya dan Dana, Kandouw sangat prihatin dengan tekanan hukum yang dihadapi oleh GMIM, khususnya Badan Pekerja Majelis Sinode, terkait pengelolaan keuangan gereja. Dalam pandangannya, gereja kini terjebak sebagai "korban" dari ambisi politik yang merugikan.
Di tengah perhatian publik yang mengarah padanya, Steven Kandouw dengan tegas menyatakan bahwa jika ambisinya untuk menjabat Gubernur Sulawesi Utara dapat mengganggu keberadaan GMIM, ia siap mengesampingkan cita-cita politiknya.
"Saya rela jika perlu memberikan kursi gubernur itu kepada orang lain yang lebih menginginkannya. Yang terpenting bagi saya adalah menjaga GMIM tetap berdiri megah dan membesarkan nama Tuhan," ungkapnya, disambut gemuruh tepuk tangan dari ribuan jemaat di Gereja Bukit Moria Rike.
Dengan semangat, Kandouw mengajak seluruh jemaat dan masyarakat untuk mendoakan agar Badan Pekerja Majelis Sinode serta GMIM tetap kokoh dan terhindar dari pengaruh negatif. Sikap berani ini mencerminkan komitmen Kandouw dalam melindungi integritas gereja, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari hidupnya.