Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Pada Senin (4/11), Ridwan Kamil, calon Gubernur DKI Jakarta dengan nomor urut 1, melakukan kunjungan istimewa ke kediaman Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, di Jakarta. Kunjungan ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebagai ajang silaturahmi dan untuk meminta nasihat dari sosok yang sangat dihormati dalam dunia keagamaan dan intelektual Indonesia.
Din Syamsudin tidak ragu mengungkapkan keyakinannya bahwa Ridwan Kamil adalah pemimpin yang tepat untuk memimpin ibu kota. Dengan rekam jejak yang mengesankan dan pengalaman yang mumpuni, Ridwan Kamil dianggap sebagai pemimpin visioner yang memiliki visi jelas untuk Jakarta. Pengalamannya sebagai Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat, ditambah kontribusinya dalam membantu tata kota Jakarta, semakin menguatkan pandangan Din.
Dengan penuh semangat, Din Syamsudin memberikan dukungan penuh kepada Ridwan Kamil dan pasangannya, Suswono, untuk memimpin Jakarta ke arah yang lebih baik.
Advertisement
Tak hanya dikenal sebagai tokoh politik, Din Syamsudin, yang lahir di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, pada 31 Agustus 1958, juga merupakan sosok intelektual dan tokoh agama terkemuka di Indonesia.
Dikenal sejak muda sebagai pribadi yang cerdas dan memiliki komitmen tinggi terhadap pendidikan serta pengembangan diri dalam bidang keislaman, Din Syamsudin adalah contoh inspiratif bagi banyak orang. Untuk mengetahui lebih dalam tentang sosoknya, simak profil lengkap Din Syamsuddin yang akan disajikan Kapanlagi.com, Selasa (5/11).
Din Syamsuddin memulai perjalanan pendidikannya di Madrasah Nahdhatul Ulama di Sumbawa Besar, sebelum melanjutkan ke Pondok Pesantren Darussalam Gontor di Jawa Timur, di mana ia menuntaskan studinya pada tahun 1975.
Semangatnya untuk mengejar ilmu membawanya ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di mana ia meraih gelar dari Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama pada tahun 1982.
Tak puas hanya sampai di situ, Din melangkah lebih jauh dengan melanjutkan pendidikan pascasarjana di University of California, Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat, dan berhasil meraih gelar MA pada tahun 1988 serta gelar Ph.D. pada tahun 1991 dalam bidang Islamic Studies, seperti yang tercatat di situs resmi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Sejak muda, Din Syamsuddin telah menorehkan jejaknya yang gemilang di Muhammadiyah, sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Kariernya melesat hingga ia dipercaya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dari tahun 2005 hingga 2015, di mana ia menjadi arsitek perubahan yang signifikan, memperkuat posisi Muhammadiyah baik di kancah nasional maupun internasional.
Tak hanya itu, kiprahnya juga meluas ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai Ketua Dewan Pertimbangan pada periode 2015-2020, di mana ia sering kali menjadi suara dan juru bicara umat Islam Indonesia dalam berbagai masalah keagamaan dan sosial yang krusial.
Advertisement
Din Syamsuddin, sosok berpengaruh dengan jaringan internasional yang luas, telah menorehkan namanya dalam sejarah dialog antaragama. Sebagai pemimpin beberapa organisasi global, seperti World Conference of Religions for Peace (WCRP) dan Asian Conference on Religions for Peace (ACRP), ia menunjukkan dedikasinya dalam menciptakan harmoni antarbudaya.
Pendiri Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) ini juga pernah menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Antarbudaya pada 2017-2018, serta menjadi anggota Dewan Penasihat King Abdulaziz International Centre for Interfaith and Intercultural Dialogue (KAICIID) sejak 2015.
Dengan semangat yang tak pernah pudar, Din berkomitmen untuk merajut kedamaian dunia melalui penguatan hubungan antarumat beragama, sembari mempromosikan wajah Islam yang damai dan moderat.
Din Syamsuddin, sosok yang penuh inspirasi, telah membangun keluarga bahagia bersama Fira Beranata, dikaruniai tiga buah hati yang menggemaskan: Farazahdi Fidiansyah, Mihra Dildari, dan Fiardhi Farzanggi. Dalam perannya sebagai suami dan ayah, Din dikenal sebagai sosok yang santun dan menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Tak hanya itu, dukungan dari ibu mertuanya, Darnelis binti Thaher, juga menjadi pendorong semangat Din dalam menjalani berbagai langkah hidup, mulai dari melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat hingga memimpin Muhammadiyah sebagai Ketua Umum.
Dalam pandangan Din Syamsuddin, seorang cendekiawan Muslim yang berpengaruh, demokrasi harus beriringan dengan nilai-nilai luhur Islam seperti keadilan, kebenaran, dan persamaan.
Ia berargumen bahwa keberhasilan politik Islam di Indonesia tidak hanya diukur dari angka suara yang diraih oleh partai-partai Islam atau dominasi posisi politik, melainkan lebih pada kemampuan untuk menyerap dan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam jiwa dan karakter bangsa.
Menurutnya, sejatinya kemenangan politik Islam terletak pada sejauh mana prinsip-prinsip ini dapat mengakar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menciptakan harmoni yang sejalan dengan ajaran agama.
Din Syamsuddin, sosok yang karismatik, pernah memimpin Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai Ketua Umum dari tahun 2005 hingga 2015.
Di bawah kepemimpinannya, ia berhasil mengangkat citra dan pengaruh Muhammadiyah, tak hanya di tanah air, tetapi juga di panggung internasional, menjadikan organisasi ini semakin berperan penting dalam percaturan global.
Din dengan semangat yang membara aktif menggelorakan dialog antaragama di berbagai forum internasional, seperti WCRP dan ACRP.
Ia berkomitmen untuk menjalin hubungan harmonis antar umat beragama, berupaya keras menciptakan jembatan perdamaian yang akan membawa dunia menuju suasana yang lebih damai dan sejahtera.
Din menegaskan bahwa kemenangan Islam dalam arena politik tak sekadar diukur dari angka suara yang diraih, melainkan lebih dalam lagi, yaitu melalui penerapan nilai-nilai luhur Islam seperti keadilan dan kebenaran dalam kehidupan berbangsa.
Sebuah visi yang mengajak kita untuk merenungkan makna sejati dari keberhasilan, di mana moralitas dan etika menjadi pilar utama dalam membangun masyarakat yang harmonis dan beradab.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rmt)
Advertisement