Kapanlagi.com - Bobby Nasution, sosok yang sudah tak asing lagi di kalangan masyarakat Medan, kini mengambil langkah berani dalam kancah politiknya. Sebagai Wali Kota Medan, Bobby berambisi untuk melangkah lebih jauh dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatera Utara dalam Pilkada 2024. Ia menggandeng Surya sebagai pasangan, dan didukung oleh sepuluh partai besar, langkahnya pun menjadi sorotan publik.
Debat kedua Pilgub Sumut 2024 yang berlangsung pada 6 November 2024 di Hotel Santika, Medan, menjadi momen penuh ketegangan. Dalam debat bertema "Peningkatan Daya Saing Daerah dan Pembangunan Berkelanjutan," Bobby terlibat dalam perdebatan sengit dengan rivalnya, Edy Rahmayadi. Isu-isu hangat seperti jalan rusak, minimnya fasilitas publik, dan kebersihan kota menjadi pemicu perdebatan seru antara keduanya. Saling sindir dan serangan mengenai program kerja serta isu-isu daerah menampilkan strategi masing-masing untuk merebut hati warga Sumut.
Namun, di balik kepiawaiannya berdebat, Bobby Nasution memiliki latar belakang yang tak kalah menarik. Selain sebagai politisi, ia juga merupakan seorang pengusaha muda yang sukses. Dengan dukungan dari keluarga besar dan pengalaman di dunia bisnis, perjalanan Bobby menuju Pilgub Sumut 2024 menjadi sebuah saga politik yang dinamis dan menginspirasi.
Simak perjalanan menarik Bobby Nasution dalam dunia politik dan Pilkada yang dirangkum oleh Kapanlagi,com dari berbagai sumber, Kamis (7/11).
Bobby Nasution, yang lahir di Medan pada 5 Juli 1991, tumbuh dalam lingkungan keluarga yang terhormat. Ayahnya, almarhum Erwin Nasution, adalah sosok berpengaruh yang pernah memimpin PT Perkebunan Nusantara IV, sementara ibunya, Ade Hanifah Siregar, senantiasa menjadi pendorong utama dalam perjalanan karier Bobby, mulai dari pendidikan hingga saat ini.
Meskipun terlahir di kota yang dijuluki Melayu Deli, masa kecil Bobby tidak dihabiskan di sana. Ia justru menghabiskan waktu di berbagai kota, seperti Pontianak dan Bandar Lampung, mengikuti jejak tugas ayahnya yang membawa mereka berpindah-pindah.
Bobby memulai perjalanan akademisnya dengan menempuh studi S-1 di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian Bogor (IPB University).
Dengan semangat yang tak terbendung, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang S-2 di bidang Manajemen dan Bisnis di IPB, dan berhasil meraih gelar pascasarjananya pada tahun 2019.
Sebelum terjun ke dunia politik, Bobby telah menorehkan namanya sebagai pengusaha properti yang cemerlang. Ia dikenal jago dalam membeli dan merenovasi rumah-rumah tua, mengubahnya menjadi hunian menarik sebelum dijual kembali.
Tak hanya itu, pada tahun 2016, ia juga ikut ambil bagian dalam proyek ambisius pembangunan apartemen Malioboro City di Yogyakarta, yang menambah daftar prestasinya di dunia bisnis properti.
Dalam gelaran Pilkada Serentak 2020, Bobby berhasil meraih kemenangan gemilang dalam pencalonannya sebagai Wali Kota Medan.
Pada 26 Februari 2021, ia resmi dilantik untuk memimpin kota yang penuh dinamika ini, berkolaborasi dengan Aulia Rachman sebagai wakilnya. Sebuah langkah berani yang diharapkan membawa perubahan dan kemajuan bagi Medan!
Menjelang Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara 2024, Bobby berani melangkah maju sebagai calon gubernur, menggandeng Bupati Asahan, Surya, sebagai pendampingnya.
Dengan dukungan megah dari koalisi 10 partai politik, pasangan ini siap mengusung visi ambisius mereka untuk memajukan Sumatera Utara, menciptakan harapan baru bagi masyarakat.
Dalam debat kedua yang berlangsung sengit, Bobby dengan tegas mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi infrastruktur di Sumatera Utara, terutama jalan-jalan yang hancur dan terabaikan.
Dengan semangat membara, ia berjanji akan menggerakkan pembangunan infrastruktur hingga ke pelosok-pelosok daerah, memastikan bahwa setiap sudut Sumut merasakan sentuhan pembangunan yang merata jika ia terpilih.
Menanggapi serangan yang dilancarkan Bobby, Edy tak ragu menyebutkan bahwa Medan pernah mendapatkan predikat sebagai kota terkotor di Indonesia.
Namun, Bobby dengan sigap membela diri, menegaskan bahwa keadaan tersebut adalah warisan masa lalu yang terjadi jauh sebelum ia mengemban tugas sebagai wali kota.
Bobby dengan tegas menyoroti ketidakpastian pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) regional yang sempat dijanjikan oleh Edy.
"Kami sudah menginvestasikan sekitar 20 hektare tanah milik Pemko Medan, tapi rasanya seperti terkena prank," ujarnya, menekankan bahwa hingga saat ini, impian akan TPA regional tersebut masih jauh dari kenyataan.
Bobby dengan tegas mengungkapkan keraguannya terhadap proyek tol dalam kota yang dulu dijanjikan oleh Edy.
Ia mengaku hingga saat ini belum melihat secercah harapan atau tanda-tanda nyata dari realisasi proyek yang diimpikan masyarakat tersebut.
Sebagai calon gubernur yang penuh semangat, Bobby berkomitmen untuk membawa Sumatera Utara ke arah yang lebih baik dengan fokus pada pembangunan berkelanjutan.
Ia bertekad menciptakan lapangan kerja yang luas dan memperbaiki infrastruktur yang selama ini terabaikan, sehingga masyarakat dapat merasakan kemajuan yang nyata dan berkelanjutan.
Bobby Nasution, sosok yang dikenal sebagai Wali Kota Medan, kini melangkah lebih jauh dengan mencalonkan diri sebagai gubernur Sumatera Utara dalam Pilkada 2024.
Dengan semangat dan visi yang segar, ia siap membawa perubahan dan kemajuan untuk provinsi yang kaya akan potensi ini.
Bobby menuntaskan perjalanan akademisnya dengan gemilang di IPB, meraih gelar sarjana di bidang Agribisnis, sebelum melanjutkan langkahnya yang penuh semangat untuk mendapatkan gelar magister di fakultas yang sama, mengukuhkan dirinya sebagai sosok yang berkomitmen dalam dunia pertanian dan bisnis.
Bobby kini resmi berkolaborasi dengan Bupati Asahan, Surya, untuk mencalonkan diri sebagai wakil gubernur, sebuah duet yang diharapkan dapat membawa perubahan dan inovasi bagi masyarakat.
Dalam sebuah pertarungan argumen yang penuh semangat, Bobby dan rivalnya, Edy Rahmayadi, terlibat dalam debat yang memanas, mengupas tuntas berbagai isu krusial seperti infrastruktur yang mendesak, penanganan sampah yang kian mengkhawatirkan, serta kebutuhan akan fasilitas publik yang layak.