Gara-Gara Penambangan Timah di Dasar Laut, Pulau 'Laskar Pelangi' Terancam Rusak

Penulis: Sanjaya Ferryanto

Diperbarui: Diterbitkan:

Gara-Gara Penambangan Timah di Dasar Laut, Pulau 'Laskar Pelangi' Terancam Rusak Kepulauan Belitung © Kapanlagi/Fikri Alfi Rosyadi

Kapanlagi.com - Kepulauan Belitung menjadi tempat wisata paling dilirik oleh pelancong lokal maupun mancanegara. Pulau yang dijuluki 'Pulau Laskar Pelangi' ini memiliki tempat wisata sangat indah. Bahkan, bagi wisatawan yang ingin berlibur ke Kepulauan Belitung dijamin bakal betah.

Kebetulan, selama empat hari reporter Kapanlagi.com berkunjung ke Kepulauan Belitung. Mulai tanggal 23 sampai 26 Februari 2018 lalu. Selama di Belitung, memang banyak sekali tempat-tempat wisata sangat indah yang harus dikunjungi.

Mulai dari Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Membalong, Pulau Lengkuas, Bukit Berahu, Pulau Pasir, Danau Kaolin, Museum Kata, hingga Desa Laskar Pelangi.

Kepulauan Belitung © kapanlagi/Fikri Alfi Rosyadi

Beberapa tempat tersebut, sudah menjadi lokasi yang wajib dikunjungi oleh wisatawan. Apalagi, pantai-pantainya juga masih sangat alami dan bersih. Misalnya, Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Kelayang, Pulau Lengkuas, Bukit Berahu, dan Pulau Pasir.

Hampir semua pantai yang ada di Kepulauan Belitung masih terlihat begitu cantik. Pasirnya halus, airnya jernih, dan jarang sekali sampah berserakan di tepi pantai. Ditambah lagi batu granit yang berdiri kokoh di pantai Kepulaun Belitung, seolah daya tarik tersendiri.

Menurut Pipin Haryanto alias Tilenk, selaku ketua Gabungan Pecinta Alam Belitong (GAPABEL) mengatakan, pantai-pantai yang berada Kepulauan Belitung memang mempunyai keindahan sendiri.

Kepulauan Belitung © kapanlagi/Fikri Alfi Rosyadi

"Ya, memang begitu, di sini banyak batunya," kata Tilenk di Pantai Membalong, Jumat (23/2/2018).

Dari banyaknya pantai di Belitung, ada beberapa tempat yang selalu ramai dikunjungi, seperti pantai Lengkuas dan Tanjung Tinggi. Di Pulau Lengkuas terdapat mercusuar yang menjulang tinggi di tengah-tengah pulau. Mercusuar ini sudah berdiri sejak tahun 1882. Dari atas mercusuar, wisatawan bisa menikmati pemandangan keindahan pantai-pantai di Belitung dari ketinggian.

"Pulau Lengkuas juga ramai, nanti kita ke sana," katanya.

Lulu, pantai Tanjung Tinggi. Pantai yang terletak di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Bangka Belitung ini juga selalu ramai dikunjungi wisatawan. Yang menarik, pantai Tanjung Tinggi terkenal lantaran tempat ini pernah dijadikan syuting film LASKAR PELANGI.

Kepulauan Belitung © kapanlagi/Fikri Alfi Rosyadi

Kebanyakan wisatawan yang datang ke pantai Tanjung Tinggi, karena penasaran dengan tempat tersebut karena dijadikan syuting film LASKAR PELANGI yang sukses di tahun 2008 silam.

Hal itu terbukti, setelah menghabiskan waktu di pantai Membalong bersama Gapabel (Gabungan Pecinta Alam Belitong) serta dari komunitas Backpacker Jakarta, reporter Kapanlagi.com mencoba mendatangi pantai Tanjung Tinggi pada hari Minggu (25/2/2018).

Memang di pantai Tanjung Tinggi lebih ramai dari pantai lainnya. Di pantai ini banyak wisatawan datang untuk berfoto, bahkan berenang. Fernando misalnya, wisatawan asal Bekasi ini datang ke pantai Tanjung Tinggi karena ingin melihat secara langsung keindahan lokasi syuting film garapan Riri Riza tersebut.

"Saya penasaran sama pantai Tanjung Tinggi. Pantai ini kan pernah dipakai lokasi syuting film Laskar Pelangi. Pantainya bagus, bersih, dan pasirnya halus," kata Nando saat berkunjung ke Pantai Tanjung Tinggi.

Kepulauan Belitung © kapanlagi/Fikri Alfi Rosyadi

Sejak film LASKAR PELANGI sukses, pantai Tanjung Tinggi memang langsung ramai dikunjungi. Selain Fernando, Yogi salah satu wisatawan yang juga dari Bekasi mengatakan, pantai Tanjung Tinggi sudah dipenuhi oleh pedagang. Padahal, jauh sebelumnya, pantai ini sangatlah sepi dari pedagang maupun wisatawan.

"Sekarang udah banyak pedagang. Dulu, awal-awal dikenal, pas saya pertama kali ke sini belum ada pedagang," kata Yogi.

Keindahan pantai kepulauan Belitung memang sudah menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Apalagi, begitu banyak pantai di kepulauan Belitung tak kalah cantik dengan pantai-pantai di daerah lainnya.

Sayangnya, keindahan pantai-pantai di kepulauan Belitung mulai terancam. Pasalnya, pantai-pantai di Kepulauan Belitung mulai dirusak oleh pihak swasta, lewat penambang timah di dasar laut. Tentu, penambangan timah ini membuat warga Kepulauan Belitung marah.

Menurut Tilenk, akibat penambangan timah di laut Belitung, berdampak merusak lingkungan. Tilenk mengaku, jika penambangan itu terus berjalan, secara perlahan laut di Kepulaun Belitung akan rusak.

Kepulauan Belitung © kapanlagi/Fikri Alfi Rosyadi

“Tidak boleh ada penambangan timah di laut. Mereka ini kan melakukan di darat dulu, yang darat sudah habis mereka pindah ke laut dan itu merusak ekosistem perairan, nelayan kehilangan mata pencaharian, terumbu karang rusak," kata Tienk.

Sebagai ketua Gapabel (Gabungan Pecinta Alam Belitong), Tilenk tak diam begitu saja. Bersama kawan-kawan serta warga menolak penambangan timah laut. Sejumlah aksi telah dilakukan oleh warga Belitung sejak beberapa tahun belakangan ini.

Di tahun 2016 lalu, Gapabel bersama ratusan warga gabungan dari Belitung dan Belitung Timur menggelar aksi penolakan serta penandatanganan petisi yang juga dihadiri Bupati Belitung, Sahani Saleh serta Bupati Belitung Timur Yuslih Ihza.

“Kami tegas menolak, kami juga kirimkan surat ke pemerintah pusat dan pemerintah terkait. Dalam hal ini ke Kementerian Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Dan surat kami tembus, dan Bu Susi akan datang langsung ke Belitung pada Maret nanti,” tutup Tilenk.

Perjuangan Gapabel bersama warga Belitung memang masih harus terus dilakukan. Tindakan penambangan timah dari laut seperti diketahui memang merusak lingkungan, tidak hanya di laut tapi juga merembet ke daratan lingkungan Belitung.

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/far/frs)

Reporter:

Fikri Alfi Rosyadi