Keyakinan Suyudi Bertahan di Hunian Relokasi, Saksikan Kengerian Awan Erupsi Semeru

Diterbitkan:

Keyakinan Suyudi Bertahan di Hunian Relokasi, Saksikan Kengerian Awan Erupsi Semeru
Credit:KapanLagi.com/Darmadi Sasongko

Kapanlagi.com - Saat Gunung Semeru meluncurkan Awan Panas Guguran (APG) pada Minggu (4/12), Suyudi (53) sedang berada di Dusun Kamar Kajang, Desa Seumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Sadar bahaya mengancam, Ia pun langsung bergegas pulang ke pemukiman di Bumi Semeru Damai (BSD).

Suyudi tinggal di Bumi Semeru Damai (BSD), hunian para pengungsi Erupsi Semeru setahun lalu. Tetapi kesehariannya bekerja di tambah pasir di Curah Kobokan.

1. Kaget Saat Berpapasan

Ia pun mengaku kaget saat berpapasan dengan para tetangganya yang panik meninggalkan hunian BSD. Padahal Suyudi hendak menuju rumah tinggalnya yang dianggap sebagai tempat aman.

Saat itu penampakkan APG memang membumbung tinggi dan membuat merinding yang menyaksikannya, termasuk para penghuni. Apalagi mereka menyimpan trauma dengan kejadian setahun lalu terulang kembali.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Suyudi Pasrah

Sebagian penghuni di Bumi Semeru Damai (BSD) itu panik dan keluar pemukiman untuk mencari tempat aman untuk mengungsi. Karena saat itu sekitar pukul 13.00 WIB, pemukiman BSD mulai terselimuti abu vulkanik. Awan kelabu menyelimuti langit membuat suasana mencekam.
Abu vulkanik 55perlahan menghujani kawasan tersebut bahkan hingga ke arah utara menuju Kecamatan Pasrujambe, yang berjarak sekitar 15 kikometer lebih dari puncak Semeru.

"Saya pasrah saja pulang, lah wong rumah diberi dan disiapkan untuk berlindung kok malah ditinggal. Ya meskipun ada sedikit ketakutan, tapi saya percaya di sini (hunian relokasi) aman," kata Suyudi di depan rumahnya sambil melihat Gunung Semeru.

3. Suyudi Tidak Panik

Kendati menyimpan ketakutan, situasi mencekam saat itu tidak membuat Suyudi terbawa panik. Ia menyimpan keyakinan bahwa erupsi susulan tidak sampai di tempat tinggal barunya itu, kecuali material debu ringan. Apalagi pemerintah juga telah mempertimbangkan lokasi aman kawasan hunian relokasi.

Memang, secara visual dilihat lihat dari kawasan BSD, Gunung Semeru terlihat lebih dekat. Sehingga saat luncurkan APG potret mencekam pun terlihat jelas dari titiknya berdiri.

4. Warga Cari Pengungsian

Suyudi juga meyakini, selama 53 tahun hidupnya di Dusun Kamar Kajang belum pernah menemui erupsi Semeru mengarah ke timur dan utara.

"Posisi kawahnya kan di barat, sedangkan lokasi hunian relokasi ini ada di timurnya. Secara letak minim kemungkinan mengarah ke sini. Maka dari itu saya memilih tetap di sini saat warga lain turun cari pengungsian," ceritanya.

5. Putuskan Diam di Rumah

Ditengah terjadi erupsi, Suyudi bersama beberapa saudara yang tinggal satu blok memutuskan untuk diam di rumah. Berlindung dari hujan abu vulkanik, sambil terus memanjatkan doa keselamatan. Rasa cemas dan khawatir dirasakannya, bahkan pasrah ketika melihat awan membumbung seolah di atas kepalanya.

"Waktu terjadi hujan abu kami sekeluarga di dalam rumah, sedikit gelap memang tapi tidak segelap tahun lalu ketika saya di rumah Kamar Kajang," jelasnya.

6. Erupsi Terjadi

Keyakinannya itu pun benar, erupsi yang terjadi hingga meluncurkan APG tidak mengarah ke pemukimannya. Hanya, dihujani abu vulkanik. Setelah beberapa jam dihujani abu, aktivitas Gunung Semeru pun mulai melandai.

"Alhamdulillah selamat, dan di sini tidak terdampak," tutupnya sambil memandang Semeru dari kejauhan.

7. Muntahkan Awan Panas

Gunung Semeru kembali muntahkan Awan Panas Guguran (APG) pada Minggu (4/12) sejak pukul 02.46 WIB. Kejadian ini membuat masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Semeru mengungsi. Hingga Senin (5/12) pagi, tercatat sebanyak 2.489 warga mengungsi. Mereka tersebar di lima kecamatan yang ada di Lumajang, Jawa Timur.

PVMBG dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Semeru pun menaikkan statusnya dari level III atau siaga menjadi level IV atau awas. Pemkab Lumajang juga menetapkan masa tanggap darurat bencana selama 14 hari.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)