Biografi Ki Hajar Dewantara sang Bapak Pendidikan Indonesia, Lengkap dari Lahir - Tutup Usia

Diterbitkan:

Biografi Ki Hajar Dewantara sang Bapak Pendidikan Indonesia, Lengkap dari Lahir - Tutup Usia
Ilustrasi (credit: flickr)

Kapanlagi.com - Ki Hajar Dewantara tentu jadi nama yang sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Salah satu tokoh penting di masa kemerdekaan ini juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengenal sosok Ki Hajar Dewantara. Salah satunya bisa dengan membaca biografi Ki Hajar Dewantara.

Ya, Ki Hajar Dewantara jadi salah satu tokoh penting yang harus kita kenang setiap jasa-jasanya. Pasalnya, begitu besar jasa dan perannya dalam memajukan pendidikan Indonesia di masa itu. Dengan membaca biografi, kita bisa memahami peran dan jasa Ki Hajar Dewantara.

Selain itu, kita juga bisa meneladani sikap dan mempelajari pola pikir Ki Hajar Dewantara akan pendidikan lewat membaca biografinya. Jadi penasaran kan, seperti apa biografi Ki Hajar Dewantara? 

Untuk mengetahuinya, langsung saja simak ulasan tentang biografi Ki Hajar Dewantara berikut ini.

 

 

1. Latar Belakang Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara mempunyai nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Karenanya, tak sedikit yang memanggil beliau dengan nama Soewardi. Beliau merupakan seorang anak keturunan bangsawan Jawa keluarga Kadipaten Pakualaman. Ki Hajar Dewantara merupakan merupakan putra dari GPH Soerjaningrat dan cucu dari Paku Alam III.

Ki Hajar Dewantara lahir di Pakualaman, Hindia Belanda, 2 Mei 1889. Terlahir dalam keluarga bangsawan dengan berbagai hak istimewa, Ki Hajar Dewantara mendapatkan akses pendidikan Belanda yang saat itu sangat terbatas.

Ki Hajar Dewantara mengenyam Pendidikan Europeesche Lagere School (ELS). ELS merupakan sekolah dasar yang didirikan Belanda. Sekolah ini dikhususkan untuk anak-anak dari Eropa dan para keturunan bangsawan.

Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan ke School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen (STOVIA), sebuah sekolah Kedokteran di Jawa. Namun, Ki Hajar Dewantara tak menyelesaikan pendidikannya di STOVIA karena alasan kesehatan.

Selain di dua sekolah tersebut, Ki Hajar Dewantara juga diketahui sempat menempuh pendidikan di Kweek School yang merupakan sebuah Sekolah Guru di Yogyakarta.

 

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Masa Muda dan Pergerakan

Walaupun terlahir dari keluarga bangsawan, Ki Hajar Dewantara tetap memilih untuk menghabiskan masa muda dengan berjuang bersama rakyat. Di sepanjang hidupnya, Ki Hajar Dewantara berjuang melalui berbagai perjuangan dan pergerakan. Ki Hajar Dewantara yang gagal jadi dokter, kemudian menjadi seorang jurnalis.

Lewat profesinya itu, Ki Hajar Dewantara menuangkan berbagai gagasan kritisnya yang mengkritik pemerintahan Belanda. Tak hanya kritis, tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara juga dikenal komunikatif dan persuasif. Ki Hajar Dewantara menulis untuk berbagai surat kabar dan majalah, seperti Sediotomo, de Express, Oetoesan Hindia, Midden Java, Tjahaja Timoer, Kaoem Moeda, dan Poesara.

Selain lewat tulisan, Ki Hajar Dewantara juga aktif melakukan beberapa pergerakan. Ki Hajar Dewantara aktif di organisasi Boedi Oetomo yang mulai berdiri pada 1908. Saat itu, Ki Hajar Dewantara menjadi seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia.

Tak sampai di situ, Ki Hajar Dewantara juga menjadi anggota organisasi Insulinde yang multietnik. Organisasi ini bergerak memperjuangkan pemerintahan yang mandiri untuk Hindia Belanda. Organisasi ini juga jadi cikal bakal Ki Hajar Dewantara menjadi tiga serangkai bersama E.F.E Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Tiga serangkai tersebut kemudian membentuk organisasi Indische Partij.

 

 

3. Masa Pengasingan

Karena salah satu tulisan kritiknya terhadap pemerintahan Belanda, Ki Hajar Dewantara sempat harus menjalani pengasingan. Pangkal dari pengasingan tersebut adalah tulisan beliau yang berjudul Als ik een Nederlander was atau Andai Aku Seorang Belanda. Tulisan itu dimuat di surat kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli 1913.

Di tulisan itu, Ki Hajar Dewantara mengkritisi sikap Belanda yang memungut dana ke rakyat Indonesia untuk merayakan kemerdekaan Belanda. Tulisan kritik tajam itu membuat Ki Hajar Dewantara diburu pemerintah Belanda. Setelah tertangkap, Ki Hajar Dewantara kemudian diasingkan ke Pulau Bangka.

Pengasingan Ki Hajar Dewantara jelas ditentang, khususnya oleh dua rekannya di Tiga Serangkai yaitu E.F.E Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Pertentangan itu akhirnya berakibat, Tiga Serangkai diasingkan bersama-sama ke Belanda.

 

 

4. Pandangan Pendidikan dan Taman Siswa

Dalam pengasingan, semangat Ki Hajar Dewantara untuk memajukan pendidikan Indonesia tidak padam. Di Belanda, mata Ki Hajar Dewantara semakin terbuka bahwa pendidikan sangat penting untuk kemajuan bangsa. Ki Hajar Dewantara kemudian aktif tergabung dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).

Ki Hajar Dewantara kemudian memperdalam pengetahuannya mengenai pendidikan. Ki Hajar Dewantara berhasil mendapatkan ijazah Europeesche Akta. Ki Hajar Dewantara juga banyak belajar dari tokoh pendidikan dunia.

Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia pada 1919. Sejak saat itu, Ki Hajar Dewantara bertekad memajukan pendidikan Indonesia. Beliau langsung mempraktikkan apa yang didapat di Belanda dengan mengembangkan berbagai konsep pendidikan.

Tak lama setelah kembali ke Tanah Air, Ki Hajar Dewantara juga mendirikan Taman Siswa. Di saat itu pula, Ki Hajar Dewantara memperkenalkan konsep pendidikan yang dia gagas yang kini dikenal sebagai sebuah semboyan:

1. Ing ngarsa sung tuladha (Di depan memberi contoh)

2. Ing madya mangun karsa (Di tengah memberi semangat)

3. Tut wuri handayani (Di belakang memberi dorongan")

 

 

5. Tutup Usia dengan Gelar Pahlawan dan Bapak Pendidikan

Ki Hajar Dewantara tutup usia di Yogyakarta pada 26 April 1959. Di tahun yang sama, tepatnya pada 28 Desember 1959, Presiden Soekarno mengukuhkan Ki Hajar Dewantara sebagai pahlawan Nasional.

Karena tekadnya dalam memajukan dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara mendapatkan sebutan Bapak Pendidikan Indonesia. Julukan tersebut ditetapkan langsung oleh Presiden Soekarno pada tahun 1959. Kini tanggal lahir beliau yaitu 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional.

Itulah di antaranya sekilas tentang biografi Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan!

 

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

Rekomendasi
Trending