"Dengan amanah baru ini, diharapkan lahir inovasi serta kebijakan yang semakin memperkokoh pertahanan nasional demi masa depan Indonesia yang lebih kuat dan berdaulat," dikutip dari ANTARA.
Kapanlagi.com - Kementerian Pertahanan Republik Indonesia baru saja melakukan langkah strategis dengan mengangkat sejumlah tokoh penting untuk mengisi posisi staf khusus. Salah satu nama yang mencolok perhatian adalah Sylvia Efi Widyantari Sumarlin, seorang perempuan yang sudah lama berkecimpung di dunia teknologi informasi. Pelantikannya ini menjadi sinyal positif akan semakin banyaknya profesional dari sektor strategis yang dipercaya untuk berkontribusi dalam pertahanan nasional.
Di dunia teknologi, nama Sylvia sudah sangat dikenal. Dengan dedikasi lebih dari dua dekade, ia telah menjadi salah satu pelopor dalam industri internet di Indonesia dan pernah menduduki berbagai posisi penting di organisasi teknologi nasional. Keahliannya dalam bidang digital dan komunikasi membawanya ke posisi barunya di Kementerian Pertahanan, yang semakin menegaskan perannya dalam keamanan dan pengembangan teknologi di Tanah Air.
Lantas, siapa sebenarnya Sylvia Efi Widyantari Sumarlin? Bagaimana perjalanan kariernya hingga diangkat sebagai staf khusus di Kementerian Pertahanan? Berikut ulasan mengenai sosoknya, dirangkum Kapanlagi.com, Selasa (11/2).
Sylvia Efi Widyantari Sumarlin, yang lahir di Jakarta pada 19 November 1963, adalah sosok yang tak hanya menonjol di dunia teknologi, tetapi juga menginspirasi banyak orang dengan perjalanan kariernya yang gemilang.
Meski tidak berlatar belakang ilmu komputer, ketertarikan mendalamnya terhadap teknologi membawanya meraih berbagai pencapaian luar biasa di sektor informasi, sehingga namanya kian diperhitungkan dalam ranah bisnis dan pemerintahan.
Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di Ekonomi di Syracuse University, Amerika Serikat, ia melanjutkan S2 di bidang Hubungan Internasional dan Ekonomi, yang memberikan fondasi kuat bagi inovasi digital yang ia kembangkan.
Bersama suaminya, Rudy Hari, Sylvia mendirikan PT Dyviacom Intrabumi (D-Net) pada tahun 1995, yang menjadi salah satu pionir penyedia layanan internet di Indonesia. Tak puas hanya di situ, pada 1999, ia meluncurkan PT Dama Persada, sebuah perusahaan riset dan pengembangan teknologi yang kini dipimpinnya dengan penuh semangat.
Sylvia, sosok inspiratif yang telah mengukir namanya di dunia teknologi Indonesia, tak henti-hentinya berjuang untuk memajukan akses internet di Tanah Air. Sejak tahun 1996, ia telah menggelar berbagai program edukasi, melatih guru-guru, dan memberdayakan masyarakat di daerah terpencil agar bisa menikmati internet dengan biaya yang terjangkau.
Selain berkiprah di sektor bisnis, Sylvia juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dari 2006 hingga 2009, di mana ia berhasil menggagalkan rencana pemerintah untuk mengenakan pajak penghasilan tambahan yang bisa membebani industri digital.
Tak hanya itu, kontribusinya dalam merumuskan regulasi, termasuk RUU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pemimpin visioner di industri teknologi nasional.
Dengan jam terbang yang mumpuni di dunia teknologi, pengangkatan Sylvia sebagai Staf Khusus Kementerian Pertahanan tentu bukanlah kejutan. Keahliannya dalam komunikasi dan teknologi digital sangat sejalan dengan tuntutan pertahanan modern yang kini sangat mengedepankan keamanan siber.
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menegaskan bahwa penunjukan ini bertujuan untuk memperkuat kolaborasi strategis dalam menjaga kedaulatan negara. Selain Sylvia, sejumlah nama beken seperti Deddy Corbuzier, Kris Wijoyo Soepandji, Lenis Kogoya, Mayjen TNI (Purn) Sudrajat, dan Indra Bagus Irawan juga turut diangkat dalam posisi serupa.
Kehadiran Sylvia di jajaran staf khusus diharapkan mampu memicu inovasi dalam pemanfaatan teknologi demi mendukung sistem pertahanan nasional. Dengan pengalaman membangun infrastruktur digital dan keterlibatannya di berbagai organisasi strategis, Sylvia diyakini akan memberikan kontribusi signifikan dalam memperkuat pertahanan Indonesia.
"Dengan amanah baru ini, diharapkan lahir inovasi serta kebijakan yang semakin memperkokoh pertahanan nasional demi masa depan Indonesia yang lebih kuat dan berdaulat," dikutip dari ANTARA.
Sepanjang perjalanan kariernya yang gemilang, Sylvia telah mengukir berbagai prestasi luar biasa di dunia teknologi, termasuk meraih penghargaan prestisius Asia Pacific Communication Technology Award (APICTA) pada tahun 2008, sebuah pencapaian yang menjadi kebanggaan tersendiri. Tak hanya itu, kiprahnya sebagai Regional Director WIMAX FORUM Indonesia juga menegaskan posisinya di pentas internasional.
Namun, di balik kesuksesannya di dunia digital, Sylvia tetap menyimpan kecintaan yang mendalam terhadap budaya, aktif melestarikan kesenian tradisional seperti tari Jawa dan ketoprak. Dedikasinya ini membuktikan bahwa meski terjun di ranah teknologi, jiwa seninya tak pernah pudar.
Sylvia Sumarlin adalah seorang profesional di bidang teknologi yang kini menjabat sebagai Staf Khusus Kementerian Pertahanan.
Ia dikenal sebagai pelopor ISP di Indonesia, Ketua Umum APJII, serta penggagas regulasi terkait teknologi informasi.
Ia dipercaya membantu strategi pertahanan digital dan keamanan siber di Indonesia.
Salah satunya adalah Asia Pacific Communication Technology Award (APICTA) 2008.
Ia memiliki gelar S1 dan S2 di bidang Ekonomi dan Hubungan Internasional dari Syracuse University, Amerika Serikat.