Kapanlagi.com - Noah Lyles, bintang cemerlang di dunia atletik Amerika Serikat, telah mengukir namanya sebagai salah satu sprinter tercepat sepanjang masa. Dengan catatan waktu luar biasa 19,31 detik di nomor 200 meter, Lyles tidak hanya memegang rekor Amerika, tetapi juga dinobatkan sebagai pelari tercepat ketiga dalam sejarah. Prestasinya yang mengesankan telah membawanya meraih berbagai gelar bergengsi, mulai dari Olimpiade hingga Kejuaraan Dunia.
Namun, di balik gemerlap prestasi tersebut, Lyles tidak lepas dari berbagai tantangan pribadi yang menguji ketahanannya. Sejak kecil, ia harus berjuang melawan asma, serta menghadapi disleksia dan kecemasan yang kerap menghantui. Semua rintangan ini menuntutnya untuk memiliki mental yang kuat agar bisa bersaing di level internasional.
Meski demikian, kecintaannya yang mendalam terhadap olahraga dan tekadnya yang tak tergoyahkan telah membawanya menembus batas-batas kesulitan. Dengan segudang prestasi, termasuk medali emas di Olimpiade dan Kejuaraan Dunia, perjalanan hidup Lyles menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang, terutama mereka yang juga berjuang menghadapi tantangan dalam hidup. Noah Lyles tidak hanya berlari untuk menang; ia berlari untuk menunjukkan bahwa dengan semangat dan keberanian, segala rintangan bisa dilalui.
Noah Lyles, yang lahir pada 18 Juli 1997 di Gainesville, Florida, adalah sosok yang terlahir dari darah atletik, dengan kedua orang tuanya, Keisha Caine Bishop dan Kevin Lyles, yang bertemu saat berkompetisi di Seton Hall University.
Pengaruh kuat dari lingkungan keluarga ini membentuk jalan hidup Noah, yang tumbuh bersama dua saudara, Josephus dan Abby, di Alexandria, Virginia, setelah orang tuanya berpisah.
Awalnya seorang pesenam, Noah menemukan kecintaannya pada atletik di usia 12 tahun setelah terpesona oleh keindahan Olimpiade Musim Panas 2012.
Momen itu menjadi titik balik, di mana dia dan Josephus bertekad untuk suatu hari berkompetisi di ajang yang sama, memulai perjalanan mereka dalam dunia trek dan lapangan dengan semangat yang membara.
Noah Lyles mulai mencuri perhatian dunia atletik dengan gemilang saat meraih medali emas di nomor 200 meter pada Youth Olympic Games 2014. Sejak saat itu, kariernya melesat pesat, terutama setelah dinobatkan sebagai atlet terbaik putra tingkat SMA oleh Track & Field News pada 2015 berkat serangkaian prestasi gemilang, termasuk memecahkan rekor lompat tinggi.
Pada 2016, Lyles semakin mengukuhkan namanya dengan kemenangan di berbagai ajang bergengsi seperti New Balance Nationals Indoor dan Arcadia Invitational.
Meski gagal masuk tim Olimpiade setelah mencetak rekor nasional SMA di U.S. Olympic Trials untuk nomor 200 meter, ia tidak putus asa; justru pada tahun yang sama, ia membawa pulang medali emas di nomor 100 meter dan estafet 4x100 meter di World U20 Championships, membuktikan bahwa ia adalah bintang yang sedang bersinar di pentas olahraga dunia.
Sejak menandatangani kontrak profesional dengan Adidas pada tahun 2016, perjalanan karier Noah Lyles melesat bak kilat. Dalam waktu singkat, ia merebut medali emas di Kejuaraan Dunia 2019 di Doha, Qatar, pada nomor 200 meter dan estafet 4x100 meter.
Dengan catatan waktu 19,50 detik di Diamond League Lausanne, Lyles pun melangkah ke jajaran pelari tercepat sepanjang masa. Tak berhenti di situ, pada tahun 2022, ia mengukir sejarah baru dengan mencetak rekor nasional di nomor 200 meter dengan waktu 19,31 detik, sekaligus meraih kemenangan di nomor 100 meter dan estafet 4x100 meter.
Dengan prestasi gemilang ini, Lyles semakin mengokohkan posisinya sebagai sprinter kelas dunia yang patut diperhitungkan.
Di Olimpiade 2024, Lyles mencetak sejarah dengan merebut medali emas di nomor 100 meter, menorehkan waktu terbaiknya, 9,784 detik, dan mengakhiri penantian panjang AS yang tak meraih kemenangan di nomor ini sejak 2004.
Namun, badai datang menjelang lomba 200 meter ketika ia dinyatakan positif COVID-19 hanya dua hari sebelum bertanding, yang berdampak pada penurunan performanya, dan ia harus puas dengan medali perunggu.
Meski sempat dilarikan ke rumah sakit, semangat juangnya tak padam; ia kembali dengan tekad bulat untuk bangkit dan menunjukkan bahwa setiap cobaan bisa dihadapi dengan keberanian.
Di balik gemerlap kesuksesan di arena balap, Lyles menyimpan cerita perjuangan yang tak kalah menarik. Meski harus berhadapan dengan berbagai tantangan medis seperti asma, alergi, disleksia, ADD, dan kecemasan, ia tak ragu untuk berbagi perjalanan kesehatan mentalnya di media sosial, menginspirasi banyak orang.
Penggemar anime dan game sejati, Lyles tak lupa membawa kartu Yu-Gi-Oh ke setiap perlombaan, sebagai pengingat untuk tetap tenang dan menikmati momen.
Dan kini, dengan langkah baru dalam hidupnya, ia bertunangan dengan atlet cantik asal Jamaika, Junelle Bromfield, pada Oktober 2024, menambah warna baru dalam kisahnya yang penuh semangat.