Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Sistem penanggalan kalender Primbon Jawa atau "Tanggalan Jawa" sudah digunakan oleh masyarakat Jawa sejak dulu. Kini, sistem penanggalan tradisional ini sudah menjadi bagian dari budaya dan tradisi Jawa. Meski terdengar kuno, sistem kalender Primbon Jawa ini masih digunakan sampai sekarang.
Kalender Jawa mengukur waktu dengan berdasarkan posisi bulan dan matahari. Dalam praktiknya, sistem kalender ini digunakan dalam berbagai kebutuhan, salah satunya untuk menandai siklus alam yang berguna untuk sistem pertanian. Selain itu, sistem penanggalan kalender Primbon Jawa juga masih sering digunakan untuk keperluan adat.
Salah satu hal yang membedakan sistem kalender Jawa dengan penanggalan lainnya, adalah adanya istilah khusus seperti pasaran dan weton. Penasaran, apa itu pasaran dan weton dalam penanggalan Jawa? Untuk mengetahui lebih lanjut, langsung saja simak ulasan berikut.
Advertisement
Ilustrasi Hari dalam Kalender Jawa (credit: unsplash)
Seperti yang telah disebutkan di awal, bahwa sistem kalender Primbon Jawa berbeda dengan sistem kalender Masehi. Kendati begitu, tetap ada beberapa persamaan mendasar antara kalender Jawa tradisional dengan kalender Masehi. Salah satunya dalam hal penggunaan 7 hari dalam seminggu.
Pada kalender Jawa juga digunakan hitungan 7 hari dalam seminggu yaitu Minggu atau Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Namun di kalangan masyarakat Jawa yang kental akan tradisi, tujuh hari dalam seminggu tak sebatas diartikan sebagai penanda waktu. Setiap harinya diyakini punya filosofi masing-masing.
Berikut penjelasan filosofi dari 7 hari dalam seminggu.
Filosofi 7 hari dalam seminggu menurut Primbon Jawa:
- Radite - Ngahad - Minggu : melambangkan meneng atau berarti diam.
- Soma - Senen - Senin : melambangkan maju.
- Hanggara - Selasa - Selasa : melambangkan mundur.
- Buda - Rebo - Rabu : melambangkan mangiwa atau berarti bergerak ke kiri.
- Respati - Kemis - Kamis : melambangkan manengen atau berarti bergerak ke kanan.
- Sukra - Jemuwah - Jumat : melambangkan munggah atau berarti bergerak ke atas.
- Tumpak - Setu - Sabtu : melambangkan tumurun atau berarti bergerak turun.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Selain 7 hari dalam seminggu, dalam sistem penanggalan kalender Jawa juga dikenal adanya konsep Pasaran. Pasaran Jawa terdiri atas limat jenis yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Kelima Pasaran Jawa tersebut berputar sesuai dengan siklusnya. Sama halnya hari, pasaran Jawa juga mempunyai arti dan makna tersendiri di masyarakat Jawa.
Berikut penjelasan arti dan makna fiosofis dari setiap Pasaran Jawa:
- Pasaran Legi berarti "Manis" atau bisa juga diartikan bergerak berbalik arah kebelakang alias mungkur.
- Pasaran Pahing berarti "Pahit" bisa juga berarti madep atau menghadap.
- Pasaran Pon berarti "Petak" bisa juga berarti sare atau tidur.
- Pasaran Wage berarti "Cemeng" bisa juga berarti lenggah atau duduk.
- Pasaran Kliwon berarti "Asih" bisa juga berarti jumeneng atau berdiri.
Advertisement
Ilustrasi Pengertian Weton (credit: unsplash)
Sudah disinggung sebelumnya, bahwa dalam sistem kalender Primbon Jawa ada istilah weton. Selama ini, weton sudah dianggap sebagai bagian budaya Jawa. Bahkan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga memberikan definisi weton berdasarkan pemahamannya dalam konteks budaya Jawa.
Dalam KBBI, weton diartikan sebagai hari kelahiran seseorang yang terkait dengan salah satu dari lima pasaran Jawa, yaitu Legi, Pahing, Wage, Pon, dan Kliwon.
Sebagai contoh, Andi lahir pada 25 Mei 1998 silam yang mana saat itu hari kelahirannya menunjukkan hari Senin dengan hari pasaran Jawa Kliwon, sehingga weton Andi adalah Senin Kliwon.
Dalam Kalender Jawa perputaran (Weton) ini berulang setiap 35 hari. Artinya satu hari dan pasaran yang sama hanya akan bertemu setelah 35 hari lamanya (satu hari lahir akan berulang setiap lima minggu).
Lebih lanjut dalam budaya Jawa, weton memiliki makna yang jauh lebih penting tak sekadar penanda hari lahir seseorang. Menurut Primbon, weton bisa digunakan sebagai panduan untuk memahami karakter seseorang, memprediksi keberuntungan finansial, mengevaluasi potensi pasangan hidup, menentukan hari yang baik, dan masih banyak lagi kegunaannya.
Berdasarkan Primbon Jawa, weton bisa digunakan untuk meramalkan berbagai hal. Namun untuk itu, lebih dahulu perlu diketahui bilangan neptu dari weton yang ingin diramalkan.
Ya, dalam sistem kalender Primbon Jawa juga terdapat konsep neptu yang didapat dari menjumlahkan nilai-nilai hari kelahiran dengan pasaran Jawa. Besar kecilnya nilai drai bilangan neptu inilah yang kemudian diyakini bisa mempengaruhi karakter hingga nasib seseorang selama hidupnya.
Untuk lebih memahami konsep dari neptu dan cara mengitungnya, langsung saja simak daftar nilai hari lahir dan pasaran Jawa, serta contoh hitungan neptu berikut ini.
Nilai hari lahir menurut Primbon Jawa:
- Minggu: 5
- Senin: 4
- Selasa: 3
- Rabu: 7
- Kamis: 8
- Jumat: 6
- Sabtu: 9
Nilai Pasaran menurut Primbon Jawa:
- Legi: 5
- Pahing: 9
- Pon: 7
- Wage: 4
- Kliwon: 8
Sebagai contoh:
Andi lahir pada 25 Mei 1998 silam yang mana saat itu hari kelahirannya menunjukkan hari Senin dengan hari pasaran Jawa kliwon. Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut untuk neptu wetonnya:
4 + 8 = 12
Ilustrasi Bulan Jawa
Sistem kalender Primbon Jawa juga menggunakan sistem 12 bulan dalam satu tahun. Menariknya, sistem penamaan bulan-nulan Jawa banyak mengadopsi sistem penamaan bulan Islam atau Hijriah. Setiap bulan di penanggalan Jawa mempunyai jumlah hari yang variatif, antara 29 dan 30 hari. Sehingga, dalam satu tahun terdapat 354/355 hari.
Berikut nama-nama bulan Jawa sesuai dengan urutannya, beserta jumlah harinya.
1. Bulan Suro terdiri atas 30 hari
2. Bulan Sapar terdiri atas 29 hari
3. Bulan Mulud terdiri atas 30 hari
4. Bulan Bakdo Mulud terdiri atas 29 hari
5. Bulan Jumadil Awal terdiri atas 30 hari
6. Bulan Jumadil Akhir terdiri atas 29 hari
7. Bulan Rejeb terdiri atas 30 hari
8. Bulan Ruwah terdiri atas 29 hari
9. Bulan Poso terdiri atas 30 hari
10. Bulan Sawal terdiri atas 29 hari
11. Bulan Dzulqoidah terdiri atas 30 hari
12. Bulan Besar terdiri atas 29/30 hari
Total 354/355 hari dalam satu tahun/
Sistem kalender Primbon Jawa mempunyai sejarah yang sangat panjang. Namun sama seperti sistem kalender di penanggalan Masehi, hitungan pertambahan tahun Jawa juga dimulai setiap pergantian tahun baru yaitu di bulan Suro. Sebagai informasi tambahan, saat ini pada tahun 2023 sistem kalender Jawa tercatat berada di tahun ke-1956.
Itulah di antaranya ulasan tentang sistem kalender Primbon Jawa. Semoga bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/psp)
Advertisement
Mengenal Sherly Tjoanda: Cagub Malut Baru, Gantikan Suami yang Tewas dalam Kecelakaan Kapal
Profil Mega Putri Aulia, Mantan Artis yang Sudah Hijrah dan Kini Cantik Berbalut Hijab
Bersinar di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Siapkah Marselino Ferdinan Bawa Timnas Menang di Piala AFF 2024?
Mega Putri Aulia Nangis Minta Sinetron 'TUKANG BUBUR NAIK HAJI' Tak Tayang Lagi
Timnas Indonesia Tembus Posisi 125 Dunia, Peningkatan Signifikan dalam Ranking FIFA