Dampak Body Shaming, Ketahui Ciri-Ciri dan Cara Agar Tak Melakukannya

Penulis: Anik Setiyaningrum

Diterbitkan:

Dampak Body Shaming, Ketahui Ciri-Ciri dan Cara Agar Tak Melakukannya
Ilustrasi (Credit: Shutterstock)

Kapanlagi.com - Video kedatangan Nurul Akmal, lifter putri Indonesia di Bandara Soekarno-Hatta viral karena terdengar teriakan body shaming pada bentuk tubuhnya. Kedatangan Nurul Akmal yang berhasil menembus peringkat lima Olimpiade Tokyo yang seharusnya disambut dengan bangga dan suka cita justru, justru malah disambut dengan cara yang tak menyenangkan.

Hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya pemahaman dan kesadaran pelaku tentang pentingnya menghargai setiap orang, termasuk ukuran dan bentuk tubuhnya. Beberapa orang, melakukan body shaming dengan kedok bercanda atau basa-basi. Namun, perilaku seperti itu bisa membawa dampak negatif pada korban. Perilaku ini sama saja dengan bullying karena menjelek-jelekkan dan mengomentari penampilan seseorang.

Nurul Akmal yang pulang ke Tanah Air membawa prestasi tetap berpeluang menjadi korban. Tak ada yang bisa menghentikan perilaku body shaming selain para pelaku sendiri. Oleh karena itu, kalian perlu mengetahui informasi mengenai body shaming beserta dampaknya, agar tergerak untuk mulai menghentikannya.

 

1. Tanda Perilaku Body Shaming

Mungkin, kalian pernah mengomentari ukuran tubuh seseorang dengan ungkapan 'badanmu gendut banget' atau 'badanmu kurus banget', kemudian dilanjutkan dengan himbauan untuk mengubah bentuk tubuh. Mungkin, hal tersebut kalian lakukan sebagai bentuk basa-basi atau memang sengaja menghina. Jika benar seperti itu, lebih baik segera hentikan kebiasaan tersebut. Bahkan, ungkapan yang dilandasi dengan perhatian pun bisa masuk perilaku body shaming.

Pasalnya, kalian tak pernah tahu apakah hal tersebut akan menyakiti hati. Apalagi, body shaming tak hanya bisa terjadi pada ungkapan langsung. Kalian bisa menjadi pelaku melalui komentar di media sosial. Namun sayangnya, pelaku sering kali tak sadar telah melakukannya. Nah, agar kalian lebih berhati-hati dan terhindar dari perilaku semacam itu, silakan simak tanda seseorang telah menjadi pelaku body shaming berikut ini.

- Sering mengomentari fisik orang lain.

Sering mengomentari fisik orang lain bahkan sampai menjelekkan merupakan perilaku body shaming dan itu harus dihindari.

- Merasa punya badan yang lebih baik daripada orang lain.

Perilaku ini biasanya tampak pada dua orang atau lebih yang sudah lama tak bertemu. Perubahan fisik yang terjadi tak seharusnya menjadi bahan obrolan apalagi sampai merendahkan.

- Membahas atau menjelekkan bentuk atau ukuran tubuh orang lain sebagai usaha agar tampak lucu di tempat umum.

Hindari memasukkan topik bentuk tubuh seseorang dalam daftar lelucon. Hal itu bisa menimbulkan luka batin pada korban, meski terkadang bibirnya tersenyum saat dijadikan bahan bercandaan.

- Menilai seseorang berdasarkan penampilan.

Penampilan seseorang tak bisa jadi penentu nilai atau kepribadian maka kalian tak berhak melabeli seseorang hanya karena bentuk tubuhnya.

- Menghakimi keputusan yang diambil orang lain atas tubuhnya.

Kalian tak perlu ikut campur ketika seseorang memutuskan untuk diet, olahraga, atau menggemukkan badan. Itu hak mereka atas tubuhnya.

- Menormalkan atau ikut menimpali ungkapan yang mengarah ke perilaku body shaming.

Jika punya tenaga lebih, sebaiknya kalian menegur orang yang terus melakukan body shaming sebagai bahan bercanda. Namun jika tak berani, kalian cukup diam dan tak menimpali lelucon body shaming tersebut.

- Melihat ukuran badan tertentu sebagai bukti kesuksesan, keberhasilan mengontrol diri, dan ukuran kebahagiaan.

Tak semua orang memiliki ukuran dan bentuk tubuh ideal di kepala kalian. Oleh karena itu, berhentilah mengomentari tubuh orang lain.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Dampak Body Shaming

Bagi orang yang tak pernah mendapat ejekan mengenai tubuhnya, mungkin tak pernah merasakan dampaknya. Namun, kalian bisa memahami perasaan korban body shaming melalui penjelasan berikut ini.

-Menurunkan rasa percaya diri.

-Menutup diri dan kurang suka bersosialisasi.

-Menghambat perkembangan diri.

-Pemicu gangguan mental, seperti depresi.

-Menimbulkan gangguan makan, seperti bulimia atau binge eating.

-Meningkatkan risiko obesitas.

-Memicu selfharm dan meningkatkan risiko bunuh diri.

 

3. Cara Memunculkan Kesadaran untuk Tak Melakukan Body Shaming

Bentuk tubuh setiap orang berbeda dan itu tak bisa jadi alasan bagi kalian untuk merendahkan orang lain. Bila kalian terlanjur melakukan body shaming, coba lakukan perenungan agar memperoleh kesadaran bahwa itu merupakan perilaku yang seharusnya dihentikan. Berikut ini terdapat beberapa cara yang bisa kalian lakukan.

1. Manusia Tak Ada yang Sempurna

Penampilan yang tak sama dengan tipe "ideal" di kepala kalian tak bisa menjadi alasan untuk kalian menjelekkannya. Lihatlah diri kalian, sadari perbedaan tersebut dimiliki setiap orang, dan hal itu tak boleh disalahkan.

2. Belajar Menjadi Orang yang Lebih Baik

Pola pikir merupakan hal yang penting dalam menentukan perilaku saat berhubungan dengan orang lain. Saat ingin mengomentari fisik orang lain, coba bayangkan jika kalian bertukar posisi, apa kalian akan menerima hal tersebut?

Kalian juga perlu mengubah selera humor yang sering menggunakan jurus body shaming untu melucu. Sadari bahwa hal tersebut akan membuat orang di sekitar merasa tak nyaman.

3. Berhenti Memikirkan Bentuk Tubuh Orang Lain

Banyak sekali topik pembicaraan yang menarik untuk dibahas saat berkumpul dengan teman atau keluarga. Hapus topik mengenai bentuk tubuh dari daftar pembicaraan. Pasalnya, tak semua orang bisa menerima hal tersebut dan itu berpeluang menimbulkan body shaming.

Nah, KLovers, itulah beberapa informasi tentang body shaming yang mungkin sering kalian temui tapi tak kalian sadari.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)