Kapanlagi.com - Bulan Ramadan adalah waktu yang penuh berkah, di mana umat Muslim menjalankan salah satu rukun Islam yang paling penting: puasa. Namun, meski sudah menjadi tradisi, masih banyak yang kebingungan mengenai perbedaan antara syarat sah dan rukun puasa. Padahal, kedua hal ini memiliki peran krusial dalam menentukan keabsahan ibadah puasa kita.
Mari kita telaah lebih dalam! Syarat sah puasa adalah ketentuan yang harus dipenuhi sebelum kita memulai puasa, memastikan bahwa kita siap secara spiritual dan fisik. Di sisi lain, rukun puasa adalah tindakan-tindakan wajib yang harus kita lakukan selama menjalani ibadah ini. Jika salah satu dari syarat atau rukun ini terlewat, maka puasa kita bisa batal atau bahkan tidak diterima oleh Allah.
Agar puasa di bulan Ramadan 2025 semakin sempurna dan tidak sia-sia, yuk pahami perbedaan antara syarat sah dan rukun puasa, serta bagaimana keduanya memengaruhi kesempurnaan ibadah ini, dirangkum Kapanlagi.com, Rabu (26/2).
Syarat sah puasa adalah ketentuan yang harus dipenuhi agar puasa seseorang diterima secara syariat. Jika tidak memenuhi syarat ini, seseorang tidak bisa menjalankan puasa dengan sah, meskipun sudah menahan lapar dan haus sepanjang hari.
Berikut syarat sah puasa yang harus dipenuhi:
Puasa hanya diwajibkan bagi Muslim, sedangkan non-Muslim tidak memiliki kewajiban ini.
Anak-anak yang belum mencapai usia baligh tidak diwajibkan berpuasa, tetapi dianjurkan untuk belajar berpuasa secara bertahap.
Orang yang mengalami gangguan jiwa atau tidak memiliki kesadaran penuh tidak diwajibkan menjalankan puasa.
Wanita yang sedang haid atau nifas tidak boleh berpuasa, tetapi wajib menggantinya di hari lain setelah Ramadhan.
Puasa harus dilakukan pada waktu yang telah ditentukan, yaitu dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Jika seseorang salah menghitung waktu berbuka atau sahur, puasanya bisa batal. Jika semua syarat sah ini terpenuhi, seseorang dapat menjalankan ibadah puasa dengan benar dan diterima secara syariat.
Dikutip dari Nu Online, beragama Islam menjadi pondasi utama terlaksananya puasa, sebagaimana tertulis dalam hadits yang diriwayat kan oleh Imam Turmudzi dan Imam Muslim:
: : :
Dari Abi Abdurrahman, yaitu Abdullah Ibn Umar Ibn Khattab r.a, berkata: saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Islam didirikan dengan lima hal, yaitu persaksian tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, didirikannya shalat, dikeluarkannya zakat, dikerjakannya hajji di Baitullah (Ka bah), dan dikerjakannya puasa di bulan Ramadhan. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari: 7 dan Muslim: 19)
Jika syarat sah puasa berkaitan dengan kelayakan seseorang dalam menjalankan puasa, maka rukun puasa adalah bagian utama dari ibadah puasa itu sendiri. Rukun ini wajib dipenuhi agar puasa dianggap sah. Berikut adalah rukun puasa yang harus dilakukan:
Puasa harus diawali dengan niat di malam hari sebelum fajar. Niat ini dilakukan dalam hati dan tidak perlu diucapkan secara lisan, tetapi harus ada kejelasan bahwa seseorang berpuasa karena Allah SWT.
Selama puasa berlangsung, seseorang wajib menahan diri dari makan, minum, serta segala hal yang dapat membatalkan puasa seperti hubungan suami istri dan muntah dengan sengaja.
Puasa bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari amarah, kebohongan, serta perbuatan yang dapat mengurangi pahala puasa. Jika salah satu dari rukun ini tidak dilakukan, maka puasa seseorang dianggap tidak sah dan harus diganti di lain hari.
Agar lebih mudah memahami perbedaannya, berikut adalah poin-poin yang membedakan syarat sah dan rukun puasa:
Syarat sah adalah ketentuan sebelum puasa dimulai, sementara rukun adalah hal yang harus dijalankan selama puasa berlangsung.Dengan memahami perbedaan ini, setiap Muslim bisa memastikan bahwa puasanya benar-benar sah dan diterima oleh Allah SWT.
Jika seseorang tidak memenuhi syarat sah atau rukun puasa, maka puasanya bisa batal atau tidak diterima. Berikut adalah beberapa kondisi yang bisa menyebabkan puasa tidak sah:
Jika seseorang lupa berniat sebelum fajar, puasanya dianggap tidak sah dan harus diulang di hari lain.Makan atau Minum dengan SengajaJika seseorang makan atau minum dengan sengaja di siang hari, puasanya batal dan harus diganti di hari lain.
Tidak hanya membatalkan puasa, tetapi juga mewajibkan seseorang untuk membayar kafarat (denda), yaitu berpuasa dua bulan berturut-turut atau memberi makan 60 orang miskin.
Wanita yang mengalami haid atau nifas saat sedang berpuasa harus membatalkan puasanya dan menggantinya di hari lain setelah Ramadhan.
Jika seseorang muntah dengan sengaja, maka puasanya batal dan harus diganti di hari lain.Dengan memahami hal-hal yang membatalkan puasa, setiap Muslim dapat lebih berhati-hati dalam menjalankan ibadahnya agar tetap sah dan diterima oleh Allah SWT.
Tidak, niat harus dilakukan sebelum fajar agar puasa sah.
Boleh, tetapi tidak diwajibkan. Mereka dianjurkan untuk belajar berpuasa secara bertahap.
Jika lupa, puasanya tetap sah. Namun, jika sengaja, maka puasanya batal dan harus diganti di lain hari.
Tidak, mereka diperbolehkan tidak berpuasa dan bisa menggantinya di hari lain atau membayar fidyah jika tidak mampu berpuasa lagi.