Menumbuhkan Nilai Nasionalisme, Anak-anak di Malang Belajar Nilai Perjuangan Pahlawan di Lokasi Bumi Hangus
Anak-anak di Malang Belajar Nilai Perjuangan Pahlawan / Credit Foto: KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Kapanlagi.com - Otniel Alexy Effrandito (12) membawa bendera merah putih memimpin rombongan menuju Monumen Juang 45. Siswa Kelas 6 SD Shining Star itu bersama rombongan bergerak usai menyaksikan monumen bersejarah, Tugu Kemerdekaan dari Gedung DPRD Kota Malang.
Otniel dan para peserta Wisata Sejarah Perjuangan mengenakan kostum dan aksesoris serba merah putih lho, KLovers. Pelajaran yang mereka dapatkan di luar sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan nilai nasionalisme sejak dini.
Dengan menumbuhkan nilai nasionalisme dan patriotisme, mereka tidak akan melupakan sejarah yang telah diperjuangkan selama bertahun-tahun lamanya. Mereka pun akan belajar untuk terus mencintai bangsa dan negara ini.
Advertisement
Â
1. Anak-anak Belajar Sejarah Melalui Monumen Tugu Malang
Para siswa mendengarkan kisah para pahlawan saat berjuang dan mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia, khususnya di Kota Malang. Monumen Tugu, Balai Kota Malang dan sekitarnya memang memiliki sejarah besar dalam perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda dan Jepang. Lokasi tersebut menjadi saksi aksi bumi hangus dan pertempuran dalam selama Agresi Belanda lho, KLovers.
Karena itu, bangunan Monumen Tugu yang diresmikan Presiden Soekarno itu syarat dengan simbol dan nilai perjuangan yang sepantasnya dipahami oleh generasi penerus bangsa.Â
"Saya jadi tahu lebih banyak tentang sejarah Monumen Tugu, sebelumnya hanya sekadar menyaksikan saja," jelas Otniel. Otniel pun mengatakan bahwa para pahlawan telah berjuang mengorbankan harta, jiwa dan raganya. Karena itu, semangat perjuangan, pengorbanan dan cinta pada bangsa bangsa dan negara harus tertanam di hati para pelajar yang menjadi generasi penerus.
"Para Pahlawan sampai mengorbankan nyawanya," tegasnya.
(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)
2. Gembiranya Anak-anak Menyaksikan Relief Monumen Juang 45
Raut wajah anak-anak tampak begitu bergembira saat melintasi taman dan menyaksikan relief Monumen Juang 45 di depan Stasiun Malang. Lagu perjuangan dinyanyikan bersama seraya mengibarkan bendera merah putih di tangan masing-masing.
Mereka diajak mengamati relief Monumen Juang 45 yang menggambarkan peperangan yang terjadi di masa perang kemerdekaan. Sementara bagian atas relief berupa patung raksasa atau butho yang terguling.Â
Sang Butho yang merupakan simbol keangkaramurkaan roboh oleh para pejuang dengan segala pengorbanan. Rakyat dengan keberaniannya melawan penjajahan dengan senjata bambu runcing.Â
"Itu gambar tank yang sana. Di sana itu pejuang yang gugur," jelas seorang pendamping kepada muridnya yang masih Balita.
Â
3. Memperkenalkan Anak-anak dengan Sejarah untuk Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme dan Patriotisme
Kepala Sekolah SMP Kristen 1 YPK Malang, Tirosa Duta Abadi Bako, mengatakan bahwa belajar sejarah ke lapangan ini diikuti sekitar 70 Anak dari tingkat Kelompok Belajar (KB), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sesuai jenjangnya, anak-anak mendapat tugas berkarya berupa tulisan, bercerita, infografis dan vlog dari dua tempat bersejarah yang dikunjungi.Â
"Kita mau memperkenalkan kepada anak-anak betapa luar biasanya perjuangan para pahlawan. Kita berkewajiban mempertahankan dan mengisi negara yang kita cintai ini agar anak-anak memiliki jiwa patriotisme, nasionalisme yang tinggi sehingga ketika mereka bertumbuh menjadi anak-anak bangsa, mereka tidak melupakan sejarah, tetap mencintai bangsa dan negara ini," ungkap Tirosa.
Tirosa pun mengharapkan agar Anak-anak dapat memiliki karakter seperti para pahlawan, termasuk semangat berjuangnya. Apalagi generasi sekarang menghadapi banyak tantangan yang harus dihadapi.Â
"Dengan memperkenalkan seperti ini, mereka memiliki keberanian untuk berjuang dan melakukan hal-hal yang baik bagi bangsa dan negara," tegasnya.
Selama acara, anak-anak mendapatkan penjelasan dari pendamping dan guru sejarah. Anggota DPRD Kota Malang, Aminthya Ratnaggani Sirraduhita, turut memberikan nilai-nilai dan semangat perjuangan kepada anak-anak tersebut. Pengenalan sejarah kepada anak-anak dari tingkat KB hingga SMP ini tentunya bermanfaat banget ya, KLovers.
(Di usia pernikahan 29 tahun, Atalia Praratya gugat cerai Ridwan Kamil.)
(kpl/dar/slm)
Advertisement