Diperbarui: Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Banjir menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia di tahun 2024. Data terbaru menunjukkan bahwa bencana ini mendominasi daftar bencana alam dengan frekuensi yang terus meningkat. Curah hujan yang tinggi akibat perubahan iklim, ditambah dengan buruknya pengelolaan lingkungan, semakin memperburuk situasi ini.
Provinsi-provinsi seperti Sumatra Utara, Jawa Barat, dan Jawa Tengah mencatatkan angka kejadian banjir yang sangat tinggi, menandakan perlunya perhatian serius. Fakta ini menekankan pentingnya memperkuat upaya mitigasi bencana dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya menjaga lingkungan.
Dalam rangkuman Kapanlagi.com pada Jumat (10/1/2024), kami akan mengulas daerah-daerah yang paling terdampak banjir, faktor-faktor penyebabnya, serta langkah-langkah mitigasi yang telah dan perlu dilakukan. Mari kita bersama-sama memahami isu ini agar dapat mengambil tindakan yang tepat demi masa depan yang lebih baik.
Advertisement
Tahun 2024 mencatatkan Sumatra Utara sebagai provinsi dengan kejadian banjir terbanyak di Indonesia, dengan angka mencengangkan mencapai 211 kejadian, disebabkan oleh curah hujan yang melimpah dan sedimentasi sungai yang mengganggu aliran air.
Di posisi kedua, Jawa Barat mengalami 145 kejadian banjir, akibat urbanisasi yang pesat dan pengelolaan drainase yang kurang memadai, terutama di kawasan padat penduduk.
Sementara itu, Jawa Tengah, dengan 91 kejadian banjir, berjuang melawan luapan sungai besar seperti Bengawan Solo dan dampak deforestasi yang mengurangi kemampuan tanah dalam menyerap air. Ketiga provinsi ini menghadapi tantangan serius dalam mengatasi masalah banjir yang semakin mengkhawatirkan.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Di tengah tantangan cuaca ekstrem, Riau, Aceh, dan Kalimantan Barat menjadi sorotan dengan masalah banjir yang mengancam kehidupan masyarakat. Riau, yang menduduki peringkat keempat, mencatat 89 kejadian banjir akibat curah hujan tinggi dan kerusakan lahan gambut akibat alih fungsi hutan menjadi perkebunan, memperburuk kondisi dataran rendah yang rentan.
Sementara itu, Aceh tak kalah parah dengan 68 kejadian banjir yang seringkali disertai longsor, disebabkan oleh pengelolaan hutan yang buruk dan topografi berbukit.
Kalimantan Barat juga merasakan dampak serupa dengan 65 kejadian banjir, di mana deforestasi dan perubahan aliran sungai akibat konversi lahan untuk pertanian memperburuk situasi. Ketiga daerah ini menggambarkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan alam demi melindungi masa depan.
Advertisement
Di tengah cuaca yang tak menentu, Nusa Tenggara Barat berjuang melawan banjir dengan mencatatkan 59 kejadian banjir, akibat curah hujan tinggi yang datang tiba-tiba dan kerusakan lingkungan akibat pembangunan.
Sementara itu, Sumatra Selatan menghadapi tantangan serupa dengan 55 kejadian banjir, di mana kapasitas drainase yang rendah di perkotaan tak mampu menampung curah hujan yang melimpah, diperparah oleh penebangan hutan di hulu.
Di Sumatra Barat, topografi berbukit dan intensitas hujan yang tinggi menyebabkan 52 kejadian banjir, dengan pengelolaan hutan yang kurang optimal menambah risiko bencana.
Tak ketinggalan, Kalimantan Tengah mengalami 50 kejadian banjir, di mana deforestasi untuk lahan pertanian membuat tanah kehilangan daya serap air, ditambah curah hujan yang melimpah di musim penghujan. K
Menghadapi ancaman banjir yang kian meningkat, diperlukan sinergi yang komprehensif antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Membangun infrastruktur seperti waduk dan tanggul hanyalah langkah awal; pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan juga menjadi kunci.
Selain itu, pemerintah harus gencar mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan menanamkan budaya mitigasi bencana.
Kerja sama lintas sektor sangat vital untuk menekan risiko banjir di masa depan. Tanpa langkah konkret, Indonesia akan terus berhadapan dengan tantangan besar setiap kali musim hujan tiba.
Banjir di Indonesia kerap kali disebabkan oleh kombinasi faktor yang mengkhawatirkan, mulai dari curah hujan yang melimpah, perubahan penggunaan lahan yang tidak bijaksana, hingga kerusakan lingkungan akibat ulah manusia yang tak bertanggung jawab.
Pada tahun 2024, Sumatra Utara mencatatkan diri sebagai provinsi dengan angka kejadian banjir tertinggi, mengalahkan Jawa Barat dan Jawa Tengah yang mengikuti di belakangnya.
Untuk mencegah banjir di kawasan perkotaan, diperlukan sinergi antara pengelolaan tata ruang yang efektif, perbaikan sistem drainase yang efisien, serta edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Perubahan iklim kini menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya curah hujan dan anomali cuaca, yang secara langsung meningkatkan risiko terjadinya banjir.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/srr)
Advertisement