Mengenal Hilal, Bentuk dan Perannya dalam Menentukan Awal Ramadan

Penulis: M Rizal Ahba Ohorella

Diterbitkan:

Mengenal Hilal, Bentuk dan Perannya dalam Menentukan Awal Ramadan
Ilustrasi Bulan Ramadan (credit: pixabay)

Kapanlagi.com - Hilal, fenomena astronomi yang tak hanya menakjubkan, tetapi juga sangat penting dalam agama Islam! Istilah ini menggambarkan bulan sabit muda yang menandai awal bulan dalam kalender Hijriah. Keberadaan hilal menjadi penentu awal bulan-bulan suci seperti Ramadan, Syawal, dan Zulhijah, yang berpengaruh besar terhadap pelaksanaan ibadah puasa, serta perayaan Idulfitri dan Iduladha.

Namun, meski hilal memiliki definisi yang jelas, cara penentuannya sering kali memicu perbedaan pendapat di kalangan berbagai organisasi Islam. Di Indonesia, misalnya, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memiliki pendekatan yang berbeda dalam menentukan awal bulan Hijriah. Perbedaan ini kerap berujung pada variasi dalam pelaksanaan awal Ramadan atau Idul Fitri.

Lalu, apa sebenarnya hilal dari sudut pandang ilmiah? Bagaimana cara melihatnya, dan mengapa metode penentuannya bisa berbeda-beda? Simak penjelasan lengkapnya yang dirangkum oleh Kapanlagi.com dari berbagai sumber pada Jum'at, 28 Februari 2025. Mari kita telusuri lebih dalam tentang keajaiban hilal!

1. Pengertian Hilal

Hilal, yang dalam bahasa Arab berarti 'bulan sabit', adalah fenomena menakjubkan yang menandai awal bulan baru dalam kalender Hijriah.

Secara astronomis, hilal muncul sebagai bulan sabit tipis yang pertama kali terlihat setelah fase bulan baru, biasanya sekitar 12 jam setelahnya.

Dengan cahaya yang masih lemah, hilal hanya dapat dilihat ketika posisinya lebih dari 3 derajat di atas cakrawala saat matahari terbenam, dan sering kali terlihat sedikit miring, baik 'agak tengkurap' maupun 'agak terlentang'.

Penampakan hilal ini tidak sekadar indah, tetapi juga menjadi penanda penting bagi umat Islam dalam menentukan awal bulan, termasuk bulan suci Ramadan.

Metode pengamatan hilal, atau rukyatul hilal, tetap dipertahankan sebagai tradisi yang vital untuk menetapkan waktu puasa dan merayakan hari-hari besar keagamaan.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Kriteria Hilal Menurut NU dan Muhammadiyah

Dalam menentukan hilal, organisasi-organisasi Islam di Indonesia, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, memiliki pendekatan yang menarik meski sedikit berbeda.

NU menekankan pentingnya rukyatul hilal, yaitu pengamatan langsung terhadap bulan sabit yang muncul di langit, dengan anjuran untuk melakukan observasi di tempat terbuka yang bebas dari polusi cahaya.

Di sisi lain, Muhammadiyah lebih mengandalkan metode hisab, yang menggunakan perhitungan astronomis untuk menentukan awal bulan.

Namun, meski terdapat perbedaan dalam metode, kedua organisasi ini tetap sepakat akan pentingnya pengamatan hilal sebagai bagian dari tradisi yang kaya dalam kehidupan umat Islam.

3. Proses Melihat Hilal

Mengamati hilal bisa jadi tantangan, terutama bagi yang belum terbiasa. Namun, dengan beberapa tips sederhana, Anda bisa meningkatkan peluang untuk melihatnya!

Pertama, pilihlah lokasi strategis yang tinggi dan terbuka, jauh dari gedung atau pepohonan yang menghalangi pandangan. Pastikan Anda mulai mengamati segera setelah matahari terbenam, karena inilah saat hilal mulai tampak.

Jika perlu, gunakan teropong atau binokular untuk mendapatkan pandangan yang lebih jelas. Terakhir, jangan lupa untuk memeriksa cuaca langit yang cerah sangat penting agar pandangan Anda tidak terhalang awan. Selamat berburu hilal!

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/rao)