Memahami Arti Skeptis, Penjelasan dalam Ilmu Filsafat dan Cara Mengatasinya

Diterbitkan:

Memahami Arti Skeptis, Penjelasan dalam Ilmu Filsafat dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi (Credit: Unsplash)

Kapanlagi.com - Pada percakapan sehari-hari, mungkin kalian sudah cukup sering mendengar istilah skeptis. Meski sudah sering digunakan, ternyata masih banyak orang yang belum memahami arti skeptis secara penuh.

Arti skeptis bisa dipahami sebagai sifat atau sikap yang cenderung curiga dan meragukan sesuatu. Hal ini juga ada hubungannya dengan ilmu filsafat dan pemikiran para tokoh besar.

Bagi orang yang sama sekali belum mengetahuinya, topik ini mungkin akan terkesan rumit. Namun, tak menutup kemungkinan bagi kalian jika tetap ingin mempelajari. Nah, jika kalian penasaran dengan arti skeptis dan berniat memahaminya lebih lanjut, yuk langsung simak penjelasan selengkapnya berikut ini.

 

1. Arti Skeptis

Arti skeptis bisa dipahami sebagai sikap curiga atau selalu mempertanyakan segala sesuatu. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti skeptis adalah kurang percaya atau ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dan sebagainya).

Selain itu, ada pula yang disebut skeptisisme yang merupakan aliran (paham) yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan). Secara etimologis, skeptisisme berasal dari bahasa Yunani skeptomai yang berarti 'untuk melihat sekitar' atau 'untuk mempertimbangkan'.

Pada kehidupan sehari-hari, istilah skeptis mungkin sudah cukup sering didengar. Dalam konteks ini, skeptis diartikan sebagai sifat atau sikap keraguan atau kecenderungan tidak percaya. Pada praktiknya, sikap ini bisa dilihat pada orang yang selalu mempertanyakan atau mencurigai segala sesuatu. Hal itu dilakukan karena seseorang memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu bersifat tidak pasti.

Melalui penjelasan di atas, skeptis tidak seharusnya dipahami sebagai sikap negatif. Pasalnya, sikap meragukan sesuatu dan tidak memercayai keberadaan pengetahuan tak selamanya buruk. Cara mempertanyakan ini harus disertai dengan argumen yang terstruktur.

Bahkan, sikap ini justru bisa dilihat sebagai sesuatu yang positif karena keputusan untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu dan meragukan apa yang diterima bisa dianggap sebagai kewaspadaan agar tak mudah ditipu.

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Skeptis dalam Ilmu Filsafat

Tak hanya dalam kehidupan sehari-hari, arti skeptis juga bisa dipahami melalui ilmu filsafat. Melansir dari laman Liputan6, skeptisisme dalam filsafat merujuk pada metode penyelidikan yang menekankan pengawasan kritis, kehati-hatian, dan ketelitian intelektual; metode untuk mendapatkan pengetahuan melalui keraguan terstruktur, dan pengujian terus-menerus; dan seperangkat tuntutan mengenai keterbatasan pengetahuan manusia dan tanggapan yang tepat untuk keterbatasan tersebut.

Meski begitu, secara informal skeptisisme bisa diterapkan pada berbagai topik. Mulai dari politik, agama, hingga pseudosains. Hal ini juga sering diterapkan dalam ranah moralitas (skeptisisme moral), teisme (skeptisisme tentang keberadaan Tuhan), atau supernatural. Setidaknya ada tiga pemetaan skeptisisme yang digolongkan berdasarkan tingkat keraguannya.

Pertama, skeptisisme yang diperkenalkan oleh Aristoteles, yaitu sikap menunda putusan penilaian dan mempertanyakan semua dugaan dan simpulan sehingga orang terpaksa menjustifikasi dirinya dengan analisis yang kritis.

Kedua, skeptisisme yang diperkenalkan dalam fenomenalisme Immanuel Kant. Skeptisisme ini mengatakan bahwa pengetahuan hanya terkait dengan pengalaman atau fenomena, dan pikiran manusia tidak mampu mengetahui sumber atau landasan dari pengalaman.

Ketiga, skeptisisme yang dipelopori oleh Gorgias dari kelompok sofis Yunani yang mengatakan bahwa mustahil mencapai pengetahuan. Dan pencarian kebenaran merupakan hal yang sia-sia.

Penganut skeptisisme sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno. Namun, dalam filsafat modern, Rene Descartes adalah perintis skeptisisme dalam metode ilmiah. Kesangsian descartes dalam metode kesangsiannya menjadi sebuah sikap skeptis. Akan tetapi, skeptisisme macam itu bersifat metodis karena tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan kepastian yang tak tergoyahkan, yakni cogito atau subjectum sebagai instansi akhir pengetahuan manusia.

 

3. Cara Mengatasi Sikap Skeptis

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa arti skeptis sering kali dipandang sebagai hal negatif. Padahal ada sikap skeptisisme positif yang bisa diterapkan. Berikut ini terdapat beberapa cara memiliki skeptisisme positif yang bisa kalian ikuti.

1. Jadi Orang yang Terus Curiga

Kalian perlu terus mencurigai sesuatu karena percaya bahwa ada fakta lain di balik fakta. Hal ini bisa diterapkan pada iklan, penjual produk dan layanan, sampai pada kampanye kandidat calon untuk jabatan politik. Kalian bisa berpikir dengan mengikuti contoh pertanyaan di bawah ini:

- Apa yang membuat mereka berpikir seperti itu?

- Asumsi apa yang menjadi dasar klaim fakta itu?

- Fakta atau penelitian apa yang mendukung ide itu?

- Apakah ada fakta atau penelitian yang membantah klaim itu?

2. Jangan Memihak

Sikap tidak memihak juga menjadi salah satu langkah agar kalian memiliki skeptisisme positif. Lagi-lagi, kalian perlu mempertanyakan setiap hal yang ada di hadapan.

3. Jadilah Oposisi

Tidak benar-benar berseberangan, kalian bisa mengambil posisi oposisi sebagai cara agar bisa bersikap skeptis positif. Langkah tersebut bisa diterapkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar tentang suatu masalah.

4. Penuh dengan keraguan

Manusia rentan terkena indoktrinasi, propaganda, dan daya tarik emosional yang kuat. Hal itu pula yang terus dilakukan iklan, tayangan TV, dan kampanye untuk mengatur cara berpikir audiens. Sebelum percaya, kalian sudah sewajarnya untuk mempertanyakan logika argumen tayangan tersebut.

5. Gunakan Logika dan Intuisi

Meragukan dan percaya adalah salah satu tindakan dasar paling kuat yang dapat dilakukan dengan pikiran. Kalian bisa menjadi pemikir yang baik saat menggunakan logika dan intuisi.

Nah, KLovers, itulah penjelasan mengenai arti skeptis dan cara agar mendapatkan skeptisisme positif.

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)