Jeli Baca Peluang, Bisnis Masker Motif Jadi Ladang Penghasilan Menjanjikan

Jeli Baca Peluang, Bisnis Masker Motif Jadi Ladang Penghasilan Menjanjikan
Ilustrasi (credit: freepik)

Kapanlagi.com - Sejak pandemi virus corona covid-19 merebak, masker kain menjadi salah satu barang yang paling banyak dicari. Pasalnya, masker kain disinyalir bisa mencegah penularan virus corona covid-19 secara efektif. Selain itu, penggunaan masker kain juga dinilai lebih ekonomis dibanding masker medis yang hanya bisa sekali pakai.

Kini setelah berbulan-bulan pandemi berjalan, nilai penggunaan masker oleh masyarakat mulai bergeser. Masker yang semula dipakai demi alasan kesehatan, kini sudah jadi bagian dari penunjang penampilan. Masker tidak lagi sebatas kain penutup mulut dan hidung. Bermunculan beragam jenis model masker yang unik dan motif-motif yang menarik, sehingga terkesan fashionable.

Tanpa disadari pandemi telah membuat pemakaian masker yang fashionable seolah menjadi tren baru. Momentum ini kemudian dimanfaatkan oleh sejumlah pengusaha yang jeli membaca peluang bisnis. Alhasil di tengah kesulitan akibat pandemi, mereka tetap bisa bertahan dan meraup keuntungan. Seperti apa kisahnya?

1. Lonjakan Produksi Masker

(credit: doc. pribadi)

Terhitung sejak awal pandemi masuk di Indonesia, permintaan masker oleh masyarakat kian meningkat. Hal ini bahkan sempat mengakibatkan kelangkaan masker medis. Pemerintah lantas menganjurkan pemakaian masker jenis kain sebagai alternatif. Siapa sangka, bermula dari hal tersebut, kini masker kain justru menjadi salah satu bagian dari penunjang fashion.

Lonjakan permintaan masker kain disaksikan langsung oleh Nidaul Urwatul Wutsqa, seorang pengusaha jasa maklon konveksi asal Klaten. Nida demikian dia biasa disapa, mengaku sempat kebanjiran order pembuatan masker sejak bulan Juni 2020 lalu. Hal tersebut diakui Nida saat dihubungi kapanlagi.com, Jumat (08/01) lalu.

"Dari awal produksi masker antara Mei Juni sampai sekarang. Per minggunya kami biasa memproduksi 1000-2000 masker. Saat ini (order) mulai menurun, tapi tetap ada dan relatif stagnan. Kalau dulu (awal) pandemi selalu tinggi karena adanya proyek. Lalu ada masuk lagi banyak orderan maklon masker kain dari perorangan juga online shop," jelas Nida.

2. Peluang Bisnis Menjanjikan

Meroketnya permintaan masker, ditanggapi Nida sebagai peluang bisnis baru. Wanita yang juga seorang make up artist ini lantas memutuskan untuk memproduksi masker kain sendiri. Alhasil, saat ini Nida menjalankan bisnis produksi masker dan usaha maklonnya secara beriringan, "Jadi aku menciptakan reseller, aku produksi dan jualan juga. Buat produksi maskerku sendiri, aku melihat pasar. Apa sih yang pasar butuhkan, itu yang aku bikin." 

3. Jawab Kebutuhan Pasar

(credit: doc. pribadi)

Terbiasa berbisnis sejak di bangku kuliah, kejelian Nida dalam membaca kebutuhan pasar sudah sangat terasah. Nida mampu menganalisis jenis masker apa yang sedang diminati dan dibutuhkan konsumen. Bahkan, kejelian membaca pasar membuat Nida dapat memilah berbagai jenis masker dan peminatnya saat ini.

"Kalau sekarang masker-masker yang diminati itu yang bentuknya 3D, masker OVO misalnya. Terus, masker brokat yang bisa dipakai sehari-hari, yang motifnya tidak terlalu rame, jadi tidak cuma buat kondangan. Jadi pemilihan motif itu penting. Terus, masker-masker yang bentuknya imut biasa diminati cewek, yang abstrak biasanya diminati cowok, yang polos biasanya bisa cewek cowok tapi biasanya dari lingkungan anak indie atau anak kampus yang simpel," papar Nida.

4. Bermula dari Pengalaman

Peluang bisnis masker yang menjanjikan juga dimanfaatkan oleh Mutiara Larasati dan seorang sahabatnya, Tanjung Sekar. Bersama-sama Ayas dan Tanjung, demikian mereka biasa disapa membuat sebuah usaha produksi masker bernama Nomunomu Project.

Saat dihubungi kapanlagi.com Jumat (08/01), Ayas menceritakan awal mula keputusan mereka memulai bisnis masker berawal dari pengalamannya sebagai pengguna masker kain. Ayas dan sahabatnya itu merasa bahwa masker yang beredar di pasaran, kurang nyaman untuk dipakai. Akhirnya Ayas dan Tanjung yang memang mahir menjahit, berinisiatif membuat masker kain yang senyaman mungkin.

"Awalnya hanya untuk konsumsi pribadi, kami baru mulai berpikir kalau ini adalah peluang bisnis, sejak banyak yang bilang suka. Dan mereka coba pakai pun pada bilang nyaman banget maskernya. Nggak engap, dan motifnya lucu-lucu. Akhirnya mulai kami produksi untuk dijual. Orderan pertama kami saat itu, masker untuk seragam karyawan toko buku di Solo Square," ungkap Ayas.

5. Rilis Series dengan Desain Khusus

(credit: instagram/nomunomuproject)

Nomunomu Project memproduksi jenis masker motif yang saat ini seolah sedang jadi tren. Meski begitu, Ayas mengaku tak telalu ambil pusing memikirkan motif atau model apa yang sedang laku di pasaran. Malahan, Ayas menyebut mereka hanya akan memproduksi masker dengan model dan motif yang disukai saja.

Meski demikian, Ayas dan rekannya tetap menganggap desain model dan motif sebagai suatu hal yang sangat penting. Oleh karena itu, Nomunomu Project selalu memperbarui desain maskernya dengan merilis series khusus setiap bulannya. Selain memperbarui desain, hadirnya series khusus juga diakui Ayas sebagai suatu strategi marketing.

"Tujuan khusus dibuat series ya biar cust-nya menunggu dan feel different dengan membeli masker pada umumnya," jelas Ayas.

6. Tetap Utamakan Kenyamanan

Selain desain model dan motif, kenyamanan juga menjadi salah satu faktor penting dalam produksi masker. Terlebih bagi bisnis Ayas dan Tanjung yang bermula dari rasa tidak puas akan kualitas masker di pasaran yang dirasa kurang nyaman saat dipakai.

Untuk itu membuat produk masker yang senyaman mungkin, Ayas mengaku telah melalui proses trial and error beberapa kali. Mereka terus memperbaiki desain model yang dirasa membuat kurang nyaman.

"Percobaan pertama rasanya karet terlalu besar, sehingga sakit di telinga. Terus pola masker kurang lebar, sehingga masih terasa engap, sampai akhirnya kami menemukan pola yang betul-betul nyaman dan insyallah aman," ungkap Ayas.

Di samping itu, untuk kenyamanan dan kepuasan konsumen, Ayas dan Tanjung juga sudah mencuci dan menyetrika masker buatan mereka sebelum dikemas. Dengan demikian, pembeli bisa langsung memakainya dengan nyaman. Meski terdengar sepele, Ayas mengaku mendapat banyak testimoni positif terkait hal kecil tersebut.

7. Total dalam Berbisnis

(credit: instagram/nomunomuproject)

Meski masih terbilang baru, bisnis penjualan masker Ayas dan Tanjung sudah bisa bersaing dengan kompetitor. Terbukti, dalam satu bulan mereka sudah bisa menjual 500-600 masker. Sampai saat ini, penjualan masker tersebut juga diakui Ayas cukup stabil.

Untuk mencapai titik itu, Ayas mengaku lebih memaksimalkan proses pemasaran, mulai dari mulut ke mulut, memanfaatkan media sosial, hingga e-commerce, dan memaksimalkan jasa reseller. Selain itu, Ayas dan Tanjung juga total dalam membuat materi promosi.

"Satu hal yang menurut kami paling penting adalah foto produk dan konsep brand yang Nomunomu usung. Kami selalu serius menggarap setiap foto produk masker kami, dari konsep katalog, feed sampai posting ke instagram dan shopee semua kami kerjakan dengan serius," kata Ayas.

8. Berharap Pandemi Usai, Bisnis Tetap Jalan

Nomunomu Project diakui Ayas sebagai ide bisnis yang muncul secara tiba-tiba di tengah pandemi. Sebelumnya, Ayas sudah menjalankan bisnis kado handmade, sedangkan Tanjung mempunyai bisnis jahit.

Meski kini dapat dikatakan meraih untung di kala pandemi, Ayas tetap berharap pandemi segera usai. Dia sama sekali tak khawatir penjualan maskernya akan menurun. Dia juga meyakini, di kemudian hari akan muncul ide bisnis baru tanpa adanya batasan kondisi.

"Tapi, kalau permintaan menurun, saya kembali ke bisnis kado handmade, dan sahabat saya kembali ke bisnis tailor. Hehe, kami sih berdoanya pandemi segera berakhir. Tapi bisnis-bisnis fresh yang baru muncul karena pandemi, tetap bisa bertahan," tutup Ayas.

Rekomendasi
Trending